Backpacker ke Korea Selatan (Part 2) - Sejuta Pesona Busan


Haeundae Beach

Setelah sempat ngedrop gara-gara kedinginan mencari hostel Santa (baca Part 1), akhirnya energy full kembali setelah tidur dibalik selimut dan ruangan yang hangat. Selain itu dapat doping vitamin dan madu dari Mba Tina juga (khamsahamnida Unnie ^_^). Hari pertama ini kami manfaatkan langsung ke tempat jauh dulu yaitu one day trip ke Busan. Itu kenapa kami milih tinggal di Gyeongju karena sudah tidak terlalu jauh dari Busan sehingga sangat memungkinkan untuk melakukan one day trip. Dari hostel kami berjalan menuju ke Bus Station lalu naik bus menuju ke Busan sekitar 1 jam. 

Sesampai di Busan Station, hal pertama yang kami lakukan adalah mengisi perut dengan yang hangat-hangat untuk mengusir rasa dingin. Nah kalo mau jajan murah di Korea dan ada dimana-mana salah satu pilihannya yaitu makan “odheng”. Ini merupakan salah satu jajanan paling popular di Korea, tidak heran kita akan selalu melihat kerumunan orang Korea yang mengelilingi jajanan ini. Kalo di Indonesia pamali makan sambil berdiri, beda halnya di  Korea kita justru menikmati jajanan ini sambil berdiri. Kalo ke Busan kudu makan ini karena Busan memiliki odheng yang paling lezat katanya.

Odheng di Busan Station
Apa sih “odheng”? Jadi dia tuh jajanan murah yang terdiri dari berbagai macam seperti rice cake, ikan, ayam, cumi, atau daging yangsudah diolah  ditusuk seperti sate dan direbus didalam kuah kaldu gurih yang panas. Jika kita mengambil setusuk odheng kita akan diberi mangkuk kecil yang berisi kuah dan juga saos untuk dinikmati bersama odheng. Per tusuknya hanya 700-1000 won yang dibayar belakangan setelah kita selesai makan. Cara menghitungnya dengan melihat berapa banyak tusuk yang kita sisakan, jadi jangan sampai bekas tusukan odheng ini kalian buang atau tercampur dengan milik orang lain. Karena ukurannya yang lumayan besar, makan 1 tusuk aja sudah lumayan. Selesai menikmati odheng kami buru-buru menuju ke gate tempat kami akan naik kereta menuju ke Haeundae Beach.

Haeundae Beach
Sampai di stasiun kami langsung keluar berjalan menuju kearah pantai … yeay finally anak pantai bisa mantai lagi dan for the first time di negara orang. Cukup berjalan sekitar 10 menitan kami sudah sampai di Haeundae Beach. Pertama kali melihat dari jauh udah tampak begitu cantik. Pantai ini memang memiliki daya tarik sendiri tidak heran jika Busan menjadikan tempat ini sebagai iconnya. Dan beruntungnya karena hari itu tidak terlalu penuh dengan lautan manusia seperti yang saya lihat di foto-foto. Mungkin karena masih musim dingin jadi orang-orang masih enggan untuk mantai.
Camarnya mampir di tangan...
Menjejakkan kaki di pantai ini, feelnya benar-benar beda dengan pantai yang selama ini saya datangi di Indonesia meskipun sama-sama berpasir putih. Di Indonesia kalo ke pantai kudu agak jauh blusukan dan tak pernah menemukan gedung tinggi dekat pantai. Nah kalo Haeundae beach ini terletak di tengah kota jadi pantai berdampingan dengan gedung-gedung tinggi. Selain itu ada kumpulan burung camar yang bakalan datang mendekat jika kita melemparkan camilan ke arah mereka. Banyak tourist dari berbagai Negara yang juga sedang mengambil gambar di tempat ini dengan sekumpulan burung. Sayangnya saya failed terus selfie dengan burung-burung itu.
Camar
Haeundae Beach
Pasrinya putih dan halus

Perbedaan terbesarnya adalah kalo di Indonesia kita ke pantai pake hot pants dan tanktop, nah kalo di Busan ini berhubung suhu under 10 degree, so mantainya tetap dengan pakaian lengkap, celana panjang dan jaket yang tak pernah lepas. Kalo biasanya liat pantai saya langsung nyebur kali ini hanya bisa liat dari jauh-jauh. Tanpa menyentuh air aja sudah dingin apalagi kalo sampai kena air.  Gak main air gak masalah setidaknya ada camar yang bisa jadi hiburan yang tak pernah saya temui di pantai Indonesia. Buat teman-teman yang bakalan ke pantai ini sebaiknya bawa camilan sebagai umpan untuk menarik camar-camar datang mengerumuni biar foto kalian semakin keren.



