Hey gaes, kali ini saya kembali dengan
kisah berbeda. Agak dramatis dikit emang, karena hidup itu kadang-kadang butuh
drama juga biar lebih menarik.
So ceritanya sepulang liburan dari Jeju,
saya ada trip lanjutan ke India. What?? India?? Why?? Kan India negara miskin
dan kotor dan bahaya dan lain-lain. Hahaha well emang dari dulu India gak
pernah ada di bucket list saya, hingga suatu hari saya melihat foto-foto
mengenai Kashmir which is keren banget dan pake salju pula. Nah loh gimana gak
ngiler coba, kalo gak percaya coba deh kalian searching sendiri soal Kashmir.
Nah berhubung ini India so menurut saya better pergi ikut open trip atau tour
gitu jadilah waktu itu salah satu tour sebut saja "DP" lagi ngadain
open trip cukup dengan budget 8,5 juta doang. Karena udah males repot-repot
searching dan pengennya duduk manis aja jadi kali ini saya mutusin ikut tour.
Jadi semua komplit mulai dari tiket, penginapan, sampai itinerary dan juga di
bantu untuk pembuatan visa which is visa elektronik.
Hari H setelah landing di KL dari Jeju
saya bersama seorang ibu dokter langsung menuju ke transit area karena jarak
waktu yang hanya 2 jam saja dengan penerbangan selanjutnya ke India tidak
memungkinkan untuk keluar imigrasi lagi. Semua visa dan boarding pass sudah
kami print untuk mempermudah kami saat pemeriksaan. Semua berjalan lancar
hingga sesaat setelah kami landing di salah satu bandara di India di
Bhubaneswar tiba-tiba para petugasnya tampak begitu tegang dan sibuk berbicara
di Walkie Talkie. Menanyakan apa ini kali pertama kami ke India, ada berapa
orang, ada berapa koper dan beberapa pertanyaan random lainnya. Saya yang sudah
setengah tepar memilih untuk diam dan mengikuti kemana saja ibu dokter itu
pergi.
Tak berapa lama kemudian sayup-sayup
saya mendengar bahwa kami akan segera di pulangkan. What?? Mata saya yang sudah
dari 5 watt langsung melotot. What the heck happen now?? Masih tak percaya
dengan omongan si petugas saya kembali bertanya dan ternyata benar. Kami tidak
boleh masuk karena visa kami tidak diterima dibandara tersebut. Setelah
perdebatan yang cukup panjang termasuk kami jelaskan kalo kami tidak akan
keluar dari city tersebut melainkan kami hanya transit karena ada penerbangan
lanjutan menuju ke New Delhi, tapi tetap saja tidak boleh.
Yang paling bikin kesel adalah wajah
petugas imigrasinya yang tampak congkak dan senyum "smirk" gitu.
Serasa puas banget liat kami gak bisa masuk negara mereka. Well karena masih
belum percaya saya mencoba mencari pembenaran di lembaran e-visa yang sudah
saya print. Memang benar bahwa dibawah dicantumkan hanya beberapa bandara doang
yang menerima e-visa tapi tidak dicantumkan apakah jika transit saja boleh atau
gimana. Pengen debat kusir juga kagak bisa karena gak ada pegangan yang kuat
akhirnya kami pasrah saja digiring bak "pesakitan" kalo kata suami
ibu dokter tadi. Koper-koper kami sudah dinaikan ke pesawat terlebih dahulu,
paspor kami di tahan dan kami pun digiring kembali naik ke pesawat yang sama untuk
pulang menuju ke Kuala Lumpur.
Kejadian ngakaknya adalah karena waktu
itu ada backpacker dari Sweden juga yang tidak bisa masuk ke India tapi dia
tidak sadar hingga sesaat sebelum kami digiring kembali ke pesawat. Padahal
sebelumnya saya tanya apakah dia bisa masuk dan dengan pedenya dia berkata yes
tentu saja, memangnya ada apa dengan visamu? Setelah menyadari bahwa dia harus
pulang juga swearing dan kata-kata hinaan pun tak tertahankan keluar dari bibir
imutnya LOL.
