Yeay finally janji buat nulis kisah dari
City/State lain kesampaian juga ya. Akhirnya hari ini tanggal 5 December 2017
saya menginjakkan kaki juga di kota kedua saya di Oz yaitu Brizzy alias
Brisbane. I am too excited to write down my experiences on my first day here,
sampe gak tau harus mulai dari mana. Terlalu banyak kebaikan dan keajaiban yang
saya alami. Semoga nanti nulis kisahnya gak kepanjangan ya.
Before I move to this place, lots of my
friend in Darwin saying “don’t move”. Saya tahu mereka bermaksud baik biar saya
tetap bekerja ditempat yang bagus dengan gaji bagus juga, secara saya sudah
kerja di ESS tempat idaman para WHV warriors. Tapi apa hendak dikata keinginan
hati sudah bulat. Memang saya datang ke OZ salah satu tujuannya untuk berburu
dollar, tapi bukan hanya itu saja tapi enjoying my life as well. Bukan berarti
saya tidak menikmati kehidupan saya di Darwin, justru karena menurut saya
Darwin sudah jadi comfort zone dan saya kudu keluar dari sana untuk bisa terus
berkembang (ceilehh). Karena Australia bukan hanya Darwin saja. Dan kembali
lagi dari tujuan masing-masing orang datang kesini. Saya pribadi ke OZ not only
for money but looking for experiences. Memang kalo pengen duit GEDE mungkin
Darwin adalah tempat paling pas, so buat kalian yang masih persiapan kesini
make sure what you want, otherwise you will confusing and end up with nothing.
Oke forget about that sekarang lanjut ke
beberapa pertanyaan yang paling sering ditanyakan ke saya sebelum dan sesudah
saya sampai di Brizzy. Pertama apa saya punya kenalan disini? Jawabanya adalah
“Nope”. Yep I don’t know anybody here, just like at the first time I came to
Darwin. Tapi kali ini lebih horror lagi karena bener-bener gak tau apa-apa soal
Brizzy. Kalo Darwin dulu kan udah sempat joint group jadi ngerti dikit-dikit
soal life in Darwin. Tapi kalo Brizzy ini bener-bener nol putul alias zero. Sempat kontak 1 orang yang tahu lewat WA
doang tapi kurang menanggapi so I count her nothing as well (pardon me). But
you know hidup backpacker ya gitu, you never know apa yang bakalan terjadi, dan
gak selalu menemukan teman seperjalanan, all you need just to be brave and
enjoy the beauty of life lewat something yang “gak pasti” itu sendiri.
Farewell with La Beach squad |
Kedua apa saya sudah ada kerjaan? Jawabannya
lagi-lagi “Nope”. Yeah I trying applying some work while I am still in Darwin
but until the day I am arrived here I get nothing. Am I worry? Of course
sometimes I worry saya manusia biasa kali. Meskipun tujuan kesini bukan
semata-mata dollar, tapi saya tetap butuh 1 kerjaan setidaknya untuk biaya
hidup disini. But I am typical orang yang berusaha berpikiran positif, so I
trying to convince myself that as long as I tryingg harder and never give up I
will get the job at the end. Tidak peduli orang mau bilang kerjaan sepi kek, gaji
kecil kek atau apa kek pokoknya kerja.
Ketiga apa sudah dapat tempat tinggal? Dan
lagi-lagi-lagi jawabannya “Nope”. Yeah I don’t get rent house. But kabar
baiknya adalah karena saya smart jadi saya coba untuk pasang iklan di
couchsurfing (googling kalo gak tau itu apa). Setelah dapat tawaran dari
beberapa orang dan setelah sorting dengan pertimbangan matang-matang, saya
menjatuhkan pilihan pada seorang pria lansia bernama Peter Kubainski. And I
never regret to choose him as my host here in Brizzy. Benar seperti referensi
para couchsurfer yang pernah menginap di tempat beliau “he knows a lot about
everything and he will not hestitate you as much as he can”.
Here we go, I will tell you a long story
about him. Sebelum saya flying ke Brizzy beliau sudah sibuk memberikan petunjuk
cara termurah menuju ke rumahnya dari airport yep hanya dengan modal $5 dollar.
Which is waktu masih di Darwin teman-teman pada bilang kalo dari airport menuju
kota tuh biayanya mahal setidaknya $40. Yes it is, kalo kita pake train, secara
train mahal disini. Tapi berhubung saya pakai bus so cukup dengan modal $5
dollar sajo. Nah dramanya di mulai pas mau beli “go card” yeah karena disini
kudu pake kartu kalo naik transportasi umum. Karena tempat beli kartu yang di
dalam bandara masih tutup waktu itu jadi saya kudu nyari kesana-kemari tempat
lain untuk beli kartu. Beruntung saya nanyak ke officer cantik di bandara yang
baik hati nunjukin tempatnya.
Go Card |
Setelah membeli kartu cukup dengan $50 karena
$40 untuk top up dan $10 untuk deposit, saya balik ke depan halaman airport
lagi karena saya tidak menggunakan train tapi pakai bus. So dari bandara naik
free shuttle bus ke Sky Gate, lalu naik bus ke Garden City dari Garden City
pindah bus menuju alamat rumah yang saya tuju. Pas sampe di bus stop terakhir
sempat clingak-clinguk nyari jalan menuju rumah beliau karena di sms beliau harusnya
hanya jalan 1 menit tapi pas liat di GPS kudu jalan 8 menit. Ini hapeku yang
jadul atau jalannya yang tambah panjang? Karena gak ada pilihan akhirnya saya
mengikuti petunjuk GPS dan… eng ing eng akhirnya saya sampai dirumah beliau. Pas
sampe ada 2 pria gentleman yang ternyata udah tinggal ditempat ini. Merekalah
yang bantu saya ngangkat koper saya yang seberat gajah ke atas lantai 2 rumah.
Setelah kenalan akhirnya saya tahu mereka berdua adalah student yang satu asli
Chinese (Henry) dan yang satu asli Aussie (Charley).
To cut long story short saya ditunjukkan
Peter kamar yang bakalan saya tempati selama beberapa hari kedepan which is
privat room alias saya doang yang tinggal di kamar itu. Selesai berberes-beres
saya langsung di panggil Peter ke lantai 1 menuju tempat kerjanya. Setelah
wawancara singkat, beliau lalu menuliskan disecarik kertas “to do list” hari
ini. Beliau sempat menginterogasi juga apa saya mau lanjut sekolah atau nggak,
ternyata tujuannya adalah Permanent Resident (PR). Wohh kalo ditanya ini mah
pasti jawaban saya iya tapi gak mau sekolah lama lagi hahaha. Nah inilah
keberuntungan saya karena Peter belajar soal hukum imigrasi jadi dia tahu
tips-tips biar bisa jadi PR dengan cara yang lebih mudah tapi tetap jalur
legal. But soal itu kita bicarakan nanti saja, pokoknya saya ketemu orang yang
tepat untuk berkonsultasi mengenai kelanjutan masa depan saya di negeri ini.
Kepanjangan gaes, jadi saya sambung di page selanjutnya ya "klik disini"
It’s okay to be scared. Being scared means you are about to do something brave.