Pantai Bara, Apparalang dan Marumasa (Bulukumba Hari-2)




Di hari kedua, sebenarnya kami berencana bangun pagi karena pengen berburu sunrise. Tapi apa daya rasa kantuk lebih kuat daripada godaan sunrise. Lagipula dari penginapan sebenarnya bisa menikmati sunrise juga tapi pagi itu berkabut sehingga hanya bisa menikmati sedikit semburat oranye dari matahari yang perlahan terbit terhalang oleh awan tebal.

Setelah bersiap-siap kami langsung mengambil motor dan mulai mencari pantai Bara. Sebenarnya kami juga belum mengetahui letak lokasi pantai ini jadi hanya dengan bermodalkan GPS kami berusaha menemukan tempatnya. Sempat bertanya ke warga lokal tapi petunjuk yang diberikan kurang jelas jadi harus mencari sendiri.

Singkat cerita setelah nyasar sana-sini dan tanya sana-sini kami sampai juga di pantai Bara which is ternyata masih satu lokasi sama pantai Tanjung Bira. Kalo Tanjung Bira lurus saja, nah kalo mau ke Bara kudu belok kanan sebelum Bira. Ikuti jalan terus sampai ketemu pertigaan lalu belok kanan tinggal ikutin jalan sampai ketemu jalan aspal lagi (kalo bingung Gunakan Penduduk Sekitar-GPS). Nah yang bikin happy itu karena kami datangnya kepagian jadi kami masuk ketempat ini gratis soalnya penjaga loket belum ada. Sayang juga kan kalo harus bayar dua kali padahal kemarin udah bayar. Nah kalo teman gak mau ngeluarin kocek lebih datanglah pagi-pagi selain gratis mungkin bisa menikmati sunrise pula. Atau kalo buat itinerary sebaiknya pantai Tanjung Bira dan pantai Bara dijadiin satu hari saja. Tapi kalo kalian cukup dermawan boleh bolak-balik kesini, lumayan untuk membantu perekonomian warga disini :p

Pantai Bara

Jalan ke Bara ini lumayan jelek karena tidak semuanya beraspal. Tapi tenang aja kalo cewek-cewek kayak kami bisa sampai pakai motor kalian juga pasti bisa asal hati-hati aja. Sesampainya di Bara tak tampak satu orang pun kecuali kami dan seekor kucing coklat manis. Wuah serasa pantai milik sendiri pokoknya, sampai beberapa waktu kemudian beberapa gerombolan anak muda memasuki kawasan ini dan tampak seorang wisatawan asing yang lalu-lalang entah mencari apa. Sebenarnya di kawasan ini ada beberapa warung tapi tampaknya mereka masih terlelap setelah bangun pagi untuk sahur. Jadilah hanya nyanyian dari debur ombak yang menemani keasyikan kami menikmati pantai ini.


Tidak beda jauh dengan pantai Bira, pasir di pantai ini pun sangat lembut kayak tepung. Btw kalo kalian datang pas ramai mungkin kalian bakalan disuru bayar segala macam. Karena pas disana hampir semua ada tulisan disewakan mulai dari kursi panjang sampai palang yang ada tulisan Pantai Bara pun kalian harus bayar. Well ini yang rada bikin gondok sih kalo di Indonesia apa-apa kudu bayar sampai pipis pun iya. Beda sama di LN hampir semua pantai bisa dinikmati gratis dan dengan fasilitas yang jauh lebih baik. Emang gak bisa disalahin sih karena yang bikin fasilitas ditempat ini mungkin para warga sementara kalo di LN difasilitasi oleh pemerintah. Jadi warga pun menjadikan tempat ini sebagai lahan mata pencaharian.


Bayangin aja ya kalo mau hitung-hitungan misalnya masuk diarea ini di loket paling depan bayar tiket masuk 15ribu, parkir 2ribu, sampai di Bara bayar parkir lagi untuk mobil 10ribu dan motor 5 ribu, lalu turun ke bawah kalo mau foto di tulisan bayar 10-15 ribu, kalo mau foto diayunan ala-ala Gili Trawangan bayar lagi, lalu toliet 2ribu, kalo mau duduk di kursi bayar lagi 10-15 ribu. Nah loh berapa kira-kira yang harus kalian habiskan untuk menikmati sebuah pantai. Anyway lupakan soal itu karena saya tetap bahagia tidak mengeluarkan sepeser pun untuk pantai ini karena datangnya pagi banget.


Secara garis besar pantai Bara ini hampir mirip dengan pantai Bira. Air laut yang jernih, pasir putih yang halus dan langit yang biru gambaran sempurna untuk sebuah pantai. Bedanya karena disepanjang pesisir pantai ini dihiasi oleh pohon-pohon kelapa yang tidak saya temui kemarin di pantai Bira. Katanya tempat ini juga tidak seramai pantai Bira mungkin karena letaknya yang lebih jauh dari dan jalannya yang tidak terlalu bagus. Tapi untuk penikmat pantai sepi yang jauh dari hingar-bingar, pantai ini yang terbaik buat kami. Selesai dari pantai Bara kami bergegas pulang kembali menuju ke penginapan karena sarapan sudah menanti kami disana.


