Morning… hari pertama di negerinya Paman Ho tapi
sebelum mulai menjelajah wajib ngisi perut dulu, mumpung dari hotel udh include
breakfast. Jam 7 tet turun ke restoran mininya (tepatnya ruang makan). Menunya
buah (pisang + semangka), roti + selay stoberry, nasi goreng + telor mata sapi,
soup (kayak asparagus gitu), lagi-lagi ada Pho, dan beberapa cake. Breakfastnya
memang sederhana tapi lumayan untuk mengganjal perut apalagi untuk hotel
seharga 80rb doang.
Home / All post
Menjejakkan kaki di Vietnam (Bandara Tan Son Nhat)
Vietnam menjadi Negara pertama tempat menJEJAKkan kaki
ditrip seminggu ini. Sebenarnya gak tau juga hal menarik apa yang bisa saya
eksplore di Negara Komunis ini, yang saya tahu hanya terowongan Chu Chi yang
hits itu selain karena mata uangnya lebih murah dikit dari rupiah. Selain itu pas googling kebanyakan baca cerita soal scam di negara ini yang bikin sedikit parno juga. Tapi karena
kebetulan dapat tiket promo (gak promo2 amat pp 450rb) jadi Vietnam akhirnya
masuk dalam list. Kadang-kadang memang tiket promolah yang membawa kita pada
sebuah destinasi tertentu diluar perencanaan.
NGEMPER DI KLIA
Untuk backpacker pemula seperti saya ngemper di
bandara merupakan salah satu pengalaman yang dinanti-nanti. Harap-harap cemas
bakalan dapat surprise apa lagi kali ini. Kalo sebelumnya ngemper di Changi
Airport dengan segudang fasilitas yang menyenangkan, kali ini nyoba ngemper di
KLIA untuk pertama kali. Anyway dokumentasi di bandara ini sangat minim karena
sebelum take off dari Juanda airport hp andalan tiba-tiba rusak dan gak bisa
login sama sekali. Pelajaran: Bawa hp lebih dari 1 kalo trip plus bawa kamera
sebagai cadangan.
Mengintip Keindahan Mawun Beach di Penghujung hari
Selepas dari
Tanjung Aan kami sempat bingung apakah langsung pulang atau mampir untuk
melihat pantai Mawun yang lokasinya juga masih sekitar Lombok Tengah. Tapi
berhubung hari masih siang, so akhirnya kami sepakat untuk mampir ke pantai
Mawun. Kalo dari bandara mau ke pantai Kuta kita belok kiri maka ke pantai
Mawun ini kita belok kanan. Tak disangka ternyata letak pantai ini lumayan jauh
juga dan jalan yang gak semulus jalan ke Kuta Lombok.
Tracking Cantik ke Bukit Merese dan Tanjung Aan
Bukit Merese |
Dari Pantai
Kuta, hanya butuh kurang lebih 20 menitan untuk sampai di lokasi Bukit Merese dan Tanjung Aan yang jadi satu. Memang jalan yang dilewati rada kecil dan tak semulus aspal di Kuta. Perlu hati-hati
dan mengurangi kecepatan melewati jalan ini karena ada banyak lubang
disana-sini. Selain itu rumah penduduk juga sangat jarang dan kebanyakan
seperti hutan-hutan. Itu kenapa Bapak menyarankan kami untuk keluar dari tempat
ini sebelum matahari terbenam.
Eksplore Lombok Tengah: Desa Ende dan Pantai Kuta
Oke bolang
cantik hari pertama dimulai. Kok bolang cantik? Bukannya kepedean tapi karena
emang kita cantik semua gak ada yang ganteng alias tripnya para gadis aja.Ada
yang bilang kita nekat, hmm mungkin karena udah lumayan lama di Surabaya
jadinya kita ikutan jadi “Bonek” alias bondo nekat. Berbekal 2 buah motor hasil
sewaan dari Mamak (70ribu per hari) kami lalu menuju kearah Lombok Tengah. Hasil
diskusi dengan Bapak kemarin kami akan eksplore bagian tengah ada beberapa
tempat tapi pada akhirnya kami hanya bisa menjelajahi 5 tempat: Desa Sade,
Kuta, Bukit Marese, Tanjung Aan dan Mawun beach.
