Lapak buat NGEMPER |
Gara-gara hotel yang di booking jauh-jauh hari di nida room dadakan di cancel sama pihak hotel dengan alasan penuh, terpaksa transit kali ini pun kudu ngemper di Bandara KLIA. Nah meskipun terpaksa, saya tetep excited tiap kali bakalan tidur di bandara. Karena itu berarti akan ada pengalaman baru lagi yang akan saya alami dan bisa saya ceritakan. Penasaran? Baca terus ke bawah ya...
Oke kalo selama ini bingung nyari tempat tidur kalo belum masuk melewati imigrasi (tempat tidur nyaman setelah imigrasi klik disini), akhirnya setelah kesekian kali transit disini saya temukan juga tempat tidur yang selama ini banyak diperbincangkan di kalangan backpacker. Tolong dicatat ini untuk yang backpackeran dan minim budget, yang sayang duitnya untuk nyewa hotel di bandara selama beberapa jam. Untuk kaum berduit sebaiknya pilih menginap di salah satu hotel maupun kapsul yang ada di bandara ini juga.
Yuhu salah satu spot untuk tidur ada di dekat Arrival hall. Jadi pas keluar dari arrival hall tinggal milih mau ngemper atau bobok ayam di kursi. Kalo mau ngemper pilih lorong sebelah kiri. Jalan saja lurus kebawah tapi jangan lupa toleh ke sebelah kiri. Setelah jalan menurun itu akan kalian temukan sepetak area dengan wallpaper orange dan tulisan putih yang dialasin dengan karpet yang tampak usang. Jika anda beruntungkan, maka akan ketemu juga beberapa koper dan beberapa badan yang sedang terbujur tapi bernafas sedang menikmati waktu istirahatnya.
Tapi kalo kalian merasa pantang untuk tidur di lantai boleh pilih lorong sebelah kanan dan toleh ke kanan kalian akan ketemu wallpaper kuning tulisan putih dengan jejeran kursi. Disanalah tampak juga beberapa orang tidur ayam di atas kursi dengan kepala terantuk-antuk berkali-kali.
Karena saya tipe orang yang susah tidur cantik di kursi tentu saja saya memilih ngemper. Jadi saya milih yang sebelah kanan. Dan ternyata karpetnya kotor banget. Biar di kata kita kudu lepas sepatu kalo naik ke karpet ini tetep aja kotor karena telah diinjak oleh kaos kaki dari berbagai negara dengan berbagai aroma. Tidak heran beberapa orang tampak membeber dos sebagai alas tidurnya. So kalo ada planning tidur disini jangan lupa bawa sarung buat alas coy untuk menahan biar bakteri-bakteri di karpet tidak langsung bersentuhan dengan kulit cantikmu.
Add caption |
Sayangnya di tempat ini tidak ada colokan, jadi kalo mau charge hape kudu turun dibawah tangga tempat center colokan berdiri. Dengan kata lain kita harus milih ngecharge hape atau tidur. Tidak bisa dilakukan bersamaan. Kecuai kalo kalian ikhlas jika hape hilang maka silahkan charge hape kalian di bawah dan naik ke atas untuk tidur.
Nah yang menarik dari semalam di bandara kali ini adalah saat sedang asik mainan hape menunggu kantuj datang, saya melihat 2 orang dengan seragak petugas sedang duduk disebelah saya sambil menikmai makannya. Nah karena saya penasaran pengen tahu dari mana orang-orang mengambil dus sebagai alas, saya tanya dong sama mereka kan mereka petugas sana kali aja ngerti.
Setelah tanya-tanya ehhh ternyata si bapak itu orang Indonesia asli dari provinsi yang sama dengan saya SulSel, tepatnya dia orang bugis dari makassar. Saya excited dong bilang saya dari Toraja. Setelah tau kita sami-sami orang Indonesia dia akhirnya cerita banyak. Mulai dari berapa lama dia sudah kerja sampai gaji-gaji juga yang terbilang cukup besar untuk seorang cleaning service. Si bapak ini gak mau pulang Indonesia dan memilih terusan kerja disini karena gaji yang lumayan itu. Tidak heran dia bertahan sampai 15 tahun di negara ini.
Nah saya juga menemukan fakta baru kalo ternyata yang tidur disini dan sudah punya dus itu artinya mereka bukan orang yang hanya transit dan sekedar bobok untuk semalam di bandara ini. Tapi mereka adalah penghuni tetap bandara ini. Ada bule yang dari tampangnya dari eropa sono katanya sudah stay hampir 3 bulan, ada juga orang dari cina sana yang udah stay selama 1 bulan dan seorang warga Malaysia yang juga stay lama di bandara ini. Mendengat kisah bapak itu saya hanya bisa ngangguk-ngangguk aja. Pantes saja keliatan nyaman alasnya dan tampak beberapa botol dan galon dijejer dengan koper untuk menandai daerah teritori mereka. Entah gimana caranya mereka mengelabui petugas sehingga bisa stay di bandara selama itu. Padahal ada cctv selama 24 jam.
Singkat cerita setelah ngobrol panjang lebar, si bapak ini menawarkan lapak dia buat saya tempati tidur. Katanya malam ini dia tidak tidur di bandara karena bukan shift malam jadi setelah jam 10 saya bisa tidur disana. Ok terima kasih kepada bapak yang baik hati tapi saya memilih untuk tidur di spot yang sudah saya tandai karena terlanjur nyaman dan tidak enak juga dengan beberapa teman saya yang juga harus tidur disini karena ketinggalan pesawat.
Nah pas mulai ngantuk saya memilih untuk rebahan. Membungkus badan dengan selendang lebar yang cukup untuk menutupi seluruh badan saya, secara saya mungil gitu (dilarang komen). Yang buat kaget adalah sebelum tidur di area ini hanya sekitar 10 orangan tapi tengah malam pas saya bangun semua karpet tertutupi oleh tubuh manusia yang terbujur begitu saja. Bahakan di bawah kaki saya ada 2 orang yang bisa tidur dengaj santainya tanpa alas maupun selimut. Disebelah kanan saya ada sepasang suami istri dengan bayinya yang masih kecil tamoak tidur pulas juga. Saking penuhnya beberapa orang yang tidak kebagian karpet akhirnya memilih tidur di bawah tangga yang lantainya sangat dingin.
Itu kenapa tiap kali pulang ngetrip seperti ini saya lebih bersyukur meskipun tinggal di kamar kost yang kecil dan panas. Setidaknya saya tidak perlu ngemper dikarpet kotor atau lantai yang dingin tiap malam. Jadi buat kalian yang bisa tidur di atas ranjang meskipun hanya ranjang biasa bukan ranjang harga puluhan juta, BERSYUKURLAH... karena di luar sana banyak orang yang ingin merasakan tidur ditempat tidur kalian tapi tidak bisa.
Sekian kisah semalam di KLIA 2
Nanti dilanjut lagi ya kalo udah sampai Surabaya, ini mau check-in dulu.
KLIA2 - 07 April 2017