Jejak Singkat Di Borneo: Dari Bandara Sepinggan sampai ke Jembatan Mahakam

Jembatan Mahakam

Gak terasa udah di penghujung tahun aja ya teman. Sebentar lagi masuk tahun baru 2016. Seperti biasa dan seperti tahun-tahun sebelumnya liburan akhir tahun selalu saya habiskan di kampung halaman tercinta “Tana Toraja”. Tapi tahun ini ada yang special, berhubung siponakan kesayangan mau ikutan mudik, so saya harus menjemputnya ke “Kota Tepian” alias Samarinda. Niat awalnya sih semoga bisa eksplore kota ini, sayangnya ternyata gak ada waktu sama sekali karena kudu jadi baby sitter selama 2 hari disana. Beruntung saya sempat melewati dan mengabadikan jembatan yang menjadi icon kota ini, yuhu… Jembatan Mahakam!!
Sepinggan Airport

Pesawat saya mendarat jam 7 malam di bandara Sepinggan milik kota Balikpapan ini. Asal tahu aja Bandara Sepinggan ini pernah menerima penghargaan nomor satu pelayanan publik prima di Indonesia pada tahun 2014, bahkan juga pernah berhasil masuk peringkat ke-16 dengan layanan terbaik di dunia. Tak heran memang, karena bandara ini bukan hanya luas, dan megah tetapi juga sangat nyaman, bersih dan tertata dengan rapi. Ada banyak area berupa taman yang ditumbuhi oleh berbagai tanaman. Tak menghilangkan identitasnya, diberbagai sudut tampak ukiran-ukiran etnik Dayak. Dan seperti kebanyakan bandara mereka memberi fasilitas layanan wi-fi gratis. Didalam bandara ini juga katanya ada mall, tapi saya sendiri belum sempat mengelilingi mencari tahu letak mall tersebut.
Sepinggan Airport
Setelah bertemu dengan Onty Melti, kami lalu menaiki travel yang akan mengantar kami menuju ke Samarinda dengan waktu tempuh 2 jam. Ada banyak cara menuju tempat ini, bisa menggunakan kendaraan pribadi, bus kota, travel atau mobil sewaan. Gak banyak yang bisa dilihat, selain karena sudah malam juga karena sepanjang perjalanan kiri kanan tampak hutan-hutan yang sangat gelap saking lebatnya.

Pasti ada banyak tempat menarik yang bisa di eksplore di Samarinda ini, sayangnya waktu saya terbatas jadi yang sempat tertangkap mata hanya Jembatan Mahakam karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari rumah. Jembatan ini merupakan jembatan besar karena menghubungkan Samarinda Kota dan Samarinda Seberang yang terpisahkan oleh sungai Mahakam yang lebarnya lebih dari setengah kilometer. Bisa kebayangkan betapa lebarnya sungai itu.  Bahkan bisa dilewati oleh kapal-kapal pengangkut minyak atau batubara.
Islamic Center Samarinda

Sayangnya kita gak bisa berhenti di jembatan ini, karena selalu ramai dengan kendaraan yang lalu lalang. Tapi tenang aja kita tetap bisa menikmati  pemandangan jembatan Mahakam ini dari Big Mall yang letaknya tidak jauh dari Jembatan Mahakam dan bagian belakangnya tepat berada di pinggir Sungai Mahakam sendiri. Disebut Big Mall karena mall ini memang sangat besar dan cukup untuk membuat pengunjungnya nyasar. Dari Mall ini juga kita bisa melihat kapal yang lalu lalang di bawah sungai Mahkam karena memang lokasinya tepat berada di pinggir sungai. Selain Jembatan Mahakam salah satu icon yang juga terkenal yaitu Islamic Center Samarinda yang konon katanya merupakan salah satu masjid yang termegah se-Asia Tenggara. Kalo mau masuk ketempat ini jangan lupa gunakan pakaian yang sopan karena merupakan tempat ibadah.

Hanya sedikit yang bisa saya ceritakan tentang kota ini. I hope one day bakalan blusukan ke objek wisata yang lain. ‘Till we meet again, Kota Tepian”.

