Menikmati Ranu Kumbolo: Surganya Para Pendaki Gunung Semeru (Part 3)

 

Semalaman berjuang berusaha terlelap di tengah alam yang benar-benar dingin menusuk tulang, tidak mengurangi semangat bangun pagi untuk menyaksikan sunrise di tempat ini. Berdasarakan kisah orang, sunrise di Ranu Kumbolo benar-benar indah dan romantik. Ya tak dapat di pungkiri tempat dengan ketinggian 2400 mdpl ini mampu menyajikan panorama yang begitu indah.

Jam 4 pagi saya sudah terbangun karena para pendaki di luar sana sudah pada ribut siap-siap menyambut sunrise. Mencoba keluar tenda, namun ternyata di luar sana masih gelap dan sangat dingin karena suhu sampai minus derajat. Akhirnya saya kembali masuk tenda menghangatkan badan. Sekitar jam 5 dari luar terdengar terikan pendaki yang membangunkan temannya karena sunrise sudah muncul. Saya pun membangunkan Evi dan bergegas keluar.




Pertama kali keluar tenda mata saya langsung menangkap cahaya berwarna jingga ke ungu-unguan,di tengah-tengah lembah 2 gunung. Wuahh selama ini kalau lihat foto sunrise di Ranu Kumbolo saya pikir sudah di edit oleh orang-orang, ternyata itu bukan hasil editan tapi benar-benar real sesuai kenyataan.

Sesaat saya hanya bisa ternganga dalam sunyi menikmati indahnya gradasi sunrise pagi itu yang terpantul di air danau yang tenang.Benar-benar bonus pagi yang sempurna setelah berlelah-lelah mendaki di hari kemari.Perjuangan yang cukup melelahkan untuk bisa sampai ke tempat ini melipat gandakan keindahan Ranu Kumbolo pagi itu. Rasa mellow saya mulai keluar, di pelupuk mata ada genangan air mata terharu bisa sampai di tempat ini. Dalam hati hanya bisa bersyukur kepada Tuhan karena diijinkan untuk menyicipi salah satu karya spektakuler-Nya.





Saat mentari mulai menyingsing menyinari danau, dari kejauhan tampak asap yang merambat lembut di atas permukaan air. Kami pun segera menuju kearah pesisir danau untuk mengambil beberapa gambar di sebatang kayu yang biasanya di jadikan icon oleh para pendaki lain. Ternyata bukan sembako aja yang harus antri, tapi foto di tempat ini juga harus antri.



Tanjakan Cinta  

Selesai mengambil gambar kami pun mulai membongkar tenda dan bersiap-siap untuk pulang. Karena teman-teman yang lain tidak ingin naik ke Tanjakan Cinta yang cukup legendaris karena mitosnya, akhirnya saya dan Evi memutuskan untuk naik berdua saja. Rasanya sayang jika sudah jauh-jauh ke tempat ini dan tidak mencoba mendaki Tanjakan Cinta yang konon katanya kalo berhasil sampai keatas sambil memikirkan pasangan tanpa menoleh kebelakang akan berjodoh. Sayangnya saya tidak bisa membuktikan kebenaran mitos ini, karena tanjakannya lumayan berat sehingga saya lebih sibuk mengatur nafas dan langkah kaki daripada memikirkan para pria-pria cakep di luar sana.

Menuju Tanjakan Cinta

Panorama dari Puncak Tanjakan Cinta
Dari atas puncak Tanjakan Cinta ini memang pemandangan sangat indah. Di bawah sana tampak air danau berwarna hijau yang memantulkan cahaya matahari. Di sekelilingya tampak berdiri kokoh jejeran gunung seakan-akan melindungi Ranu Kumbolo.Di pesisir danau dihiasi oleh tenda warna-warni dari para pendaki. Selesai mengambil beberapa gamabr kami pun kembali turun ke bawah dan bergabung bersama teman-teman.Setelah pamitan ke beberapa pendaki yang jadi saudara dadakan kami ditengah ganasnya gunung, kami pun melangkahkan kaki, pulang dengan membawa sejuta memori.

Puncak Tanjakan Cinta


QUOTES:
Hidup bukanlah suatu tujuan.
Hidup adalah suatu perjalanan.
Kita semua menemui tikungan dan belokan yang tak terduga, puncak gunung serta lembah.
Semua yang terjadi pada kita membentuk diri kita sekarang.

Dan dalam petualangan setiap hari, kita menemukan kualitas terbaik di dalam kita.
Powered by Blogger.

Search This Blog

Blog Archive

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

footer logo