Yongdusan Park & Busan Tower
Dari pantai kami lalu berjalan melewati gang semacam pasar tradisional yang menjual berbagai jajanan (lupa nama tempatnya). Tapi tujuan utama kami bukan ke tempat ini melainkan Busan Tower. Meskipun ngiler pengen makan tapi kita gak berhenti karena kudu cepat ke Busan Tower. Setelah berjalan selama 20 menit dengan bantuan GPS kami sampai juga. Karena lokasinya berada di atas bukit jadi untuk bisa sampai ke towernya kita harus menaiki tangga, untungnya ada pilihan eskalator jadi gak sampai gempor menaiki anak tangga yang lumayan banyak.
Jajanan di pasar tradisional

Busan Tower

Yongdusan Park

Yongdusan Park
Sesampai di atas pertama kali yang menarik mata adalah pohon sakura yang sudah mulai berbunga, memang belum semuanya tapi tetap saja saya excited banget. Secara dulu ke Jepang belum punya kesempatan melihat sakura. Setelah puas jepret dari segala macam sisi, eh ternyata di bagian atas sebelah tower bunga sakuranya lebih banyak. Jadilah kita pindah lokasi pemotretan ke bagian yang banyak bunga sakuranya, sampai si tower terabaikan padahal tujuan utamanya untuk melihat Busan Tower ini. Sayangnya karena sedang dalam renovasi sehingga kami tidak bisa masuk ke Busan Tower untuk menikmati kota Busan dari ketinggian. Tapi gak masalah, dari taman Yongdusan aja udah lumayan kok pemandangan kebawah kota Busan, pantai dengan pagar gedung-gedung tinggi. Puas dengan tempat ini kami lalu turun menuju ke destinasi berikutnya. Nah kalo naiknya enak karena pakai eskalator, turunnya perlu ekstra tenaga karena harus pakai tangga. Selamat berolahraga ya guys…
Sakura...

Teman Seperjalanan
Jagalchi Market
Untuk menuju ke Jagalchi Market hanya perlu berjalan kaki selama 10 menitan. Tapi tidak akan terasa jauh karena kami melewati Nampo-dong Street yang menjadi pusat keramaian di Busan, jadi ada banyak hal yang bisa dilihat di sisi kiri dan kanan jalan. Taman-tamannya dibentuk sangat cantik dengan bunga warna-warni yang gak kalah cantik. Selain itu ada beberapa patung juga yang menjadi icon dari tempat ini, bisa dijadiin tempat buat selpie-selpie juga tuh.

Nampo-dong Street
Kenapa kita ketempat ini? Karena ini merupakan salah satu tempat popular di Busan. Kalo di Jepang ada Tsukiji maka Korea punya Jagalchi. Tempat ini merupakan pasar seafood terbesar di Korea. Bahkan di gerbangnya tertulis “World Famous Fish Market”. Tapi berhubung kita udah pada kelaparan, jadi kita hanya mampir mejeng depan bangunan ini lalu melipir ke sebelah kanan jalan yang menjual berbagai macam kuliner seafood. Tapi ternyata makan di tempat ini lumayan mahal juga.
Jagalchi

Lunch kami hari itu
Saat masuk di salah satu warung terpampang dipapan menu harga untuk sepanci medium seafood stew seharga 40ribu – 60ribu won. Beruntung karena kami datang ramai-ramai jadi untuk sekedar mencicipi rasanya seafood di tempat ini cukup memesan beberapa aja dan dibayar beramai-rami. Kami memesan sepanci seafood stew dan seporsi stir-fried Octopus harganya jika dirupiahkan 1 juta lebih. Untuk rasa seafood stew lumayan enak, tapi saya sendiri kurang menikmati octopusnya karena agak susah hancur saat dikunyah. Padahal kalo tidak dikunyah sampai hancur, bisa nyangkut di tenggorokan. Gak bisa bayangin gimana dengan orang-orang yang makan octopus mentah. Itu kenapa gak bisa sembarangan makan octopus mentah. Kalo kata teh Rani kalo ngunyahnya gak bener bisa nyangkut di tenggorokan dan menutup saluran pernafasan. Nah loh…

