Trip
ke Pacitan ini merupakan salah satu trip dadakan yang saya lakoni. Baru tercetus
ide join pas Hari H. Dari dulu emang sudah ngidam ke tempat ini, ya setelah di racuni teman-teman kalo pantai ini keren banget. Saat melihat hastag di IG
#klayar wuidihh… fotonya sangar-sangar. Dengan mata melotot sambil ngedumel “di
foto aja keren apalagi kalo bisa melihat dan menikmati dengan mata kepala sendiri”. Ahhh untuk saat itu hanya bisa mimpi sambil ngiler-ngiler tiap kali liat foto orang-orang yang nongol di home IG.
Tapi
kalo yang namanya jodoh ya emang gak kemana. Sabtu siang buka-buka FB, ada
notif seseorang memposting sesuatu di Jatim Backpacker, saya buka bentar
hanya untuk menghilangkan tanda merah di notifikasi. Tapi jempol nih gak sengaja
nyundul layar hape ke atas hingga yang terpampang di layar hape postingan dari
seseorang yang tak dikenal bernama “Saiin Anas”. Isi postingannya intinya dia
mau ke Pacitan dan lagi cari teman karena kekurangan orang dan harga yang ditawarkan sangat fantastis murahnya. Hahaha heran juga pas baca komen kebawah
masih ada yang nawar, ckckck kurang kekinian rupanya nih orang jadi gak tau kalo bensin
mahal. Setelah diskusi dengan travelmate saya si Evi, akhirnya kita setuju
untuk join trip ini.
Malamnya
saya otewe ke RS.AL tempat kita ngumpul. Setelah kenalan dan ba-bi-bu akhirnya
kita capcuz Pacitan juga. Ahaa teman trip kali ini pada gokil semua, terutama si
Saiin Anas rasanya mulutnya tuh gak capek komat-kamit, ada aja bahan yang ingin
dimuntahkan dari mulutnya. New friends yang juga gak kalah gokil adalah si
“Cucupwawaw” anak Djakarta yang bisa langsung nyambung dengan kegejean Merlin dan Evi. Berasa udah kenal lama dan baru reuninan setelah sekian tahun. Dia belajar satu
kalimat Toraja yang sangat dia sukai “Susi na Seba”.Hahaha yang artinya “saya
cakep” X_X.
Bagi
saya pribadi, adalah sebuah keberuntungan ketika nge-trip dengan orang tak
dikenal, namun dalam hitungan detik bisa langsung akrab karena cerewetnya
sepadan dengan cerewetku. Bukankah trip itu tak melulu soal destinasi yang ingin
dituju, tapi dengan siapa kita pergi kesana. Trip menjadi sempurna ketika
bertemu dengan teman seperjalanan yang menyenangkan, gokil dan gak jaim dan
yang pasti cocok sama style trip kita. Itulah salah satu keuntungan gak jadi anak rumahan bro, kamu bisa mengembangkan kemampuan sosialisasimu, jadi gak kuper. Mana tahu esok hari kita butuh bantuan atau justru bisa membantu.
Pembukaanya
panjang yaah, yuk mari ke inti pembicaraan kita hari ini. Jam 7 pagi kami
akhirnya tiba di Pantai Klayar setelah melewati jalan yang luar biasa, mulai
dari jalan aspal yang meliuk-liuk bak cacing kepanasan, kelokan tajam, naik
turun bukti dengan tanjakan dan turunan yang kebangetan, sampai ke jalan
berbatu dan bertanah yang kasarnya macam wajah remaja puber yang lagi
jerawatan. Saat kami tiba ternyata sudah cukup ramai, parkiran sudah di penuhi
oleh mobil-mobil. Sebelum memulai penjelajahan, kami mampir disebuah warung
untuk mengisi perut. Apalagi Si Evi sudah rewel aja kayak ikan Bawel
gegara kelaparan tingkat dewa. Nih anak memang kalo kelaparan perlu hati-hati
bisa berubah jadi Serigala berbulu Macan yang lagi sariawan (bisa bayangin gak?).
