Vimanmek Mansion |
Hari
terakhir, ahh sedihnya rasanya masih pengen di tempat ini. Setelah packing
barang dan check out, kami lalu menitipkan barang di resepsionis karena gak
mungkin nenteng koper kesan kemari. Sebenarnya rada ragu mau ke Vimanmek atau
gak usah aja karena transportasi kesana rada njlimet tapi pada akhinya
berangkat juga dengan naik taxi. Dan ini keputusan yang saya syukuri di
kemudian hari karena tempat ini beneran wajib didatangin.
Setelah
melewati beberapa pemeriksaan kami sampai dihalaman bangunan ini. Dari luar
tampak begitu megah karena memang merupakan bangunan terbesar didunia yang
terbuat dari kayu jati emas tanpa menggunakan paku sama sekali. Ini merupakan
museum yang sengaja dibuat untuk memberikan penghormatan kepada raja-raja
dahulu. Semua benda-benda yang dulu mereka gunakan ada di dalam bangunan ini.
Vimanmek dari atas (Sumber: Google) |
Agar
bisa masuk ketempat ini kita juga harus menggunakan pakaian yang sopan, gak ada
tempat untuk yang buka-bukaan so watch your dress! Selain pakaian sopan, semua
barang juga harus dititipkan di loker yang disewakan. Tapi tenang saja karena
lokernya terkunci jadi aman untuk menaruh semua barang. Bukan hanya tas yang
dititipkan tapi termasuk kamera, topi dan peralatan yang lain. Karena memang
dilarang untuk memotret di area ini jadi cukup menyimpannya dalam memory masing-masing.
Sebelum
menaiki tangga menuju bagian dalam bangunan, kita harus melepaskan alas kaki di tempat
yang sudah disediakan. Saat melewati pintu ada petugas wanita yang menyapa para
pengunjung dengan ramah sambil memeriksa badan pengunjung jangan sampai ada
kamera atau barang lain yang disembunyikan.
Bagian dalam vimanmek (Sumber: Google) |
Memasuki
bangunan ini serasa berada di dalam sebuah rumah mewah. Semua perabotan dan
peralatan ada di tempatnya masing-masing. Yang patut diacungin jempol adalah
tak tampak debu yang mengotorin bangunan ini, nampaknya benar-benar dirawat
sedemikian rupa. Lebih enak lagi klo ada guide yang bisa menjelaskan setiap
ruangannya. Di setiap sudut tampak petugas-petugas berseragam yang mengawasi
para pengunjung jangan sampai ada yang menyentuh barang atau melanggar aturan
yang lain. Karena memang ada ruangan-rungan tertentu yang tidak boleh dimasukin
dan hanya diberi pembatas berupa tali agar pengunjung masih bisa mengamati dari
luar.
Vimanmek dari belakang |
Selesai
mengelilingi Vimanmek Mansion, kami lalu bergegas menuju ke Anantha Sakhom yang
terletak di Kompleks Dusit Palace. Sebelum masuk ketempat ini kita lagi-lagi
harus menyimpan barang di loker yang ukurannya tidak terlalu besar tapi gratis.
Setelah berjalan beberapa meter dari kejauhan tampak bangunan ini berdiri
begitu megahnya dibawah langit biru membuat setiap mata yang memandang akan
berdecak kagum. Katanya sih untuk membangun gedung ini pengrajinnya didatangkan
dari Italia untuk memperkuat gaya Renaissance dari bangunan ini.
Anantha Sakhom |
Anantha Sakhom |
Dari
luar aja udah tampak megah seperti itu apalagi isinya didalam. Seandainya bisa
masuk kedalam pasti nuansa kerajaan bakalan semakin terasa. Sayang waktu saya
udah gak cukup, jadinya hanya bisa mengaguminya dari luar sambil menatap iri melihat
orang-orang lalu lalang di depan gedung putih itu. Karena panas yang begitu
menyengat kami melipir ke sebuah bangunan yang ada ACnya untuk mengademkan
badan sejenak sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Tempat ini hanya buka
Selasa – Minggu, setiap hari Senin dan Libur Nasional Tutup selain itu jangan
lupa tetep pakai baju yang sopan aja karena kalo gak kita harus beli kain bukan
sewa.
Dari
Anantha Sakhom kami langsung balik ke hotel lalu mengambil barang yang
dititipkan di resepsionis. Tapi sebelumnya mampir di Terminal21 karena stasiun
tempat kami berhenti nyambung dengan jalan menuju ke mall tersebut. Yang unik
dari Terminal21 ini adalah setiap lantai dekorasi dan toiletnya bertemakan
beberapa Negara seperti London, Paris, San Fransisco, Tokyo, dan Istambul.
Setelah puas mengelilingi dan termasuk memeriksa toiletnya (maaf rada katro)
kami lalu memasuki salah satu restoran untuk makan siang sebelum menuju hotel.
Terminal 21 |
Welcome to San Fransisco |
Setelah
berjalan kaki dan sampi di hotel kami langsung mengambil barang yang tadi
dititipkan. Karena jalanan lagi macet dan harus ngejar jadwal bus yang akan di
tumpangi bubun Arie balik ke Kamboja kami akhirnya memilih naik ojek yang
dipesan secara online kalo di Indonesia kayak Go-jek gitu. Dengan bantuan
resepsonis kami dipesankan 2 buah motor yang membawa kami menuju ke daerah
Pratunam lagi karena deket dengan tempat bus. Setelah Bubun Arie meninggalkan
saya, saya langsung masuk ke Paltinum mall menjelajahi beberapa lorong. Memang
baju-baju disini dijual dengan harga yang lumayan murah dibandingkan dengan di
Indonesia. Kalo saja gak ingat kalo saya gak pakai bagasi, mungkin udah kalap
beli ini dan itu.
Selesai
jelajahin Platinum meskipun gak semuanya, saya lalu keluar dan menyeberang ke
Pratunam. Rasanya gak afdol aja kalo gak menjejakkan kaki ditempat ini.
Sekalian mau cari baju titipan Si Onty dan Mom Cio (baca: kakak). Tapi mungkin
karena kesorean jadi kebanyakan pedagangnya udah pada siap-siap tutup. Lagipula
lorong-lorongnya dipenuhi oleh orang-orang yang masih berebutan membeli barang
sehingga rada susah untuk berjalan. Setelah barang yang saya cari ketemu, saya
lalu keluar dari Pratunam dan bertanya ke beberapa orang cara menuju ke
Bandara. Setelah melewati beberapa orang yang gak bisa bantu karena gak bisa
bahasa Inggris akhirnya saya ketemu petugas yang bisa memberitahu. Saya
disarankan untuk memakai ojek saja ke Stasiun tempat Skytrain menuju bandara.
Setelah tawar menawar dengan bahasa tarsan, akhirnya ongkosnya kita sepakatin
dan ojek itu membawa saya menuju ke Stasiun ARL.