Trekking Menuju Air Terjun Tirtosari


Puas bermain speedboat di TelagaSarangan, kami lalu melanjutkan perjalanan ke objek wisata lain. Kali ini tujuan kami adalah air terjun Tirtosari yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Telaga Sarangan hanya sekitar 2-3 km. Setelah melewati pasar yang rame disekitar Telaga, kami lalu menyusuri jalan menurun yang masih terbuat dari makadam. Sesampai di rumah warga yang juga dijadikan sebagai tempat parkir kendaraan, kita masih perlu berjalan ±1 km jauhnya. Lumayan juga sih, tapi tenang aja sepanjang perjalanan mata kita akan disuguhi pemandangan yang benar-benar indah.

Di kiri-kanan sepanjang jalan tampak hijau segar dengan pepohonan yang menyatu dengan perkebunan warga. Sesekali tampak ibu dan bapak tani yang sedang merawat tanaman mereka. Meskipun matahari sudah lumayan tinggi, namun dikejauhan tampak perbukitan menjulang tinggi yang masih tertutup dengan awan dan kabut. Mungkin karena air terjun ini terletak di lereng gunung Lawu, tak heran jika tetap terasa dingin dan udara begitu sejuk. 

Semakin dekat dengan lokasi air terjun, jalanan semakin licin karenanya perlu berhati-hati saat melangkahkan kaki. Bahkan sempat ada pengunjung harus menahan malu karena terpeleset. Belum juga sampai di air terjun, gerimis udah mulai turun. Kami semakin mempercepat langkah kaki menuju ke atas agar tak kehujanan. Tapi sebelumnya kami mampir di warung warga yang juga menyewakan toilet untuk ganti baju atau mandi. Setelah mengganti pakaian kami lalu bergegas naik ke atas dimana lokasi air terjun Tirtosari berada.

Untuk bisa sampai di air terjunnya, kita harus menapaki anak tangga yang terbuat dari beton. Saat kami tiba tampak sudah ada banyak pengunjugn yang lebih dulu sampai. Air terjun Tirtosari yang tingginya sekitar 50 km mengeluarkan gemuruh air yang keras disertai angin yang berhembus kencang saat menghujam tanah. Kudu hati-hati sih kalo bermain ditempat ini karena sangat licin.  

Melihat teman-teman yang sudah dahulu menceburkan diri di bawah air terjun, saya pun ikutan tergoda untuk merasakan sensai shower alami ini. Upssss seketika badan terasa kaku. Brrrrrrr ternyata dingiinn banget… Serasa disirami dengan berliter-liter air kulkas. Woohooo gak tahan berlama-lama dibawah air terjun saya segera keluar. Kelamaan dibawah sana bisa stroke tiba-tiba. Btw menurut kepercayaan warga setempat kalo membasuh muka dengan air terjun ini akan membuat awet muda. Hmmm kita liat aja ya nanti hahaha. Tapi gak pake ginian saya udah awet muda kok, sampe kadang-kadang dikira anak SMA upsss!!  

Kami gak bisa berlama-lama di tempat ini karena awan semakin gelap dan hujan mulai semakin deras. Setelah mengganti pakain, kami bergegas berjalan kembali menuju parkiran. Sesampainya di parkiran cahya mentari menampakan wajahnyanya lagi, ahh untunglah gak ujan.  Kami lalu mengambil motor dan kembali menyusuri jalan menuju ke Sarangan, tapi baru beberapa meter terlewati hujan mulai turun lagi, mulai gerimis dan tiba-tiba semakin deras saja. Gak ada pilihan lain selain mampir berteduh di warung-warung sepanjang perjalanan. Dari warung ini tampak kejauhan dibawah sana Danau Sarangan yang juga sedang diguyur hujan. Sambil menunggu hujan reda, kami memesan pisang goreng yang entah mengapa rasanya begitu nikmat. Sebenarnya kami berencana untuk meneruskan perjalanan ke Air Terjun Jumog yang juga terkenal, tapi karena cuaca tidak memungkian akhirnya kami memilih untuk pulang saja. Yah memang begitulah kota ini, cuaca tak pernah bisa di prediksi. Matahari bisa bersinar begitu terik, tapi dalam sekejap bisa hujan. So, kalo kesini berharaplah keberuntungan biar cuacanya bersahabat.

