Setelah
beberapa kali ke pantai kali ini saya mencoba kemampuan saya mendaki gunung. Kata
orang bagi pemula yang ingin mendaki sebaiknya mencoba Panderman dulu mengingat
trackingnya yang tidak terlalu sulit. Sehari sebelum keberangkatan saya
menghubungi korlapnya (baca: Yudhist) kami pun janjian untuk ketemu di daerah
TP.
Sepulang
kerja saya segera siap-siap lalu menuju ke tempat mas Yudhist menunggu,
sementara Evi (backpacker mate) sudah duluan ke arah Sidoarjo. Sesampai di
meeting point daerah Aloha kami menunggu teman-teman yang lain dari gresik.
Setelah semua anggota lengkap, sekitar jam 6 kami breafing dan berdoa sebelum
menuju ke Malang. Diperjalanan beberapa kali kami harus berhenti karena beberapa
teman terpisah dari rombongan hal ini menyebabkan kami butuh waktu lebih lama
dari biasanya.
Sekitar
jam 10.30 kamit iba di alun-alun batu, setelah bertanya ke beberapa warga kami
ditunjukkan arah menuju ke Panderman. Saat memasuki area menuju Pos Pantau
Panderman jalan menanjak begitu tajam, sehingga perlu berhati-hati. Bahkan
salah satu motor teman saya tiba-tiba mogok di tengah tanjakan sehingga motor
saya hampir menabraknya, beruntung teman saya yang menyetir cukup tangkas
sehingga bisa menghindar. Jadi sebaiknya saat melewati jalan ini harus menjaga
jarak antara kendaraan satu dengan kendaraan yang lain.
Sekitar
10 menit perjalanan kami menemukan sebuah TK yang di jadikan sebagai lahan
parkir bagi para pendaki. Disana sudah ada banyak motor para pendaki yang
mungkin sudah mendahului kami ke atas. Kami beristirahat sejenak di tempat ini
sebelum memulai tracking. Beberapa teman kembali turun ke bawah karena lupa
membeli air mineral dan kebutuhan logistik lainnya.Memang semua kebutuhan harus
diperhitungkan dengan baik sehingga mencukupi selama berada di gunung. Sebab sudah
di pastikan tidak ada warung selama di perjalanan.
Tepat
jam 12.00 kami memulai tracking, kami menuju ke Pos tempat melapor sekaligus
membayar retribusi sebesar Rp. 3000. Setelah melewati pos ini jalanan mulai
berbatu dan licin karena tanah yang masih basah. Kami perlu berhati-hati karena
cahaya bulan tidak tampak sehingga kami hanya mengandalkan penerangan dari
senter dan lampu HP.
Setelah
berjalan 2 jam lebih dari ketinggian tampak kerlap-kerlip lampu kota Malang
begitu indah, sayangnya saya hanya mengandalkan kamera HP sehingga tidak bisa
terpotret dengan jelas. Semakin ke atas, trackingnya semakin susah karena
semakin licin sehingga mudah terpeleset jika tidak berhati-hati. Beruntung di
beberapa tempat ada akar-akar pohon yang bisa dijadikan pijakan kaki dan tempat
untuk bergelantungan.
Malam
semakin larut, udara dingin semakin nusuk tapi kami terus bersemangat melanjutkan
perjalanan karena tak sabar ingin segera berada di puncak. Di beberapa area yang
cukup datar kami menemukan para pendaki yang sudah lebih dahulu mendirikan
tenda. Kami sempat tergoda untuk berhenti dan mendirikan tenda saja, karena
beberapa teman mulai kelelahan tapi dengan dorongan teman seperjalanan yang
lain kami akhirnya memutuskan untuk terus mendaki dan mendirikan tenda di
puncak.
Kurang
lebih 4 jam perjalanan kami pun mulai melihat seberkas cahaya di atas kejauhan,
teman-teman mulai bersemangat sambil berteriak “puncaknya sebentar lagi, ayo
semangat”. Sambil berlari-lari kecil kami menapaki selangkah demi selangkah dan
akhirnya tada….. kami menemukan sebuah tiang dengan tulisan:
“MENUJU
PUNCAK DEMI KEDAMAIAN JIWA
BUKAN
BUANG SAMPAH
PUNCAK
GUNUNG PANDERMAN
2000M
DPL
KOMUNITAS
PENDAKI GUNUNG RAYA MALANG”
Waw…
saya benar berada di puncak sekarang. Meskipun bagi pendaki lain trackingnya biasa,
tapi bagi saya yang baru pertama kali ini benar-benar luar biasa. Di puncak
hembusan angin terasa begitu dingin apalagi bagi yang tak biasa ke gunung
seperti teman saya yang menggigil sampai membuat teman yang lain panik karena
takut terjadi apa-apa. Beruntung setelah di bungkus dengan sleepingbag dan berbagai
selimut dia merasa lebih baikan. Dari pengalaman ini saya belajar kalo ada rekan
yang terkena hipotermia jangan sampai tertidur, karena bisa menyebabkan
kematian (rekan seperjalanan saya dulu ada yang mengalamai kejadian ini, salah
satu temannya meninggal gara-gara hipotermia dan langsung tidur).
Thank God sampe puncak juga |
Karena
tak bisa menahan kantuk lagi, saya memilih masuk ke tenda dan beristirahat
sejenak.Meskipun sudah memaki berlapis-lapis pakaian dan dibungkus dengan
sleeping bag, saya masih merasa kedinginan tapi karena terlalu lelah akhirnya
saya bisa terlelap sejenak. Jam 05.30 teman-teman cowo membangunkan kami untuk
melihat sunrise. Sayangnya dari tempat kami sunrise terhalang oleh pepohonan
sehingga tidak bisa melihat bulatan matahari. Tapi digantikan dengan pemandangan
yang tidak kalah menarik karena di kejauhan tampak puncak sebuah gunung yang
belakangan saya ketahui itu puncak Weliurang (Arjuno). Setelah puas mengambil
beberapa gambar saya kembali menuju tenda untuk beristirahat sejenak karena
melihat semua spot-spot yang bagus untuk berfoto masih dipenuhi dengan antrian
pendaki yang ingin berfoto.
Sekitar
jam 8 saya dibangunkan oleh teman untuk mengisi perut. Menikmati mie instant di
atas puncak gunung ternyata menambah kenikmatan berkali-kali lipat. Terima kasih
kepada teman-teman yang sudah masak X_X. Setelah perut terisi, saya pun mulai aktif
mengambil beberapa gambar. Meskipun sudah tertutup awan namun kali ini
benar-benar bisa dengan leluasa karena sebagian besar para pendaki mulai turun
meninggalkan puncak.
Sampahnya kami bawa turun kok Bos |