Gamcheon Culture Village
Dari Jagalchi kami naik taxi ke Gamcheon Culture Village karena Busnya agak lama.  Dari semua tempat, menurut saya tempat inilah yang instragamabel banget dan paling banyak spot foto-fotonya. Bisa dibilang hampir di setiap sudutnya punya keunikan sendiri sehingga tidak bisa dilewatkan. Tidak heran orang-orang suka menjuluki tempat ini sebagai Santorini-nya Korea, karena memang ditempat ini bangunanya di cat warna-warni tapi tetap cantik. Jadi kalo kita naik ke area yang lebih tinggi kita akan melihat pemandangan yang sangat cantik, laut yang dikelilingi oleh bangunan warna-warni.

Santorini Ala Korea

Gamcheon

Sebelum memulai mengeksplore tempat ini jangan lupa beli peta dulu sekalian bisa dipakai untuk mengumpulkan cap dari lokas-lokasi tertentu. Sebagai bukti bahwa kalian sudah kesini. Tempat ini sebenarnya merupkan perumahan warga tapi disulap jadi perkampungan seni dengan mendatangkan seniman handal untuk mengecat rumah warga dengan berbagai macam warna mentereng dan juga memberi lukisan gambar-gambar menarik. Jadi jangan heran kalo ketemu dengan warga-warga yang asli tinggal disini. Selain itu buat yang phobia anjing musti hati-hati karena disini ada banyak anjing piaraan warga, plus bau-bau pesing bekas pipis anjing juga jadi hal biasa kamu temui jika menyusuri gang-gangnya satu per satu.
Gamcheon 

So colorful

The best Spot for me
Tapi kalo ketempat ini menurut saya butuh waktu seharian baru puas mengeksplore dan menikmati setiap spot yang ada. Selain itu berada di tempat ini benar-benar bikin nyaman, bukan hanya karena cantik tapi udara ditempat ini sangat segar. Tidak heran jika orang-orang di desa ini sehat-sehat.  Nah karena banyak tempat yang bisa didatangi jadi kudu make sepatu yang nyaman di kaki kalo tidak mau kakinya sampai lecet.

Salah satu spot paling ramai adalah patung seorang anak dengan seekor fox atau dikenal sebagai “The Little Princeess”. Saat kesini antriannya panjang banget untuk bisa foto di tempat itu, jadinya saya hanya mengambil gambar antrian orang-orang itu saja. Spot ini memang sangat popular karena banyak digunakan dalam drama korea. Selain itu jangan lupa juga mampir di Haneulmaru, spot paling bagus untuk mengambil gambar dari Gamcheon Village dari ketinggian. Tapi pastikan waktunya tepat ya, karena waktu itu kami sampai di atas sana sudah agak sore, jadi matahari sudah mengyorot langsung jadi kalau mau foto selalu backlight, mungkin kalo datang agak pagian akan lebih bagus lagi.

Spot paling populer jadi antrinya panjang
Pokoknya keputusan untuk mengunjungi tempat ini tidak akan pernah kalian sesali, so kalo udah ke Busan pastikan untuk datang ketempat ini. I am falling in love with this place. Tempat yang kumimpikan untuk menghabiskan hari tua nantinya. Hahaha

Saking asiknya ditempat ini sampai melewati jadwal yang sudah diplanning, akhirnya beberap spot yang belum kami datangi di skip dan kami langsung balik ke Gyeongju. Mengingat kami terlalu banyak jalan hari ini sehingga kaki mulai kesakitan, jadi butuh istirahat. Untungnya besok tidak perlu melakukan perjalanan jauh karena besok hanya akan mengeksplore Gyeongju saja. Nah ada hal apa yang menarik dari Gyeongju? Nantikan tulisan selanjutnya ya.