Sesampainya di KL ternyata drama masih
berlanjut dari pagi hingga sore hari yang benar-benar menguras tenaga dan
emosi. Pertama kami ditemani oleh seorang patugas Air Asia menuju ke kantor
imigrasi untuk menanyakan mengenai kemungkinan kami untuk keluar dari negara
ini. Setelah menunggu cukup lama dan sempat mengamati ternyata di tempat ini
kebanyakan yang bermasalah adalah orang India yang kemungkinan ingin mencari
kerja secara ilegal atau masalah lainnya, akhirnya kami menerima kabar bahwa
kami telah di deportasi dan blacklist selama 6 bulan untuk masuk ke India. Well
I don't care about that anymore, yang mulai saya khawatirkan adalah cap hitam
di pasporku apakah akan mempengaruhi ketika masuk ke negara lain atau jika
ingin mengurus visa ke negara lain. Apalagi saat ini saya sedang mengapply kembali
visa 2nd year untuk WHV Australia.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya
kami diinfokan bahwa kami bisa meninggalkan imigrasi asalkan bisa menunjukkan
bukti pembelian tiket menuju negara kami. Saya sempat mengkonfirmasi apakah
saya harus membeli tiket Air Asia atau bisa dari maskapai lain. Menurut petugas
tersebut bisa maskapai apa saja yang penting itu keluar dari negara ini. Saya
pun segera membeli tiket Garuda saat itu juga karena sudah tidak sabar ingin
segera meninggalkan KL.
Baru selesai makan eh tiba-tiba petugas
baru datang dan memberikan kabar buruk, bahwa saya tidak bisa keluar imigrasi
karena saya tidak membeli tiket Air Asia. What??? Are u kidding me? Langsung
dah naik darah, gimana bisa mereka seenaknya mengubah aturan setelah saya
membeli tiket. Kami pun balik ke kantor imigrasi lagi, dan kabar yang paling
jelek adalah saya sempat mendengar petugas imigrasi menyatakan bahwa saya
bakalan di pulangkan ke Jeju karena saya tidak melewati imigrasi saat
kepulangan dari Jeju. Oh my goodness cobaan apa lagi ini X_X. Tidak bisa
membayangkan jika saya harus terbang lagi ke Jeju. Bayangkan saja dari kemarin
6 jam dari jeju, lalu 7 jam pp India dan harus naik pesawat lagi menuju Jeju?
Oh no, bunuh Baim aja om. Sesaat kaki ini langsung lemas, gak tau mau
ngapa-ngapain lagi. Hanya bisa berdoa dalam hati, Tuhan tolong anakmu ini.
Setelah perbincangan cukup panjang,
akhirnya si petugas memanggil kami untuk keluar dari kantor imigrasi lalu
menuju ke counter transit lagi dan duduk manis disana entah sampai kapan.
Karena saya sudah kasihan melihat ibu dokter itu bersama suaminya saya pun
meminta mereka untuk meninggalkan saya sendiri karena mereka punya tiket air
asia sehingga mereka sudah bisa meninggalkan bandara saat itu juga.
Setelah ditinggal oleh mereka berdua
tinggallah saya berdua bersama gadis Sweden itu (aka: Alma) yang tampak
frustasi dan sama bingungnya dengan saya. Setelah menunggu agak lama kami
kembali lagi ke kantor imigrasi dan lagi-lagi diinfoin bahwa kami tidak bisa
meninggalkan imigrasi jika bukan dengan tiket Air Asia. Kesabaran saya sudah
habis akhirnya saya pun mengomel ke petugas tersebut. Mengapa saya tidak
diinfokan dari awal supaya saya tidak perlu membeli tiket lain. Maka si petugas
itu pun menyalahkan petugas yang lain dan seterusnya. Merasa di permainkan saya
bersikukuh tidak akan membeli tiket baru lagi, kecuali jika mereka mau
memberikan saya tiket baru gratis. Saat saya menjelaskan kepada Alma bahwa kami
berdua tidak bisa keluar imigrasi kecuali jika kami mau membeli tiket baru Air
Asia. Saat mengetahui hal tersebut dia langsung membelalakkan mata dan
lagi-lagi berbagai kata-kata swearing keluar dari bibirnya. Rasanya pengen
ngakak terbahak-bahak tapi melihat matanya mulai berair saya mengurungkan niat
saya. Well she start to crying, bikin saya jadi baper juga.