Pantai Tebing Apparalang


Lokasi Apparalang ini sebenarnya tidak terlalu jauh dari penginapan kami (menurut GPS 30 menitan), tapi berhubung jalannya lebih parah daripada jalan ke Bara jadi kami menghabiskan hampir 1 jam lebih di perjalanan (termasuk nyasar). Nah untuk ketempat ini ada 2 jalur. Jalur pertama lebih dekat tapi lumayan curam dan jalur kedua lebih jauh tapi lebih landai. Kami pada akhirnya melewati kedua jalur ini. Berangkatnya kami melewati jalur yang lebih landai tapi ternyata lumayan jauh juga dan jalannya pun tidak begitu bersahabat. Mendekati lokasi Apparalang jalanan semakin parah, curam dan bebatu-batu jadi harus tambah hati-hati lagi. Mungkin kalo kesini dimusim hujan saya tidak akan berani mengendarai motor seorang diri. Sesampai di lokasi kami langsung memarkirkan motor kami dan berjalan menuju ke tebing. Oh iya kalo ketempat ini kalian hanya perlu membayar parkiran 5ribu per motor. Mau foto dan duduk dimana saja semuanya gratis.



Pemandangan dari tempat ini sangat cantik bikin betah berlama-lama duduk menikmati deburan ombak yang menghempas batu karang. Apalagi saat itu langit sedang biru cerah bikin pemandangan tambah breathtaking. Terang saja saya gak bisa berhenti ngucapin "wow" karena terkagum-kagum oleh keindahan karya Tuhan yang satu ini. Kalo kalian sudah puas dengan pemandangan laut dari tebing yang tinggi, kita juga bisa turun kebawah melewati tangga-tangga untuk menikmati deburan ombak lebih dekat. Bisa dikata kami sangat beruntung saat kesini karena hanya ada beberapa orang saja sehingga benar-benar bisa menikmati nyanyian laut tanpa terpolusi oleh hiruk-pikuk manusia.


Ada banyak tempat yang bisa dijelajah sebenarnya kalo ketempat ini. Jadi kalo saya punya waktu banyak saya akan memilih menghabiskan waktu seharian disini apalagi ada gasebo tempat yang nyaman untuk berteduh dan leyeh-leyeh, mungkin bakalan jatuh tertidur pula. Tapi karena masih ada tempat lain yang harus didatangi jadi kami tidak bisa berlama-lama di tempat ini.

Saat kami pulang kami memilih melewati jalur yang lebih curam tapi ternyata jaraknya jauh lebih dekat daripada jalur keberangkatan kami. Jadi buat teman-teman yang kesini bisa menimbang-nimbang sendiri mau jalan yang dekat tapi curam atau yang landai tapi jauh. Kalo saya pribadi lebih memilih jalur yang lebih dekat meskipun curam tapi sudah ditembok jadi tidak begitu seram, dibandingkan berkendara jauh dengan jalan yang landai tapi juga berbatu-batu rasanya nyelekit dibokong.


Pantai Marumasa

Sepulangnya dari Apparalang kami melajukan motor menuju ke Pantai Marumasa yang searah dengan jalan pulang menuju penginapan. Pantai ini mungkin tidak setenar Bira dan Bara karena memang tidak terlalu dipromosikan oleh pemerintah setempat sebagai tempat wisata. Mungkin itulah sebabnya masuk ke tempat ini gratis dan bisa parkir dimana saja.

Beberapa alasan yang mungkin bikin beberapa orang memutuskan kesini karena terdapat beberapa spot untuk foto yang instagramable banget di atas tebing-tebing yang langsung mengarah ke laut lepas. Tapi karena kami sudah cukup puas dengan pemandangan laut dari ketinggian tebing Apparalang jadi kami tidak berniat untuk mendaki tebing untuk sekedar foto-foto disana.

Tampak kumuh karena sampah dimana-mana 


Secara mendasar pantai ini memiliki pasir putih yang lagi-lagi lembut bak tepung beras dengan air laut yang jernih tapi deburan ombak yang lebih besar. Yang membedakan dari pantai lain yaitu sepanjang bibir pantai ini dipenuhi oleh perahu-perahu nelayan yang memarkirkan perahu mereka disana setelah melaut. Ada banyak pondok-pondok alakadarnya dibangun disepanjang bibir pantai. Yang lumayan mengganggu mata adalah sampah yang bertebar dimana-mana. So gaes, kalo jalan-jalan jangan hanya sibuk foto-foto tapi bawa sampahmu pulang biar tidak menodai keindahan lautan kita.




Kami tidak bisa berlama-lama ditempat ini karena tidak ada satu orang pun yang berjualan padahal perut kami sudah keruyukan karena belum makan siang. Jadi setelah puas bermain ayunan yang kebetulan kami temukan disana kami pun bergegas meninggalkan pantai ini.

Well sebenarnya setelah pantai ini itinerary kami adalah kembali ke pantai Bira untuk menyeberang menuju ke Pulau Kambing atau Pulau Liukang untuk melakukan snorkeling, tapi berhubung hari sudah sore dan sudah kelelahan jadi tempat ini kami skip untuk penjelajahan di lain waktu (mungkin).

Oke gaes sekian sharing pengalaman short escaped saya ke Bulukumba dengan segudang pantai cantiknya sampai ketemu di jejak kaki yang lain. Anyway sekedar info total pengeluaran kami hanya sekitar 600ribu all in. Sudah termasuk makan dan jajan-jajan yang tidak tercantum dalam kisah diatas, cukup murah bukan??


You don't have to be rich to travel well.
Powered by Blogger.

Search This Blog

Blog Archive

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

footer logo