Backpacker ke Korea Selatan – Part 1

Touch Down Korea

Hay gaes setelah menulis pengalaman saya mendapatkan visa Korea Selatan yang notabene posisi diluar kota (Surabaya) dan gak bisa cuti buat ke Jakarta langsung (baca disini), so mulai sekarang saya akan memposting satu persatu pengalaman saya selama 8 hari di Korea Selatan.
Secara garis besar ada 3 tempat yang kami datangi yaitu Gyeongju, Busan, dan Seoul. Kenapa saya menulis kata “kami”? Yup karena trip kali ini saya gak sendiri lagi tapi serombongan bertuju (Rani, Zerlita, Mia, Anty, Tina, Uci, dan Saya) yang share-cost dan di lead oleh Teh Rani, sesepuh Backpacker Internasional yang udah melanglang buana keberbagai Negara, tepatnya dia menghabiskan waktu 333 hari mengelilingi 22 negara. Pertama kali kenal hanya dari facebook aja dan benar-benar terinspirasi oleh kisahnya dan  berharap nantinya bisa kayak dia so kudu ngambil kesempatan untuk bisa trip bareng dan mendengarkan kisahnya selama setahun keliling dunia.

Karena saya sendirian dari Surabaya so saya nyampai duluan di KL dan menunggu yang lain landing baru kita ke hotel, karena menginap semalam di Kuala Lumpur. Sebenarnya gak worthed juga sih karena yang kloter Jakarta baru sampai di KL tengah malam jadi kita di hotel hanya 3 jam saja. Tapi berhubung hotel sudah di pesan daripada mubasir ya lebih baik dimanfaatkan. Oh iya kita nginapnya di Orange hotel, ini hotel baru di daerah KL jadi pas kita masuk tuh masih bau cat banget dan masih dalam proses pembangunan.
Orange Hotel (Doc. Google)
Esoknya tanggal 29 jam 5 pagi kami udah balik ke bandara lagi karena penerbangan ke Seoul jam 8 pagi dan masih harus ngurus berbagai macam hal. Penerbangan dari KL ke Seoul memakan waktu sekitar 6 jam. Jadi bisa bayangin gimana bosannya duduk selama itu. Beruntung saya membawa buku bacaan “The Naked Traveler” kenang-kenangan dari Bu Amel manager QC di ex-tempat kerja saya jadi lumayan untuk mengobati rasa bosan dan tambah bikin pengen keliling dunia baca tulisan Mbak Trinity.
Trims bu Amel buat hadiah bukunya ^_^
Selain itu, karena trip kali ini rame jadi masih bisa ngobrol dengan teman yang lain. Beda cerita waktu saya ke Jepang seorang diri di pesawat gak bisa ngapa-ngapain selain tidur dan ngomong sama diri sendiri. Nah berhubung saya duduk sebelahan sama Mbak Zerlita dan Mbak Mia jadi banyak ngobrolnya sama mereka. Pas di pesawatlah saya baru tahu kalo ternyata teman-teman trip saya kali ini ajumma-ajumma gehol, alias ibu-ibu gaul karena udah pada berkeluarga dan punya anak. Emejing ya… Jadi pengen kayak mereka juga nanti, meskipun udah nikah tetap bisa traveling semoga dapat suami baik hati aja (Aminn yang kenceng) ^_^
Incheon Airport
Jam 4 kurang akhirnya kami landing juga di Incheon International Airport, thanks God for safe landing. Masih amaze aja gak nyangka kaki ini bener-bener udah menjejak di negeri Gingseng ini. Gak heran dong kalo akhirnya langsung pota-poto dibandara dengan latar belakang tulisan korea. Nah berhubung yang trip kali ini bukan hanya saya saja yang narsis, tapi ajumma2 juga pada suka poto jadilah kita tambah heboh jepret sana sini.

