Kali
ini saya mau share pengalaman naik motor terjauh bersama teman-teman LMP yang pernah saya lakukan
sejauh ini (8-10 jam). Sabtu siang sepulang kerja, saya dan evi menuju ke daerah Waru sebelum capcus ke Aloha untuk bertemu dengan teman (baca: Andre & Martinus) yang akan membonceng kami untuk trip kali ini. Sekitar jam 2-an masih kurang 1 orang yang belum datang tapi kami memutuskan lanjut ke
meeting point berikutnya yaitu pom candi, setelah semua pasukan lengkap kami pun meneruskan perjalanan
ke daerah Krian menjemput teman yang terakhir.
Di daerah Krian kami berhenti sebentar untuk breafing dan berdoa supaya trip kali ini berjalan lancar. Saat memasuki daerah porong rupanya ada banjir sehingga kami sempat terpisah dari rombongan beruntung semua motor tak ada yang mogok, setelah itu perjalanan berjalan dengan lancar.
Waktu menunjukkan jam 8 saat kami tiba di daerah Jember dan
memilih untuk beristirahat serta mencari makan di sana. Warung tempat kami
makan malam tergolong murah, cukup dengan 10rb saja kami sudah bisa menikmati
ayam penyetan + es teh. Btw ini murah karena emang sengaja nyari yang murah. Kejadian lucunya dan cukup bikin tengsin waktu kita lagi nyari makan, kita berhenti di sebuah warung. Semua udah pada markir, si empunya warung juga sudah senyum cengengesan karena ketiban rejeki, tapi pas kita liat harga makannya wew lumayan (puluh-puluhan semua)... Buru-buru kita capcus nyari warung lain.
Di daerah Krian kami berhenti sebentar untuk breafing dan berdoa supaya trip kali ini berjalan lancar. Saat memasuki daerah porong rupanya ada banjir sehingga kami sempat terpisah dari rombongan beruntung semua motor tak ada yang mogok, setelah itu perjalanan berjalan dengan lancar.
Warung makan harga bersahabat |
Selesai
mengisi perut, kami pun melanjutkan perjalanan yang kira-kira membutuhkan waktu
4 jam lagi. Karena kenyang, kantuk pun mulai menyerang. Saking tak tahannya
akhirnya saya menyerah dan memilih untuk tidur. Beruntung saya membawa bantal
leher dan yang membonceng saya (Call Him Rizal) cukup baik sehingga mengijinkan untuk menjadikan
punggungnya sebagai alas bantal.
Mendekati
daerah Banyuwangi kami harus melewati daerah perhutanan, sehingga oleh korlap
kami memerintahkan untuk beriringan 2 motor saja untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan. Selain gelap, jalan ini juga berkelok-kelok tajam dan mendaki
sehingga perlu berhati-hati (jalan ini mengingatkanku jalanan Toraja –
Makassar). Sekitar jam 12-an kami pun tiba di Rumah Singgah Banyuwangi. Kami di
beri kesempatan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan
menuju Kawah Ijen. Tidak ingin menyia-nyiakan waktu saya pun memilih untuk
tidur. Jam 2 kurang kami dibangunkan untuk segera bersiap-siap menuju ke Kawah
Ijen.
Perjalanan
ke Posko Kawah ijen ternyata cukup sulit, apalagi jika kendaraan yang digunakan
tidak fit. Jalan yang terus mendaki tajam membuat beberapa motor
teman-teman mogok dan kesulitan untuk terus naik. Kendala berikutnya adalah
jalan kami terhalangi oleh mobil yang juga tidak kuat mendaki sehingga berjalan
sangat perlahan. Akibatnya motor kami
sering mogok di tengah-tengah pendakian. Akhirnya kami yang dibonceng
memutuskan untuk berjalan saat ada pendakian tajam. Sesampai di Posko Kawah Ijen,
di sana tampak beratus-ratus orang yang sudah mengantri untuk membeli tiket
yang baru di buka jam 3 subuh. Di sana-sini di padati oleh orang-orang dengan
berbagai bahasa. Mendegar dari bahasa mereka, tampaknya orang dari luar negri
lebih banyak di tempat ini (I guess: Spanyol, Perancis, Belanda, Korea, dan
mungkin Cina “mandarin”).
Setelah
memperoleh tiket kami pun segera memulai perjalanan menuju ke kawah ijen. Untuk
berjalan dengan cepat sangat susah saking penuhnya jalanan dengan orang-orang
yang juga menuju kawah Ijen. Tracking di tempat ini cenderung mendaki terus,
sehingga cukup membuat ngos-ngosan dan harus berhenti berkali-kali sekedar
mengambil nafas. Selain menanjak, di kiri dan kanan juga merupakan jurang jadi perlu ekstra hati-hati. Beruntung saya berjalan bersama Mas Momon yang siap menolong setiap waktu. Akhirnya setelah 2 jam perjalanan kami tiba di kawah ijen yang
sesungguhnya. Berharap bisa melihat blue fire, sayangnya tertutup dengan awan.
Tapi gak masalah karena pemandangan di tempat ini benar-benar keren. Apalagi
saat hari mulai terang dan di bawah sana sudah tampak danau berwarna hijau
yang semakin menambah gairah untuk mengambil foto berkali-kali.
Saat berjalan menuruni bukit saya melihat seorang bule cakep yang lagi gak ngapa-ngapain. Ahh kebeneran nih pengen moto sama bule, ben keliatan bisa ngobrol sama mereka padahal aslinya hanya tau Yes No aja. Setelah cuap-cuap bentar si bule dengan senang hati foto sama saya. Jadilah foto mesra seperti yang di bawah ini:
Si bule tinggi yaaa, apa saya yang terlalu pendek?? hahhaa |
Kiri: Andre, Aan, Merlin, Momon, Evi |
Bersama travelmate |
Gak lupa foto ala-ala drama kekinian |
Otw pulang |
Bendera pinjeman |
Berada
di tempat ini rasanya ingin berlama-lama, sayangnya angin yang membawa bau
belerang bertiup ke arah kami sehingga membuat susah untuk bernafas. Akhirnya
kami memutuskan untuk turun kembali ke Posko dan melanjutkan perjalanan ke
destinasi selanjutnya. Semakin terang rupanya pemandangan di tempat ini semakin indah. Jalan yang tadi di lalui yang hanya tampak gelap aja kini berganti dengan penampakan pepohonan yang tampak mengering
Benar-benar
bersyukur sempat menginjakan kaki di tempat ini yang sangat eksotik sebelum
meninggalkan Jawa. Selama ini saya heran kenapa turis dari berbagai Negara
begitu tertarik mendatangi tempat ini, karena ternyata tempat ini benar-benar
menarik hati. Bangga menjadi bagian dari negri ini , Indonesia.
(1 – 3 MEI 2015)
(1 – 3 MEI 2015)
Mengibarkan banner LMP di kawah ijen |
0 comments:
Post a Comment