SARANGAN, LAKE TO REMEMBER AND UNFORGETTABEL



Liburan di Indonesia emang gak ada habisnya. Salah satu objek wisata alam yang tak lekang oleh waktu menurut saya adalah Telaga Sarangan ini. Ketenarannya dari dulu dan sampe sekarang tak pernah terkalahkan oleh objek wisata lain yang baru-baru booming. Tak heran jika monumen didepan telaga ini bertuliskan “Sarangan Lake to Remember”. Mungkin karena pemerintah setempat selalu berhasil membuat sesuatu yang baru sehingga pengunjung tak pernah bosan ke tempat ini. Bahkan kalo boleh berkata, “tak cukup sekali aja ketempat ini”. Saya sendiri dan Evi sepakat mengakui bahwa ini adalah liburan terasik dan terseru sepanjang perjalanan trip kami. 

View dari danau
Perjalanan dimulai sabtu sore sepulang kerja, bersama 5 orang teman kami lalu menuju ke Magetan yang jarak tempuhnya sekitar 5-6 jam. Setibanya di Magetan, kami istirahat dirumah Mas Alik yang memang lokasinya dekat dengan Telaga Sarangan. Buat teman-teman yang mungkin gak punya kenalan asli kota ini bisa booking hotel jauh-jauh hari secara online di www.hoterip.com. Ada banyak pilihan dan sering ada promo menarik yang ditawarkan. Karena Magetan ini termasuk didaerah dataran tinggi, gak heran jika suhunya lumayan dingin. Berbeda dengan Surabaya yang tiap hari panas bikin sumuk bahkan dimalam hari sekalipun. Waktu ketoilet untuk cuci muka airnya serasa air dalam kulkas begitu dingin membuat tangan terasa beku. Karena lelah diperjalanan gak lama setelah kepala menyentuh bantal, kami semua langsung terlelap.

Saya terbangun ketika mendengar suara Rizal membangunkan kami. Namun karena begitu dingin, membuat kami semakin dalam bersembunyi didalam selimut. Kalo saja tidak ingat rencana untuk ke Telaga Sarangan, rasanya ingin tidur saja dibalik selimut yang benar-benar terasa nyaman. Tapi rasa penasaran untuk segera melihat Sarangan akhirnya memaksa kami bangun. Jam 5 lewat kami lalu berpamitan untuk segera menuju ke Sarangan. Di kejauhan tampak matahari yang baru mulai menampakkan wajahnya membuat semburat cahaya orange keemasan yang benar-benar keren. Sunrise!! Yup perjalanan kali ini bonus sunrise yang memantul diperairan sawah sepanjang jalan.

Sunrise...
Sepanjang jalan menanjak menuju ke Telaga Sarangan, mata kami dimanjakan oleh pegunungan Lawu yang tampak disisi kanan jalanan yang masih tertutup kabut. Pohon-pohon pinus yang berlomba-lomba menjulang tinggi ke langit. Menembus kabut dipagi hari benar-benar membuat dingin menggigil, tapi udaranya segar bebas polusi. Beberapa kali berjumpa dengan penduduk yang tampak memanggul hasil kebunnya yang akan dijual di pasar. Ahh alam pedesaan yang benar-benar perfect, dalam hati berbisik “Magetan I am in love”. Tempat seperti ini yang saya mimpikan untuk menghabiskan hari tua (ciee.. apa sihhh).

20 menit berlalu kami sudah memasuki kawasan Sarangan, sepanjang jalan tampak ramai oleh pengunjung dan pedagang yang membaur menjadi satu. Tampak hotel yang menjamur di kiri kanan jalanan dan juga warung-warung yang menjajakan makanan serta cendera mata khas Sarangan. Belum juga turun dari motor mata saya sudah menangkap keindahan Telaga Sarangan ini yang dari kejauhan tampak berwarna biru keabu-abuan. Oh God, it so amazing!! Gak sabar pengen segera kebawah melihatnya dari dekat.
Aku dan Mereka
Selesai memarkir motor, kami menyempatkan diri berfoto bersama di monumen yang berdiri kokoh tepat di depan Telaga. Saat ini beberapa orang datang mendekati menawarkan berbagai macam barang, sewaan kuda dan sewaan boat. Karena tidak tertarik untuk naik kuda kami hanya menyewa boat aja. Setelah tawar-menawar akhirnya harga pun kami sepakati. Tapi sebelum memulai petualangan bermain air, kami mengisi perut terlebih dahulu disebuah warung yang berderet dengan rapi mengelilingi tempat wisata ini. Salah satu makanan khas yang dijajakan yaitu sate kelinci.

