Setelah seharian kemarin mengelilingi Busan
full jalan kaki (baca disini), akhirnya kaki gempor juga. Untung aja ada
teman-teman yang bawa konterpen jadi lumayan mengurangi rasa lelah di kaki
(ini bukan iklan). Hari kedua kita semua bangun telat, mungkin karena kelelahan
juga. Kita baru keluar hostel jam 10an dan ternyata di luar cuaca lagi gak
mendukung karena hujan. Gak ada satupun dari kita yang bawa payung, mana jaketku gak
pake topi (ini gara-gara salah kostum). Beruntung mba Zerlita kelebihan topi
jadi saya dipinjemin topi coklatnya untuk melindungi kepala dari hujan
(khamsahamnida Unnie Zerlita ^_^).
Area di sekitar Hostel Santa |
Meskipun gerimis kami tetap on fire melangkahkan kaki mengelilingi Gyeongju yang merupakan bekas ibukota kerjaan
Korea masa lalu. Yang juara dari kota ini adalah kebersihannya dan ketenangan
kotanya (mungkin karena bukan kota besar kali ya). Selain itu Gyeongju juga terkenal sebagai kota Tumuli (berasal dari
kata “tomb” yang artinya kuburan) karena disini ada banyak sekali komplek
kuburan dari jaman dahulu. Kalo mau keliling tempat ini bisa naik bus atau
taxi, tapi karena kami tepat berada di daerah objek wisatanya jadi jalan kaki
saja bisa.
Sakuranya belum mekar |
Awalnya tujuan kami adalah untuk menikmati
Sakura di sepanjang jalan menuju ke Daerungwon Tomb, tapi berhubung cuaca yang
kurang mendukung dan tidak bisa di prediksi ternyata bunga Sakurnya belum
terlalu mekar. Sudah ada yang mekar tapi baru satu dua aja jadi belum terlalu
bagus. So, kami langsung menuju ke Daerungwon dan berencana untuk balik
ketempat ini lagi setelah keliling Seoul.
Daerungwon
Tomb Complex
Ternyata bukan hanya Toraja aja yang
mempopulerkan kuburan sebagai objek wisata. Di Gyeongju ini salah satu objek
wisata yang terkenal adalah “Daerungwon Tomb Complex” yaitu kompleks kuburan
Raja dari Dinasti Shilla. Ada 23 kuburan besar yang ada disini, tapi yang
paling terkenal ada Cheonmachong dan Hwangnamdaechong (jangan maksa baca kalo
susah haha). Sama kayak di drakor yang
sering saya nonton, bentuk kuburannya bulat seperti gundukan tanah dalam versi
besar jadi tampak seperti bukit dan tanpa tanda nama orang yang dikuburkan
disana.
Yang lain beli tiket, tinggalah saya selpi dgn topi pinjaman |
Setelah melewati gerbang tempat menunjukkaan tiket yang sudah dibayar, kita akan melewati jejeran hutan pinus. Meski pemandangan disini sudah bagus, tapi belum seberapa dengan pemandangan dibawah sana. Jalan saja terus kebawah
maka akan kelihatan gundukan-gundukan dari kuburan yang dikelilingi pepohonan warna kuning dan putih. Dipenjuru kompleks kuburan
ini terdengar lantunan musik yang agak mellow gitu entah lagu apa tapi mungkin
untuk menambah kekhidmatan orang-orang yang berziarah kesini.
Area di Sekitar Daerungwon Tomb |
Kami lalu terus menyusuri jalannya dan sampai di sebuah museum tempat menyimpan duplikat dari barang-barang
peninggalan kerajaan, seperti mahkota dan aksesoris kerajaan lainnya. Bagi
pecinta sejarah tempat ini wajib didatangi. Tapi buat saya yang lebih suka
pemandangan, lebih betah menghabiskan waktu di luar menikmati taman yang penuh
pepohonan dengan bunga mulai bermekaran seperti
sakura yang berwarna pink, bunga berwarna putih dan juga kuning (entah
pohon apa). Sayang saat kesana cuaca lagi gerimis dan mendung, andai saja
langitnya biru saat itu pasti bakalan eksotik banget kolborasinya. Untuk masuk
ke tempat ini kita kudu merogoh kocek sekitar 3000 won per orangnya.
Duplikat peninggalan kerjaan |
Pas keluar dari kompleks ini kami melewati
sebuah bangunan berbentuk kuil mini yang dari dalamnya terdengar lantunan musik
dan suara orang yang melantunkan semacam sajak dalam bahasa Korea. Karena
merasa penasaran kami melipir ketempat ini. Ternyata sedang berlangsung semacam
upacara gitu (mungkin upacara pelantikan). Jadi ada beberapa ajussi dan
haraboji yang sedang berbaris lengkap dengan seragam tradisional khas Korea.
Satu group berdiri di sebelah kiri dengan seragam berwarna hitam dan disebelah
kanan satu group dengan pakaian berwarna biru sambil memegang batangan putih
dan berpakaian lengkap dengan aksesoris seperti mentri-mentri kerajaan kalo di
drakor. Saya mengartikan mungkin yang pakaian hitam lebih rendah posisinya
karena mereka tidak memakai tenda sama sekali padahal saat itu hujan mulai
deras. Sedikit iba melihat haraboji yang harus berdiri diam ditengah hujan yang
mengguyur badannya. Kagum dengan penghargaan mereka terhadap budaya mereka
sendiri.
