Kawah Ijen dengan Asap Putih dan Danau Hijaunya



Kali ini saya mau share pengalaman naik motor terjauh bersama teman-teman LMP yang pernah saya lakukan sejauh ini (8-10 jam). Sabtu siang sepulang kerja, saya dan evi menuju ke daerah Waru sebelum capcus ke Aloha  untuk bertemu dengan teman (baca: Andre & Martinus) yang akan membonceng kami untuk trip kali ini.  Sekitar jam 2-an masih kurang 1 orang yang belum datang tapi kami memutuskan lanjut ke meeting point berikutnya yaitu pom candi, setelah semua pasukan lengkap kami pun meneruskan perjalanan ke daerah Krian menjemput teman yang terakhir.

MT. PENANGGUNGAN 1653 m dpl (25-26 April 2015)


Setelah berhasil melangsungkan pendakian yang pertama ke Panderman , pendakian ke dua pun di mulai. Kali ini saya memilih ikut trip ke Penanggungan karena konon katanya tracking gunung ini paket lengkap, jadi sangat tepat dijadikan sebagai pemanasan sebelum ke Semeru. Bahkan seorang teman berkata “kalau kamu sudah berhasil sampai di puncak Penanggungan, sudah dapat di pastikan kamu bisa ke Semeru”, entah benar atau tidak. Pendakian kali ini disponsori oleh teman-teman Bedes Gunung yang gokilnya gak ketulungan, bikin trip semakin asik dan nge-hits. 

Tanggal 25 malam, Evi, Chancink dan saya menuju ke meeting point di daerah stasiun waru. Setelah menunggu cukup lama akhirnya Riyu bersama teman-teman yang lain pun berdatangan dan kami start sekitar jam 8 malam menuju ke daerah Trawas. Sekitar jam 10 kami tiba di daerah UTC (Ubaya Training Center) lalu memarki motor kami di t4 parkir yang sudah di sediakan . Setelah breafing dan berdoa kami pun memulai pendakian kami sekitar jam 11.30 malam.

Di awal pendakian meski berbatu-batu namun jalanan masih cukup lebar dan datar. Semakin ke dalam hutan, tracking mulai mendaki dan berkelok-kelok. Namun sepanjang perjalanan kami banyak bertemu dengan pendaki lain, di sana-sini terdengar gurauan dari pendaki lain. Meskipun tidak mengenal rombongan lain tapi kami selalu menyapa satu sama karena sudah menjadi tradisi bagi para pendaki untuk sekedar menyapa dan say “permisi”, “monggoh”, “ayo semangat puncak sudah dekat”, dan kata-kata penyemangat yang lain.

Puluhan Tenda di Puncak Bayangan
Setelah berjalan kurang lebih 3 jam kami melihat di kejauhan tampak sekumpulan cahaya dan suara yang sangat ramai bak pasar tradisional, dan ternyata itu adalah puncak bayangan. Sesampai di puncak bayangan saya kaget melihat berpuluh-puluh tenda warna-warni yang sudah berdiri dengan tegak. Bahkan untuk lewat di antara tenda saja cukup sulit saking sesaknya. Sambil menunggu teman yang lain kami berisitirahat sejenak, menggelar matras dan membaringkan badan. Udara di tempat ini sangat dingin, bahkan dengan baju yang sudah berlapis-lapis angin tetap terasa menusuk di kulit.

Gak dapat sunrise eksisnya sama bendera aja
Saat teman yang lain sudah berkumpul, ada yang menyarankan untuk lanjut ke Puncak Penanggungan, tapi berhubung yang lain sudah tidak kuat menahan kantuk (termasuk saya) kami akhirnya memutuskan untuk mendirikan tenda di puncak bayangan. Agak sulit memang mencari tempat yang kosong sehingga kami harus naik agak ke atas menjauhi perkumpulan para pendaki di puncak bayangan. Setelah tenda berdiri, kami para cewe di suru masuk dan tidur di tenda sementara cowo2 terpaksa tidur di luar karena kapasitas tenda terbatas. Tidur 2 jam lebih sudah cukup untuk menghilangkan kantuk dan memulihkan tenaga. Saya pun keluar tenda berharap menemukan sunrise, sayangnya semua tertutup awan sehingga sunrise pun tak kelihatan. Beruntung pemandangan di sekeliling saya benar-benar indah sehingga tak henti bibir ini mengucapkan syukur karena diijinkan TUhan berada di tempat ini untuk memandang lebih dekat keajaiban Karya-Nya.


Menuju Puncak 
Masih Menuju Puncak

Jalannya harus merangkak bro...


Sekitar jam 6 kami pun memulai pendakian menuju Puncak Penanggungan. Jika semalam saya dan Evi bertanya-tanya mana tracking yang dimaksud susah dan harus merangkak? Ternyata oh ternyata tracking menuju Puncak sesungguhnya yang di maksud. Jadi sepanjang perjalanan tidak ada tempat yang datar, semua menanjak dan berbatu-batu sehingga harus merangkak dan ekstra hati-hati. Karena harus merangkak dan kurang waspada, tanpa sengaja saya menyentuh ulat bulu, walhasil jari-jari tangan saya langsung gatal-gatal.

Aku di Puncak Kawan
Sudah di puncak, gak Afdol kalo gak ada drama

Gilang in frame
 Setelah berjalan (kebanyakan merangkak) selama 1 jam akhirnya saya tiba di puncak yang sesungguhnya. Pemandangan di puncak ini benar-benar indah, serasa berada di negeri di atas awan. Sejauh mata memandang tampak putihnya awan yang menggumpal. Di kejauhan tampak puncah gunung (entah arjuno atau yang lain). Benar-benar merasa beruntung memutuskan untuk terus naik ke tempat ini. Setelah mengabadikan beberapa bagian di puncak ini, kami pun bersegera turun kembali karena sudah ke laparan. Dalam hati, saya berharap bisa datang kepuncak Penanggungan ini lagi dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengeksplore setiap sudutnya.


Barbie Naik Gunung
Puncak Bayangan di Siang hari 
Background Puncak Pawitra

Sesampai di puncak bayangan, teman-teman yang di bawah mengajak untuk makan. Sambil makan kami terus bercanda dan tertawa terbahak-bahak mendengar setiap lelucon yang di lontarkan oleh teman-teman Bedes. Kebetulan dalam rombongan ini hanya ada aku & evi yang merupakan orang Toraja sehingga di bully habis-habisan oleh mereka. Apapun itu kami betul-betul menikmatinya. Terima kasih kepada mereka yang sudah mengijinkan kami ikut dalam perjalanan kali ini.

Bersih-bersih sebelum pulang

Sampahnya kami bawah pulang kok




Powered by Blogger.

Search This Blog

Blog Archive

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

footer logo