Setelah beberapa menit kemudian si
petugas cowok itu keluar lagi dan menyerahkan paspor kami berdua. Otomatis saya
menganga dong, ada apa ini? Si petugsanya pun tidak menjelaskan apa-apa hanya
mengatakan bahwa kami boleh coba melewati imigrasi. Tanpa ba-bi-bu saya
langsung mengambil paspor saya dan berjalan deg-degan menuju ke imigrasi.
Berdoa dalam hati semoga tidak ada drama lain lagi. Sesampai diantrian imigrasi
saya mulai menahan nafas, menunggu si bapak imigrasi memeriksa paspor saya dan
tanpa banyak tanya saya mendengar bunyi stempel dan pasopr saya diserahkan.
What??? Segitu mudahnya? Lalu apa yang bikin mereka menahan saya lama-lama
dialam tadi?? Well pikiran negatif mulai merasuki tapi saya mengabaikannya
mengingat masih ada beberapa tahap lagi sebelum benar-benar meninggalkan negara
ini.
Karena kami menggunakan pesawat lain
jadi kami harus pindah terminal menuju ke KLIA. Sambil menunggu bus kami
mengobrol dan ternyata tiket baru yang di beli oleh Alma seharga 7000 USD
what??? Pantes saja dia udah mau nangis bombay tadi, sampai orang tuanya sudah
mau menelpon konsulat segala. Saya aja yang hanya seharga 2juta gak rela
apalagi sampai puluhan juta.
Sesampai di KLIA kami kembali
harap-harap cemas jangan sampai ada drama di imgrasi lagi tapi untungnya semua
berjalan dengan lancar. Setelah melewati imigrasi kami pun berpelukan karena
waktunya berpisah. Well kesusahan hari ini membuat kami berdua dari stranger
jadi friends bahkan dia ngajak untuk liburan ketempat dia jika ada kesempatan.
Karena sesungguhnya dibalik hari yang buruk selalu ada yang bisa disyukuri.
Saat menuju gate saya pun bernafas lega
karena tahu bahwa kali ini benar-benar saya akan kebali ke negara Indonesia
tercinta. Tapi ternyata di luar dugaan drama lain terjadi saat kami sudah duduk
manis di pesawat. Sekelas Garuda bisa mengalami mati mesin, sampai-sampai
beberapa penumpang memutuskan untuk batal terbang dan beberapa lain walk-out.
Saya yang sudah kelelahan sudah tidak mau ambil pusing dan tetap duduk manis
menikmati movie yang sedang saya putar. Masa bodoh, selama pilot bilang bisa
terbang ya percaya aja. Kalo memang sudah waktunya balik ke rumah Bapa ya
balik, kalo nggak ya mau mesin mati sekalipun gak bakalan balik. Dan beneran
kejadian, setelah penundaan pesawat hampir 3 jam akhirnya kami terbang juga dan
orang-orang yang walk-out tadi kudu menahan gengsi untuk balik ke pesawat.
Sempat merenung juga, well hidup itu
hampir kayak naik pesawat kalo kamu percaya Tuhan yang memegang kendali atas hidupmu,
so no need to worry about anything. Tinggal duduk tenang dan percaya bahwa
Tuhan yang bekerja untuk kebaikan kita. Btw sekian kisah drama dari bandara
KLIA saya kali ini. Sampai ketemu di drama-drama yang lebih baik lainnya.
Semoga teman-teman tidak mengalami hal yang sama seperti yang saya alami.