Selesai
sarapan, ganti baju dan gak lupa pake sunblock biar pas jadi anak kantoran lagi
gak di hina-dina sama teman kantor, kami langsung cuz menuju tekape. Karena kita
ber-17 orang, dengan keinginan yang berbeda-beda akhirnya kita terpisah dalam beberapa
rombongan. Saya, Evi, Anas, & Cucup memilih langsung explore bagian Timur
tempat karang raksasa yang mirip Sphinx berada. Saat berjalan menuju tempat
tersebut beberapa kali di tawari oleh warga disana untuk naik motor ATV cukup
dengan membayar 50ribu rupiah saja, tapi kami memilih untuk berjalan kaki selain
sehat untuk tubuh, sehat untuk kantong juga.
Evi in action |
Setelah sampai di tekape, saya sampai pada kesimpulan bahwa Pantai
Klayar ini must visit sama orang-orang yang ngaku anak pantai karena menyajikan
pantai yang berbeda dengan pantai lain. Kiri kanannya diapit oleh karang yang
sangat kokoh dengan bentuk yang sangat unik. Salah satu icon yang paling
terkenal ada batu karang yang bentuknya mirip Sphinx yang mejeng cantik di atas karang yang lain dengan gagahnya. Pasir putihnya yang halus dan bersih sangat nyaman untuk ditempati berguling-guling atau dijejaki
dengan kaki telanjang. Yang paling emejing adalah ombaknya yang benar-benar
ganas siap menggulung setiap benda yang mendekatinya. Mungkin karena masih termasuk jejeran pantai selatan. Karena itu dilarang keras
untuk berenang di tempat ini karena ombak bisa datang menggulung dengan
tiba-tiba.Tapi kalo ingin sekedar cebur-cebur basah bisa di bibir pantai
sebelah barat dekat parkiran, karena ombak di tempat ini tak seekstrim di
bagian timur.
Buat tidur enak kok :D |
Setelah
puas menikmati ombak di bagian bawah, kami segera menuju ke bagian atas karang
setelah membayar 2ribu perak. Selain pantai yang indah dan karang Sphinx, Klayar
juga menawarkan fenomena yang jarang ditemukan yaitu Seruling Laut. Fenomena ini
terjadi ketika ombak yang keras menghantam karang menyebabkan sebagian air
masuk ke bawah batu sehingga menyembur ke atas sela-sela karang dan
mengeluarkan suara seperti seruling.Tapi pas kesana, saya sama sekali tak
mendengar bunyi seruling laut, entah telingaku yang kurang peka atau memang
serulingnya tak mau berbunyi.
Harusnya Seruling Lautnya bunyi disekitar sini |
Oh iya
jika teman-teman ke tempat ini perlu berhati-hati, jangan terlalu mepet ke
pinggir karang. Selain berbahaya karena ombak yang ganas bisa datang menyapu
semua yang ada diatas karang sewaktu-waktu, disana juga ada petugas yang siap
meniup sempritan kalau kalian melanggar aturan. Kan tengsin juga ya diliatin
orang banyak gegara melanggar aturan, lain lagi kalo emang sengaja mau cari
perhatian. Kayak Si evi, pas mau foto di pinggir karang langsung di sempritin
berkali-kali, kayak narapidana yang mau kabur dari penjara aje. Walhasil dia
jadi pusat perhatian untuk beberapa menit lamanya. Katanya sih malunya sampai di ujung tanduk.
TKP evi kena sumprit |
Ada
banyak hal yang bisa dilakukan di tempat ini. Mulai dari berenang kecek-kecek,
selfi dan poto sana-sini, berburu binatang laut seperti teripang, ikan kecil dan sejenisnya,
atau sekedar menikmati kelapa muda di warung sambil mengamati kejadian di sekitar
pantai . Jika ingin olah raga sedikit bisa juga naik ke atas bukit untuk
menikmati pemandangan Pantai Klayar dari ketinggian.
Masih
banyak sudut yang belum didatangin tapi waktu sudah menunjukkan jam 10. Sesuai
perjanjian di awal kami harus segera menuju ke parkiran. Ahh benar-benar waktu yang terasa singkat, 3 jam rupanya tak cukup
untuk memuaskan keinginan hati menjelajahi tempat ini. Sepertinya akan ada
edisi kedua untuk eksplore Klayar dan sekitarnya. Banyu Tibo dan Goa Gong di
skip dan save untuk trip selanjutnya karena beberapa teman sudah kelelahan.
HAPPINESS
IS DISCOVERING NEW FRIENDS WHO ARE IDIOTS