Bebek-bebekan air
Here  we are...
Perut kenyang, hati senang dan energy sudah terisi full, kami gak menyia-nyiakan waktu langsung menuruni anak tangga menuju tempat mangkalnya speed boat yang akan kami tumpangi. Karena kami bereenam so harus nyewa 2 speedboat. Beruntungnya kami ketemu sama bapak Sanyoto dan Rudianto yang baik hati dan selalu mau ngikutin apa maunya kita. Bahkan juga jago motoin kita.  Pokoknya service-nya the best-lah.

Welcome to Telaga Sarangan
Amazing....
Setelah kami mengambil posisi di kursi masing-masing, speedboat perlahan bergerak ke tengah-tengah telaga. Deru bunyi mesin speedboat beradu dengan ramainya bunyi percikan air saat kami lewati. Suaranya luamyan bising jadi bisa teriak sepuasanya karena gak akan ada yang protes. Ahaa kesempatan ini bisa digunakan untuk katarsis, teriak sekencang-kencangnya untuk mengeluarkan polutan dari pikirian. Setiap teriakan yang disuarakan, ada rasa puas tersendiri karena bisa melepaskan beban pikiran berton-ton sehingga otak pun terasa begitu ringan dan hormon endofrin dan serotonin terproduksi maksimal. Ahh bahagia yang tak bisa di gambarkan. Bapak yang mengendarai speedboat pun semakin bersemangat memacu speedboat dan meliuk-liukkan bak ular setiap kali mendengar teriakan antara rasa takut dan bahagia yang bercampur jadi satu.

Do feel....
Kapal oleng kapten

Mengelilingi danau ini 3 kali putaran ternyata gak cukup, benar-benar bikin ketagihan. Setelah selesai mengambil beberapa foto ditulisan putih ala-ala Hollywood bertuliskan “TELAGA SARANGAN”, kami lalu berputar menuju ke dermaga kembali. Setelah mengucapkan terima kasih, kami lalu naik ke atas mengambil motor lalu meninggalkan Telaga Sarangan menuju ke spot yang lain. 

Tempat wisata di Indonesia memang sayang banget kalo tidak dijelajahi satu per satu. Tidak heran sampai ada semboyan "Indonesia itu indah jangan dirumah saja". Apalagi sekarang ini sudah banyak bertebaran  Paket Wisata Domestik yang menggiurkan dan lumayan terjangkau salah satunya dari HIS Travel Indonesia. Di webnya terdapat banyak paketan wisatan yang sangat ramah di kantung apalagi untuk backpacker seperti saya. So, tunggu apalagi? Yuk liburan di Indonesia.




Happy people is not a great man in every way, but one that can find simple things in life and give thanks diligent.



HIS Domestic Holiday - Blogger Competition

Keindahan Ranu Agung


Setelah berkali-kali mengeksplore keindahan pantai yang biru, kali ini saya akan membeberkan pengalaman menelusuri keindahan air tapi yang lebih tenang dan berwarna hijau. Bersama 6 orang teman dengan mengendarai motor kami menuju ke daerah Probolinggo. Untuk jalurnya sendiri saya kurang paham, tapi yang saya ingat adalah kami melewati jalur menuju ke arum jeram Songa  dan terus menuju ke kecamatan Tiris. Karena memilih untuk touring malam, kami sempat tersesat sehingga harus putar balik setelah menanyakan pada masyarakat setempat.  Untuk kondisi jalan, jangan tanyakan. Karena masih dalam proses perbaikan jalan makadamnya benar-benar jelek. Bokong yang duduk di atas sadelpun keram dan badan serasa remuk melewati jalan berbatu-batu yang sangat kasar.

Waktu melihat plakat Ranu Agung hati rasanya sangat lega. Saat kami tiba tempat ini sudah sangat sepi, tidak ada aktivitas apapun. Mungkin karena sudah tengah malam sehingga udara terasa begitu dingin dan sedikti mendirikan bulu kuduk. Kami lalu membangunkan ibu di sebuah warung sekaligus numpang buang air kecil. Kami ngobrol sebentar dengan ibu pemilik warung lalu diarahkan untuk memarkirkan motor di rumah warga. Karena di tempat ini belum ada tempat khusus untuk parkiran.
 
Ranu Agung dari atas
Dari parkiran dan dengan penerangan seadanya dari HP dan powerbank kami berjalan ke bawa menyusuri jalan setapak menuju ke danau Ranu Agung. Karena dipenuhi oleh pepohonan, jalan yang kami lewati benar-benar gelap. Beruntung saat itu tidak hujan sehingga tanah yang kami tempati berpijak tidak begitu licin. Sebelum sampai di bawah kami melewati sumber air, teman-teman pun mengisi jirgen untuk keperluan masak karena dibawah tidak ada sumber air bersih.
 