RUMAH SINGGAH LOMBOK
Sudah lama hanya
bisa mengagumi Lombok dari foto-foto di instagram saja dan tetap menyimpan
harap dalam hati suatu hari akan kesini. Hingga akhirnya kesampaian juga di
libur panjang Lebaran tahun ini. Karena budget pas-pasan untuk menekan
pengeluaran maka otak otomatis mencari jalan agar bisa berhemat. Salah satu
yang langsung terbersit adalah mengurangi pengeluaran untuk penginapan. So, 4
hari sebelum keberangkatan iseng-iseng nanyak mbah gugel kali aja ada rumah
backpacker di Lombok sana.
Vimanmek Mansion dan Anantha Sakhom Throne Hall: Bangkok Hari-3
Vimanmek Mansion |
Hari
terakhir, ahh sedihnya rasanya masih pengen di tempat ini. Setelah packing
barang dan check out, kami lalu menitipkan barang di resepsionis karena gak
mungkin nenteng koper kesan kemari. Sebenarnya rada ragu mau ke Vimanmek atau
gak usah aja karena transportasi kesana rada njlimet tapi pada akhinya
berangkat juga dengan naik taxi. Dan ini keputusan yang saya syukuri di
kemudian hari karena tempat ini beneran wajib didatangin.
Setelah
melewati beberapa pemeriksaan kami sampai dihalaman bangunan ini. Dari luar
tampak begitu megah karena memang merupakan bangunan terbesar didunia yang
terbuat dari kayu jati emas tanpa menggunakan paku sama sekali. Ini merupakan
museum yang sengaja dibuat untuk memberikan penghormatan kepada raja-raja
dahulu. Semua benda-benda yang dulu mereka gunakan ada di dalam bangunan ini.
![]() |
Vimanmek dari atas (Sumber: Google) |
Agar
bisa masuk ketempat ini kita juga harus menggunakan pakaian yang sopan, gak ada
tempat untuk yang buka-bukaan so watch your dress! Selain pakaian sopan, semua
barang juga harus dititipkan di loker yang disewakan. Tapi tenang saja karena
lokernya terkunci jadi aman untuk menaruh semua barang. Bukan hanya tas yang
dititipkan tapi termasuk kamera, topi dan peralatan yang lain. Karena memang
dilarang untuk memotret di area ini jadi cukup menyimpannya dalam memory masing-masing.
Sebelum
menaiki tangga menuju bagian dalam bangunan, kita harus melepaskan alas kaki di tempat
yang sudah disediakan. Saat melewati pintu ada petugas wanita yang menyapa para
pengunjung dengan ramah sambil memeriksa badan pengunjung jangan sampai ada
kamera atau barang lain yang disembunyikan.
![]() |
Bagian dalam vimanmek (Sumber: Google) |
Memasuki
bangunan ini serasa berada di dalam sebuah rumah mewah. Semua perabotan dan
peralatan ada di tempatnya masing-masing. Yang patut diacungin jempol adalah
tak tampak debu yang mengotorin bangunan ini, nampaknya benar-benar dirawat
sedemikian rupa. Lebih enak lagi klo ada guide yang bisa menjelaskan setiap
ruangannya. Di setiap sudut tampak petugas-petugas berseragam yang mengawasi
para pengunjung jangan sampai ada yang menyentuh barang atau melanggar aturan
yang lain. Karena memang ada ruangan-rungan tertentu yang tidak boleh dimasukin
dan hanya diberi pembatas berupa tali agar pengunjung masih bisa mengamati dari
luar.
Vimanmek dari belakang |
Selesai
mengelilingi Vimanmek Mansion, kami lalu bergegas menuju ke Anantha Sakhom yang
terletak di Kompleks Dusit Palace. Sebelum masuk ketempat ini kita lagi-lagi
harus menyimpan barang di loker yang ukurannya tidak terlalu besar tapi gratis.
Setelah berjalan beberapa meter dari kejauhan tampak bangunan ini berdiri
begitu megahnya dibawah langit biru membuat setiap mata yang memandang akan
berdecak kagum. Katanya sih untuk membangun gedung ini pengrajinnya didatangkan
dari Italia untuk memperkuat gaya Renaissance dari bangunan ini.
