Spot Mainstream di Jogja |
Kali
ini saya share pengalaman saya meninggalkan jejak di luar Jatim, yah di kota
pelajar Yogyakarta. Honestly, gak pernah terpikirkan untuk bisa sampai
mengeksplore tempat ini “seorang diri”. Semuanya bermula dari pertemuan saya
dengan seorang teman baru call him Daniel,
disebuah trip (baca: Eksplore Gresik: bukit jamur dan bukti kapur).
Mungkin bagi kebanyakan orang hanya kebetulan saya bertemu “beliau”, but saya
orang yang paling percaya bahwa “gak ada yang kebetulan di dunia ini, semua
sudah diatur sedemikian apik oleh Sang Pencipta”.
Selesai
trip Gresik, kami janji ketemuan untuk tukar foto, dan disanalah tercetus ide
untuk jalan-jalan ke Jogja. Yah, setelah ngobrol cukup panjang terkuaklah bahwa
dia anak asli Jogja, dan seperti biasa saya selalu mengeluarkan kalimat ajaib
saya “kapan-kapan ajak donk ke kotamu”. Dan ternyata kebenaran saat itu dia ada
planning untuk pulkam karena bertepatan dengan acara Artjog dan sebuah
pertunjukan seni di Padepokan Bagong. Jadilah saya ditawari untuk ikut ke
kampungnya, tanpa pikir panjang saya meng-iyakan.
Eitss,
jangan berpikir negatif dulu bro, saya bukan tipe orang yang asal aja menerima
tawaran orang. “Tanpa pikir panjang” dalam kamus saya itu maksudnya sudah
melewati masa observasi dan penilaian karakter orang yang saya hadapi. Thank
God ada gunanya juga saya belajar Psikologi jadi bisa menilai sikit-sikit
karakter orang secara cepat. I know, Daniel orang yang bisa dijadikan teman,
dia friendly, ramahnya pake over dosisi dikit sih, apa adanya dan tak ada
tampang penipu dari wajahnya.
Dari
story singkat mengenai kehidupan dia saya tahu dia jujur dan dibesarkan dalam
keluarga baik-baik so, gak mungkin berbuat jahat. Ditambah lagi dengan
observasi dari sudut pandang psikolgi, saya tahuapa yang dia sampaikan secara
verbal, didukung oleh non-verbalnya (halahh ini ngomong apa sih), ya intinya
saat kita ngobrol saya mempelajari bahasa non-verbalnya melalu gerak-geriknya
untuk tahu apa yang diceritakan adalah kebenaran atau kebohongan. Setelah
yakin, dia gak bakal menculik saya, maka keluarlah kata “Iya” untuk eksplore
Jogja.
Setelah
excited karena bakalan ke Jogja, tiba-tiba berubah jadi gunda gulana karena
ternyata kami harus berangkat Jumat malam. Yah, bermasalah di cuti lagi
deh.Beruntung saya punya bos yang benar-benar pengertian dan baik hati, jadi
saat ijin cuti sehari saya diperbolehkan dengan senang hati. Entah senang
memberi cuti karena bosan lihat saya setiap hari di kantoratau memang karena
iba melihat wajah memelas saya. What everlah, yang penting dapat cuti dan bisa
get lost di kota orang.
H-2
sebelum keberangkatan, tiba-tiba pak bos gak masuk kantor karena sakit dan
harus check-up ke dokter, dicurigai mengidap penyakit DB atau tipes. OMG, ini
sepertinya bad news, kalo pak bos sampai gak bisa masuk, maka liburan yang
sudah di planning jauh-jauh hari alamat bakalan batal.Mana sudah beli tiket
Kereta Api pula. Beruntung semesta mendukung kali ini sehingga Pak Bos batal
sakit dan bisa masuk keesokan harinya.
Jadilah
pada hari H, jumat 12 juni 2015 sepulang kerja saya packing lalu berdua Daniel
segera menuju ke Stasiun Gubeng. Setelah menunggu beberapa menit Kereta Api
datang dan segera membawa kami meninggalkan kota Pahlawan menuju Kota Pelajar.
Jam 12 lebih sedikit kami tiba di Stasiun Yogyakarta. Wew, tiba di tempat ini
dalam hati hanya bisa bilang “Thank God, I am here”. Ya saya benar-benar ada di
tempat ini sekarang dan siap untuk memulai petualangan.
Pesan
Sponsor:
Every
new friends is a new adventure, the start of more memories.
(12
- 14 JUNI 2015)