Kesan pertama pas sampai ternyata toiletnya kurang bersih dibandingkan Jepang. DI antiran imigrasi yang cukup rame hari itu juga tidak serapi dan seteratur orang Jepang, hampir mirip-mirip INdonesialah kalo antri. Maaf selama menuliskan tulisan ini saya akan selalu compare dengan Jepang karena dulunya di bayangan saya Jepang dan Korea tidak terlalu beda dan tidak terlalu jauh jadi seharusnya hampir miriplah, tapi setelah trip ini saya menemukan banyak banget perbedaan. Mau tau apa aja? Baca terus aja setiap sesinya.
Device Olleh Wifi
Setelah keluar dari bandara kita mampir di tempat persewaan modem wifi karena kita rame-rame jadi urunan untuk sewa wifi per orang bayar sekitar 13.200 won selama 9 hari. Device wifi yang kami gunakan adalah Olleh Wifi.  Tapi gak enaknya kalo pakai wifi ini karena ternyata kapasitasnya hanya cukup untuk 5 device, terpaksa kudu gantian pakainya karena kami ber-7. Nah saran saya mungkin lebih enak pakai paketan XL dari Indonesia aja apalagi kalo sendirian. Wifi beres lanjut beli kartu transportasi atau bisa disebut T-money Cards. Enaknya pakai kartu ini karena lebih praktis tinggal tap aja dan kita tidak perlu susah-susah nyari duit cash tiap kali naik transportasi. Selain itu konon katanya lebih murah 100 won dibandingkan kalo kita bayar cash (gak pernah ngitung dan merhatiin).

Selesai dengan masalah internet kami lalu lanjut ke mesin untuk mengisi T-money cards yang tadi udah di beli. Disini Teh Rani yang udah berpengalaman mengajari kami satu per satu gimana cara mengisi kartu. Tenang aja gak akan terlalu sulit seperti yang di bayangkan karena ada tulisan dalam bahasa Inggris (kalo sempat saya akan tulis gimana cara mengisi T-money). Sesudah mengisi kartu kami lalu menuju ke stasiun Airport Railroad Express yang mengantar kami menuju ke stasiun bus karena hari ini kami akan langsung menuju ke Gyeongju.
Airport Railroad Express
Nah dari bandara ini sebenarnya ada 2 alternatif transportasi yang bisa digunakan selain Airport Railroad Express. Ada bus bandara yang langsung menuju ke city center Seoul. Untuk bus standar harganya hanya sekitar 10ribu won, kalo mau yang agak mewah pakai bus deluxe sekitar 16ribu won. Yang kedua pakai taxi yang tentunya lebih mahal tapi lebih nyaman juga karena diantar sampai tujuan. Terserah kalian mau memilih yang mana.

Sesampai di Stasiun Bus kami hanya punya beberapa menit beli camilan untuk mengisi perut yang lapar karena bus menuju gyeongju akan segera berangkat. Terpaksa planning awal yang mau makan dulu dibatalkan dan hanya berbekal onigiri atau kalo orang Korea bilang “jumeok bap”. Nasi dengan berbagai jenis isi yang dibungkus rumput laut dan dibentuk segitiga. Selama di Korea saya lebih banyak makan ini untuk menjauhkan diri dari sakit maag dan kantong kering. Harganya bervariasi mulai dari 700-1200 won. Kalo mau hemat makan jumeok bap ini salah satu alternatifnya.
Stasiun Bus
Banana Milk
Setelah itu kami langsung naik ke bus yang lumayan nyaman karena kursinya cukup lebar dan bisa di setting ke posisi nyaman untuk tidur. Naik bus ini kita kudu pake seat belt juga sama kayak di pesawat. Setelah kita semua naik kita akan dihitung oleh supir bus, kalo sudah lengkap maka bus segera berangkat. Dan memang mereka selalu ontime, jam keberangkatan persis seperti yang tercatat di karcis bus. Jadi buat teman-teman yang akan naik bus dan membeli secara online jangan sampai datang terlambat kalo gak mau ditinggalkan oleh bus.

Perjalanan dari Seoul menuju ke Gyeongju butuh waktu sekitar 5 jam jadi waktu ini kami manfaatkan untuk tidur. Tapi tenang aja di tengah jalan kita akan berhenti satu kali di sebuah rest area yaitu Susan Service Area, nah buat kalian yang beseran kayak saya, Susan ini tempat yang tepat untuk segera ke toilet supaya tidak tersiksa menahan pipis. Selain itu disini juga ada banyak camilan yang dijual kalo siang hari, kalo malam hari ada convenience store yang menjual makan dan camilan juga.  Tapi ingat don’t take time too much ya, kalo gak kalian bakalan dipelototoin sama penumpang lain karena menunggu. Jadi ceritanya waktu itu Mbak Mia minta anter pipisnya telat dan belum lagi nyasar pas ke toilet, walhasil kami berdua balik ke bus agak telat dan dipelototin cewek cantik yang gak terlalu sabar. Dan ternyata di supir pun sudah bolak-balik menghitung penumpnag gara-gara kekurangan kami berdua. Setelah kami duduk, bus langsung berangkat menuju ke Gyeongju. Kami pun melanjutkan tidur kami.
Bus ke Gyeongju