Anantha Sakhom |
Anantha Sakhom |
Dari
luar aja udah tampak megah seperti itu apalagi isinya didalam. Seandainya bisa
masuk kedalam pasti nuansa kerajaan bakalan semakin terasa. Sayang waktu saya
udah gak cukup, jadinya hanya bisa mengaguminya dari luar sambil menatap iri melihat
orang-orang lalu lalang di depan gedung putih itu. Karena panas yang begitu
menyengat kami melipir ke sebuah bangunan yang ada ACnya untuk mengademkan
badan sejenak sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Tempat ini hanya buka
Selasa – Minggu, setiap hari Senin dan Libur Nasional Tutup selain itu jangan
lupa tetep pakai baju yang sopan aja karena kalo gak kita harus beli kain bukan
sewa.
Dari
Anantha Sakhom kami langsung balik ke hotel lalu mengambil barang yang
dititipkan di resepsionis. Tapi sebelumnya mampir di Terminal21 karena stasiun
tempat kami berhenti nyambung dengan jalan menuju ke mall tersebut. Yang unik
dari Terminal21 ini adalah setiap lantai dekorasi dan toiletnya bertemakan
beberapa Negara seperti London, Paris, San Fransisco, Tokyo, dan Istambul.
Setelah puas mengelilingi dan termasuk memeriksa toiletnya (maaf rada katro)
kami lalu memasuki salah satu restoran untuk makan siang sebelum menuju hotel.
Terminal 21 |
Welcome to San Fransisco |
Setelah
berjalan kaki dan sampi di hotel kami langsung mengambil barang yang tadi
dititipkan. Karena jalanan lagi macet dan harus ngejar jadwal bus yang akan di
tumpangi bubun Arie balik ke Kamboja kami akhirnya memilih naik ojek yang
dipesan secara online kalo di Indonesia kayak Go-jek gitu. Dengan bantuan
resepsonis kami dipesankan 2 buah motor yang membawa kami menuju ke daerah
Pratunam lagi karena deket dengan tempat bus. Setelah Bubun Arie meninggalkan
saya, saya langsung masuk ke Paltinum mall menjelajahi beberapa lorong. Memang
baju-baju disini dijual dengan harga yang lumayan murah dibandingkan dengan di
Indonesia. Kalo saja gak ingat kalo saya gak pakai bagasi, mungkin udah kalap
beli ini dan itu.
Selesai
jelajahin Platinum meskipun gak semuanya, saya lalu keluar dan menyeberang ke
Pratunam. Rasanya gak afdol aja kalo gak menjejakkan kaki ditempat ini.
Sekalian mau cari baju titipan Si Onty dan Mom Cio (baca: kakak). Tapi mungkin
karena kesorean jadi kebanyakan pedagangnya udah pada siap-siap tutup. Lagipula
lorong-lorongnya dipenuhi oleh orang-orang yang masih berebutan membeli barang
sehingga rada susah untuk berjalan. Setelah barang yang saya cari ketemu, saya
lalu keluar dari Pratunam dan bertanya ke beberapa orang cara menuju ke
Bandara. Setelah melewati beberapa orang yang gak bisa bantu karena gak bisa
bahasa Inggris akhirnya saya ketemu petugas yang bisa memberitahu. Saya
disarankan untuk memakai ojek saja ke Stasiun tempat Skytrain menuju bandara.
Setelah tawar menawar dengan bahasa tarsan, akhirnya ongkosnya kita sepakatin
dan ojek itu membawa saya menuju ke Stasiun ARL.
“Hidup itu bukan perjuangan tapi perjalanan. melangkahlah kemanapun kau mau tapi ingat cepat atau lambat kita semua akan bertemu ditempat yang sama.”