Aku dan mereka
Sesampainya di danau, tampak 2 buah tenda yang sudah berdiri lebih dahulu. Terdengar suara anak muda sedang menyanyi sambil memetik gitar dan beberapa lainnya berterik dan tertawa menggaduhkan suasana yang tadinya hening. Tidak membuang waktu teman-teman segera mendirikan tenda. Karena saya dan evi tidak tahu caranya maka kami hanya bisa membantu memegangi senter. Setelah 3 tenda berdiri dengan kokoh, kami pun menggelar tikar didepan tenda dan menghadap langsung ke danau yang tampak sangat gelap hanya terdengar percikan kecil dari air. Untuk menghalau dingin kami memasak air dan menyeduh kopi serta memasak mie instan mengisi perut yang lapar. Karena mulai merasa kedingian evi dan saya segera masuk ke dalam tenda dan berencana untuk istirahat, tapi setelah merasakan hangatnya berada di dalam tenda rasa kantuk hilang dan kami mulai mengobrol cukup lama hingga tak sadar siapa yang tertidur duluan.

Saya terbangun ketika mendengar beberapa teriakan dan tawa dari beberapa orang yang beradu dengan bunyi air. Saat keluar dari tenda rupanya sudah cukup terang. Saya terkesima melihat didepan mata tampak pemandangan yang begitu luar biasa. Sekumpulan air yang berwarna hijau dipagari oleh dinding batu yang kokoh. Di tengah-tengah danau tampak beberapa remaja yang sedang bermain rakit sambil tertawa terbahak-bahak menikmati percikan air yang mengenai mereka. Rupanya mereka sedang berlomba saling mendahului satu sama lain. Melihat mereka begitu menikmati bermain rakit, tak sabar rasanya ingin segera merasakan sensasi yang sama.
 
Berakit-rakit sendiri tak mengapa
Berakit berdua juga boleh
Pernah merasakan sensai baca buku di tengah danau?
Setelah minum susu hangat dan sepotong roti, kami pun dengan semangat menaiki rakit yang sudah tidak dipakai oleh segerombolan remaja tadi. Pertama kali naik, hmm sedikti serem juga membayangkan gimana kalo misalnya rakit oleng dan kami jatuh kedalam air. Maklum saya tidak bisa berenang, sekali nyemplung kemungkinan terbesar ya sampai dasar. Tapi teman-teman yang lain meyakinkan kalo rakitnya kuat dan gak bakalan jatuh. Beberapa menit diatas rakit membuat saya nyaman dan udah malas balik ke darat. Teman-teman yang lain pun join dan kita berakit-rakit bersama menuju ke ujung danau yang satu sambil bernyanyi dan tertawa terbahak-bahak. Semakin mendekati dinding batu, semakin terasa keheningnan dari tempat ini. Jika kami tidak mengeluarkan suara, suasananya benar-benar sepi cocok untuk tidur siang.  Ahh suasana seperti ini yang selalu dirindukan kalo sudah penat dengan kesibukan pekerjaan dan aktifitas lainnya. Itu mungkin kenapa sampai ada ucapan “lagi butuh piknik” kali.
 
Jangan tinggalkan temanmu
Tukang rakit dadakan
Karena matahari semakin tinggi dan semakin menyengat, kami lalu memutar arah dan bali ke tepian setelah menyelamatkan rakit yang entah hanyut terbawah arus atau ditinggal begitu saja oleh pemakainya. Yang pasti kami membawa rakit itu kembali ketepian biar bisa digunakan oelh orang lain yang mungkin lagi butuh. Sesampainya ditepian kami pun mulai membongkar tenda dan membereskan barang-barang. Semua sampah yang tersisa kami pungutin satu per satu, seakan-akan tak ingin satu jejakpun yang tersisa sebagai bukti kalo kami pernah kesini. Setelah semua selesai kami lalu kembali berjalan ke atas menuju parkiran dan mengambil motor lalu pulang menuju Surabaya.


TERKADANG KITA PERLU MENJAUH HANYA UNTUK TAHU MAKNANYA PULANG





HIS Domestic Holiday - Blogger Competition
Powered by Blogger.

Search This Blog

Blog Archive

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

footer logo