Susan Service Area
Serasa baru tidur beberapa menit eh si teteah Rani udah bangunin kita karena kita udah sampai. Turun dari bus brrrrr udara dingin langsung menyergap badan. Saya yang salah kostum pun langsung menggigil. Ya, saltum karena saya pikir ini sudah spring jadi seharusnya tidak sedingin winter di Jepang, tapi ternyata suhunya sama dengan suhu winter di Jepang sekitar 8 derajat. Yang lain pada pakai longjohn, tinggallah saya yang hanya memakai baju alakadarnya. So, buat teman-teman kalo berangkat dibulan yang sama dengan saya, sebaiknya jaga-jaga tetap bawa longjohn. Lebih baik nyesal bawa daripada nyesal gak bawa. Hahaha

Nah karena kami sampainya tengah malam jadi kita gak ada pilihan lain selain pakai taxi untuk menuju ke hostel Santa Guest House (review menyusul) yang udah di booking. Saat nego sama si supir taxi, eh si supir kagak ngerti alamat yang kita maksud karena gak bisa bahasa Inggris. Setelah ngobrol panjang dan ditunjukkan print alamat hostel kita akhirnya dia suru naik juga. Nah pas diatas ini si supir yang gak ramah blass ngoceh-ngoceh gak karuan dalam bahasa Korea sana, untung aja kita gak ngerti jadi kita biarin aja dia ngoceh. Kayaknya dia ngoceh gara-gara kita kelamaan tutup pintu, entahlah.

Sesampainya di daerah yang ditunjukkan GPS kita gak tahu lagi yang mana hostelnya. Karena sudah mencari sekeliling tapi tidak ada tulisan Hostel Santa Guest House. Karena gak yakin kita duduk aja di taxi menunggu Teh Rani dating, tapi karena kelamaan si supir pun ngoceh-ngoceh gak ramah lagi sepertinya udah ngusir kita. Tapi karena di luar dingin kita tetep ngotot nunggu di taxi. Gak lama Teh Rani akhirnya datang dan sempat kebingungan juga nyari hostelnya. Ternyata tulisan Santa Guest Housenya nyempil di dalam lorong deket tangga, pantes aja gak keliatan. Setelah membayar taxi kami buru-buru mengangkat koper dan menaiki tangga satu per satu menuju ke lantai 3.
Santa Guest House
Saat kami datang, kami disambut oleh oppa yang baik hati, we call him oppa Santa karena kita gak tahu nama asli dia sapa. Setelah salaman dan dikasih tau tata aturan di hostel itu, kita lalu ditinggal, karena dia emang gak tinggal di tempat itu. Pertama kali masuk di hostel ini ada perasaan aman, ya iyalah secara udah gak kena udara dingin jadi aman untuk tubuh. Langsung nyari air panas untuk diminum mengusir angin jahat yang sempat masuk ke tubuh. Yang lain pada beres-beres dan mandi, saya langsung cuz bobok (kayaknya masih pantas menyandang ratu tidur). Karena tempat ini memiliki penghangat jadi terasa nyaman banget dan hanya beberapa menit saja sudah langsung lelap ketiduran. Terasa sangat nyaman sembunyi dibalik selimut yang hangat ini.


Gimana kisah perjalanan saya keesokan harinya? Semoga masih penasaran ya.. oke lanjut di part selanjutnya ya biar gak terlalu panjang.