Chao Praya, Grand Palace, Wat Pho, Asiatique : Bangkok Hari 2
Kalo
hari-1 waktu abis buat ngulilingin shopping area, hari kedua ini diabisin blusukan
ke objek wisata sekitar Chao Praya River yang terkenal di Bangkok. Cara
ketempat ini kurang hapal sih, tapi yang pasti kita harus menuju ke BTS Saphan
Taksin, so darimana pun keberangkatan kalian ingat untuk menuju ke Saphan
Taksin. Nanti akan keliatan sungai yang
dipenuhi oleh perahu. Nah pas nyampe sini kudu jeli memilih perahu. Karena beda
bendera akan beda harganya.
Mimpi yang Jadi Nyata: Bangkok Hari 1
Sekian
lama bermimpi bisa ke Negara ini akhirnya hari ini 24 April 2016 berhasil juga
menjejakkan kaki di "kota malaikat" ini. Pesawat Jetstar membawa saya mendarat di Bandara Suvarnabhumi
sekitar jam 9, setelah mengisi form imigrasi dan melewati pemeriksaan dengan sedikit hambatan karena saya rada susah nangkap omongan petugasnya yang berbahasa Inggris dengan aksen Thai. Saya segera mencari counter yang konon
katanya memberikan simcard gratis untuk tourist.
Tidur di Bandara Changi Kedua Kalinya
Changi Airport - Terminal 2 |
Udah baca part 1 dari pengalaman "tidur di changi" kan? ( Tidur di Bandara Changi? Sapa takut...) Nah ini part 2-nya. Saat
keberangkatan menuju ke Singapura jedah waktu tiba sama waktu penerbangan
selanjutnya sangat singkat, so hanya bisa mengelilingi area Terminal 1 saja.
Nah yang seru ini pas kepulangan karena tiba di Singapura 00.30 dini hari dan
penerbangan selanjutnya ke Surabaya jam 11.10 jadi ada jeda waktu 10 jam. Pesawat
saya sebenarnya landing di Terminal 1 tapi berhubung pengen tau Terminal 2 dan
Terminal 3 maka saya langsung naik Skytrain menuju ke T2. Anyway karena itu
sudah tengah malam hanya ada saya seorang diri di Skytrain dan bandara mulai
sepi.
Sampai
di T2 ternyata bandaranya gak terlalu ramai, di beberapa bangku di sepanjang
jalan tampak beberapa pelancong yang sudah tidur pulas. Saat berjalan
menjelajah T2 saya melewati kursi pijet yang dari dulu pengen ngerasain. Ada 2
kursi pijet tapi yang satu sudah ditempati seorang bapak yang tampangnya
seperti orang Pakistan sempat berpikir untuk melewati saja dan mencari kursi
yang kosong tapi tiba-tiba naluri kepo saya muncul begitu saja. Menganggap ini
kesempatan untuk cas cis cus dengan warga negara lain, secara English saya
bener-bener ancur. So, dengan tampang polos saya mendekati bapak itu kira-kira
ngomong gini “Excuse me Sir, can I sit here?”, dan bapak itu menjawab dengan
senyum “Yes, please…” Ah dalam sekejap mata saya langsung mengambil posisi dan
mulai memencet tombol-tombol seenak hati. Pokoknya kaki saya bisa dipijet oleh
benda yang baru pertama kali saya gunakan setelah ketiga kalinya ke bandara
ini.
Terminal 2 |
Kursi Pijat |
Setelah
beberapa menit agak awkward dan hening, saya mengajak bapak tadi ngobrol, and
time flies so fast gak terasa hampir setengah jam ngobrol sama bapak itu.
Percakapan kita kira-kira seperti ini: bapak itu dari India, sebenarnya nyebut
nama sih tapi kelemahan saya yang suka gak inget nama orang. Gak nyangka aja
dari India soalnya tampangnya kayak orang Eropa gitulah. Beliau menyarankan
untuk ke India one day tapi sarannya jangan seorang diri karena gak aman. Dalam
hati hanya meng-aminkan saja. I hope so.. Berharap suatu hari bisa ke India
beneran, meskipun India belum masuk daftar prioritas untuk di jelajah. Dan yang
bikin seneng ternyata beliau ngerti apa yang saya omongin padahal ngomongnya
bener-bener belepotan. Karena beliau harus mengejar penerbangan selanjutnya,
beliau pun berpamitan. Sementara saya masih duduk manis menikmati pijetan dari
kursi gratis ini.