Cheomseongdae
Observatory
Karena letaknya bersebelahan dengan
Daerungwon jadi ketempat ini cukup berjalan kaki saja. Di tempat ini terdapat sebuah observatory yang berbentuk menara dari batu yang tidak terlalu
tinggi tapi yang membuatnya terkenal adalah observatory ini merupakan yang
tertua di Asia. Dibangun oleh Queen Seondeok pada tahun 632-647 (kalo yang
pernah nonton drakor Queen Seondeok pasti tau tempat ini). Dulunya observatory
ini digunakan untuk meramal cuaca yang sangat bermanfaat disektor agrikultur
pada jaman itu.
Jika terus berjalan sampai kedalam kita akan
melewati taman dengan pepohonan yang akan berwarna-warni kalo datangnya pas
autumn, tapi karena ini lagi spring jadi pohonnya gersang gitu. Diarea ini juga
ada bunga kanola yang berwarna kuning terang jika berbunga, tapi waktu kesana
masih belum berbunga juga jadi kami terus berjalan sampai ke ujung. Diujung jalan ini ada bangunan yang dibuat
jadi semacam bisokop mini untuk menonton sejarah kerjaan Silla dijaman dahulu.
Awalnya saya tidak sadar kalo itu hanya miniatur saja karena mereka hebat banget buatnya sampe mirip wajah orang beneran. Setelah mengamati lebih seksama
baru kelihatan kalo itu hanya animasi. Tempat ini wajib didatangi juga buat yang suka sejarah.
Anapji Pond
Dari Cheomseongdae
Observatory kami lalu melanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya,
dengan menggunakan bus kami sampai di Anapji Pond yang terletak di Taman
Nasional Gyeongju. Pertama kali masuk gerbang kami disambut taman yang sangat
luas tanpa bunga hanya tampak seperti tumput kering yang terpotong rapi
berwarna kuning kecoklatan (mungkin karena masih awal spring kali ya jadi
bunganya masih malu-malu kucing).
Sebenarnya kalo lihat foto-foto di google tempat ini paling bagus di datangi pas malam hari karena lampu-lampu di sekitar kuil mempercantik tempat ini. Di salah satu bangunan terdapat sejarah singkat mengenai kerajaan Silla yang dulu ada disini. Tapi kami gak terlalu lama disini karena tujuan utama ketempat ini tentu saja melihat Kolam Anap yang merupakan kolam buatan. Kalo datangnya diwaktu yang tepat kolam ini akan dipenuhi dengan bunga teratai yang bermekaran dan pasti pemandangannya bakalan jauh lebih cantik. Karena ujan mulai deres lagi, jadi kami mempercepat langkah kaki meninggalkan tempat ini.
Anapji Pond |
Sebenarnya kalo lihat foto-foto di google tempat ini paling bagus di datangi pas malam hari karena lampu-lampu di sekitar kuil mempercantik tempat ini. Di salah satu bangunan terdapat sejarah singkat mengenai kerajaan Silla yang dulu ada disini. Tapi kami gak terlalu lama disini karena tujuan utama ketempat ini tentu saja melihat Kolam Anap yang merupakan kolam buatan. Kalo datangnya diwaktu yang tepat kolam ini akan dipenuhi dengan bunga teratai yang bermekaran dan pasti pemandangannya bakalan jauh lebih cantik. Karena ujan mulai deres lagi, jadi kami mempercepat langkah kaki meninggalkan tempat ini.
Anapji Pond |
Bulguksa
Temple
Tempat selanjutnya adalah Bulguksa Temple. Tempat
ini wajib didatangi juga karena didaulat sebagai Warisan Budaya oleh UNESCO dan
berusia ratusan tahun. Selain itu tempat ini juga sering dijadikan tempat
syuting buat drama Korea, so buat pecinta drakor ini tempat yang wajib di
datangi. Kalo pas musim gugur daun dari pohon disekitar tempat ini tampak
warna-warni jadi bakalan cantik banget. Waktu kesini pun meski tanpa
bunga warna-warni pemandangannya tetap indah, apalagi kalo musim gugur. Selain
itu karena merupakan kompleks kuli jadi tentunya yang mendominasi ya kuil-kuil
kuno juga. Kalo mau kesini persiapkan tenaga yang banyak karena area kompleks ini
sangat luas. Berhubung kaki saya sudah gak kuat jadi saya gak sempat mendatangi
tempat ini satu per satu. Yang pasti memang tempatnya sangat bagus apalagi saat
itu sakura juga mulai bermekaran di beberapa tempat. Sebenarnya hari masih
sore, tapi karena badan sudah tidak bisa di ajak kompromi, akhirnya kami
memilih untuk balik ke hostel dan mengistirahatkan badan sebelum memulai
perjalanan esok hari.
Bulguksa Temple |
Maafkan kenarsisan kami |
Maafkan kenarsisanku |