Tips Hari Ini:

  • Karena flight lama jangan lupa bawa sesuatu yang bisa mengusir rasa bosan selama di pesawat, boleh bawa buku, bawa camilan sekontainer, download musik dan movie sebelum flight buat stock,  bawa bantal kalo mau tidur selama 6 jam atau liat-liat foto mantan boleh juga, ehhh.
  • Kalo trip sendiri atau lebih dari 5 mending beli paketan Internasional dari Indonesia (rekomended kartu XL), tapi kalo hanya berlima boleh juga sewa wifi di airport biar lebih hemat karena bisa patungan.
  • Beli kartu transportasi seperti T-money biar praktis kalo naik-turun transportasi, dan bisa berhemat sampe 100 won. Kartu ini bisa digunakan untuk naik kereta bandara, subway, bus kota dan beberapa bus antar kota, bahkan bisa dipakai belanja di 7eleven dan minimarket lain. 
  • Colokan di Korea sama aja kayak di Indonesia bulet, jadi gak perlu bingung bawa adaptor Internasional.
  • Kebanyakan orang sana gak tahu bahasa Inggris jadi sebaiknya siapkan gambar atau alamat lengkap dari alamat yang akan di cari, kalo mau praktis bisa pake aplikasi penerjemah ke bahasa Korea salah satu aplikasi yaitu Papago.


If you think you know everything, go to the road and travel around. You will always find new thing you didn't know!!





Kisah Semalam di Bandara KLIA2

Lapak buat NGEMPER 

Gara-gara hotel yang di booking jauh-jauh hari di nida room dadakan di cancel sama pihak hotel dengan alasan penuh, terpaksa transit kali ini pun kudu ngemper di Bandara KLIA. Nah meskipun terpaksa, saya tetep excited tiap kali bakalan tidur di bandara. Karena itu berarti akan ada pengalaman baru lagi yang akan saya alami dan bisa saya ceritakan. Penasaran? Baca terus ke bawah ya...

Oke kalo selama ini bingung nyari tempat tidur kalo belum masuk melewati imigrasi (tempat tidur nyaman setelah imigrasi klik disini), akhirnya setelah kesekian kali transit disini saya temukan juga tempat tidur yang selama ini banyak diperbincangkan di kalangan backpacker. Tolong dicatat ini untuk yang backpackeran dan minim budget, yang sayang duitnya untuk nyewa hotel di bandara selama beberapa jam. Untuk kaum berduit sebaiknya pilih menginap di salah satu hotel maupun kapsul yang ada di bandara ini juga.

Yuhu salah satu spot untuk tidur ada di dekat Arrival hall. Jadi pas keluar dari arrival hall tinggal milih mau ngemper atau bobok ayam di kursi. Kalo mau ngemper pilih lorong sebelah kiri. Jalan saja lurus kebawah tapi jangan lupa toleh ke sebelah kiri. Setelah jalan menurun itu akan kalian temukan sepetak area dengan wallpaper orange dan tulisan putih yang dialasin dengan karpet yang tampak usang. Jika anda beruntungkan, maka akan ketemu juga beberapa koper dan beberapa badan yang sedang terbujur tapi bernafas sedang menikmati waktu istirahatnya.

Tapi kalo kalian merasa pantang untuk tidur di lantai boleh pilih lorong sebelah kanan dan toleh ke kanan kalian akan ketemu wallpaper kuning tulisan putih dengan jejeran kursi.  Disanalah tampak juga beberapa orang tidur ayam di atas kursi dengan kepala terantuk-antuk berkali-kali.

Karena saya tipe orang yang susah tidur cantik di kursi tentu saja saya memilih ngemper. Jadi saya milih yang sebelah kanan. Dan ternyata karpetnya kotor banget. Biar di kata kita kudu lepas sepatu kalo naik ke karpet ini tetep aja kotor karena telah diinjak oleh kaos kaki dari berbagai negara dengan berbagai aroma. Tidak heran beberapa orang tampak membeber dos sebagai alas tidurnya. So kalo ada planning tidur disini jangan lupa bawa sarung buat alas coy untuk menahan biar bakteri-bakteri di karpet tidak langsung bersentuhan dengan kulit cantikmu.
Add caption

Sayangnya di tempat ini tidak ada colokan, jadi kalo mau charge hape kudu turun dibawah tangga tempat center colokan berdiri. Dengan kata lain kita harus milih ngecharge hape atau tidur. Tidak bisa dilakukan bersamaan. Kecuai kalo kalian ikhlas jika hape hilang maka silahkan charge hape kalian di bawah dan naik ke atas untuk tidur.

Nah yang menarik dari semalam di bandara kali ini adalah saat sedang asik mainan hape menunggu kantuj datang, saya melihat 2 orang dengan seragak petugas sedang duduk disebelah saya sambil menikmai makannya. Nah karena saya penasaran pengen tahu dari mana orang-orang mengambil dus sebagai alas, saya tanya dong sama mereka kan mereka petugas sana kali aja ngerti.