Lagi
menikmati kursi pijet sambil merem-merem tiba-tiba seorang wanita cantik lewat,
berhenti tepat depan saya lalu bertanya apa ini gratis lalu saya mengiyakan dan
mengatakan monggo kalo mau duduk. “Aha… kesempatan buat ngomong lagi nih”,
dalam hati bersorak gembira. Kali ini saya ngobrol sama seorang wanita yang
berasal dari California tapi tinggal di Australia. Wanita cantik ini sudah
bertahun-tahun backpackeran seorang diri kesana-kemari. Ada banyak pengalaman
yang diceritkan bikin ngiler pengen segera resign ngikutin jejaknya. Jadi kali
ini dia mau ke India buat mendaki gunung dan seorang diri. What?? Tadi barusan
ngobrol sama orang India yang bilang perempuan jangan sendiri kesana tapi
wanita ini malah bakalan ke sana seorang diri. Saat saya ceritain ke dia
responnya adalah “Oh, beruntung saya gak ketemu orang itu jadi gak bikin saya
takut buat kesana”. Hahahaa hanya bisa ngakak dalam hati, wah boleh juga nih
niru mental orang ini. Asik ngobrol tiba-tiba dia melirik jam dan tampak kaget
karena sadar kalo penerbangannya sebentar lagi dengan terburu-buru dia
mengambil tas dan berlari meninggalkan saya setelah berpelukan dan mengucapkan
salam perpisahan. Ah.. indahnya dunia, semakin jauh kaki melangkah semakin
banyak hal baru yang tak terduga dialami.
Skytrain |
Seorang Diri Di Dalam Skytrain |
Playground |
Spot Buat Nonton |
Spot Buat Bobok Cantik |
Tempat nonton |
Kolam Ikan |
Nonton Sambil Tidur boleh.... |
Kursi Pijat |
Taman Anggrek |
Butterfly Garden |
Butterfly |
Dari Taman Kupu-Kupu saya menuju ke Movie Theater, ya disini ada bioskop mini yang bisa dinikmati Gratis juga. Film-Film yang tayang juga lumayan baru. Waktu itu film yang sedang tayang adalah Everest, sebenarnya pengen nonton tapi waktunya sudah tidak cukup. Jadi saya langsung meninggalkan T3 dan dengan Skytrain menuju ke T1 menunggu waktu untuk berangkat.
Movie Theater |
Spot Internet Gratis |
Tidur Di Bandara Changi? Sapa takut…
Changi Airport |
Hey
reader, long time gak nulis nih. Tapi lagi ada pengalaman seru yang pengen
merlin bagi.. Pengalaman berharga dan membuat ketagihan ini saya dapatkan
berkat menaiki pesawat Jetstar yang berangkat dari Surabaya jam 20.45 dan
mendarat di Singapura 00.05 dini hari dan akan melanjutkan ke Bangkok jam 07.00
pagi. Karena waktu yang nanggung so pilihan terbaik adalah menginap di Bandara.
Asal tau aja Changi merupakan bandara yang paling friendly buat backpacker.
Fasilitas yang ada bener-bener gak bakalan abis di datengin satu-satu dalam
sehari, secara bandaranya ada 3 Terminal dan di setiap terminal punya keunikan
fasilitas masing-masing.
Jakarta-Bandung 10 jam
Saat membaca kembali setiap tulisan di blog
ini saya baru sadar ada beberapa liburan yang terlewatkan. Salah satunya adalah
kota favoritku setelah Surabaya yaitu Bandung. Bukan hanya karena kotanya yang
cantik tapi juga walikotanya yang sangat romantis dan kocak membuat kota ini
dicintai oleh siapa saja (kecuali banjirnya). Saat mencoba menuliskan kisah
perjalanan ini, saya mulai kehilangan memory mengenai detail perjalanan saya
saat itu. Tapi kesenangan saat pertama kali menjejakkan kaki di kota kembang
itu masih membekas jelas. Bagaimana saya “mumbul” hanya gara-gara pertama kali
dalam sejarah hidup akhirnya saya di panggil “teteh”. Jahahahaa mimpi jaman
cilik gara-gara suka nonton sinetron ala orang Sunda.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
Powered by Blogger.