Setelah tanya-tanya ehhh ternyata si bapak itu orang Indonesia asli dari provinsi yang sama dengan saya SulSel, tepatnya dia orang bugis dari makassar. Saya excited dong bilang saya dari Toraja. Setelah tau kita sami-sami orang Indonesia dia akhirnya cerita banyak. Mulai dari berapa lama dia sudah kerja sampai gaji-gaji juga yang terbilang cukup besar untuk seorang cleaning service. Si bapak ini gak mau pulang Indonesia dan memilih terusan kerja disini karena gaji yang lumayan itu. Tidak heran dia bertahan sampai 15 tahun di negara ini.

Nah saya juga menemukan fakta baru kalo ternyata yang tidur disini dan sudah punya dus itu artinya mereka bukan orang yang hanya transit dan sekedar bobok untuk semalam di bandara ini. Tapi mereka adalah penghuni tetap bandara ini.  Ada bule yang dari tampangnya dari eropa sono katanya sudah stay hampir 3 bulan, ada juga orang dari cina sana yang udah stay selama 1 bulan dan seorang warga Malaysia yang juga stay lama di bandara ini. Mendengat kisah bapak itu saya hanya bisa ngangguk-ngangguk aja. Pantes saja keliatan nyaman alasnya dan tampak beberapa botol dan galon dijejer dengan koper untuk menandai daerah teritori mereka. Entah gimana caranya mereka mengelabui petugas sehingga bisa stay di bandara selama itu. Padahal ada cctv selama 24 jam.

Singkat cerita setelah ngobrol panjang lebar, si bapak ini menawarkan lapak dia buat saya tempati tidur. Katanya malam ini dia tidak tidur di bandara karena bukan shift malam jadi setelah jam 10 saya bisa tidur disana. Ok terima kasih kepada bapak yang baik hati tapi saya memilih untuk tidur di spot yang sudah saya tandai karena terlanjur nyaman dan tidak enak juga dengan beberapa teman saya yang juga harus tidur disini karena ketinggalan pesawat.

Nah pas mulai ngantuk saya memilih untuk rebahan. Membungkus badan dengan selendang lebar yang cukup untuk menutupi seluruh badan saya, secara saya mungil gitu (dilarang komen). Yang buat kaget adalah sebelum tidur di area ini hanya sekitar 10 orangan tapi tengah malam pas saya bangun semua karpet tertutupi oleh tubuh manusia yang terbujur begitu saja. Bahakan di bawah kaki saya ada 2 orang yang bisa tidur dengaj santainya tanpa alas maupun selimut. Disebelah kanan saya ada sepasang suami istri dengan bayinya yang masih kecil tamoak tidur pulas juga. Saking penuhnya beberapa orang yang tidak kebagian karpet akhirnya memilih tidur di bawah tangga yang lantainya sangat dingin.

Itu kenapa tiap kali pulang ngetrip seperti ini saya lebih bersyukur meskipun tinggal di kamar kost yang kecil dan panas. Setidaknya saya tidak perlu ngemper dikarpet kotor atau lantai yang dingin tiap malam. Jadi buat kalian yang bisa tidur di atas ranjang meskipun hanya ranjang biasa bukan ranjang harga puluhan juta,  BERSYUKURLAH... karena di luar sana banyak orang yang ingin merasakan tidur ditempat tidur kalian tapi tidak bisa.

Sekian kisah semalam di KLIA 2
Nanti dilanjut lagi ya kalo udah sampai Surabaya, ini mau check-in dulu.

KLIA2 - 07 April 2017



CARA BUAT VISA KOREA SELATAN


Sebelumnya saya sudah menuliskan cara buat visa Jepang versi saya sendiri (baca disini). Nah sekarang saya mau share pengalaman saya mengurus visa Korea Selatan. Sebelum mengurus visa Korea Selatan ini saya sudah googling kesana kemari. Sebenarnya saya maunya mengurus visa sendiri, tapi berhubung kedutaan Korea Selatan hanya ada di Jakarta dan saya gak mungkin cuti so terpaksa saya pakai agen.
Powered by Blogger.

Search This Blog

Blog Archive

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

footer logo