Amazing Tabuhan & Menjangan Island with BPSI (20-22 Maret 2015)


Kali ini saya mau share pengalaman backpacker bersama teman-teman dari BPSI. Berawal dari menemukan postingan di FB BPSI bahwa mereka akan mengadakan trip ke Banyuwangi tepatnya Tabuhan dan Menjangan. Saya pun mencoba meninggalkan pesan ijin untuk join, beruntung seseorang an/ Joka Poerbianto langsung menjawab. Setelah ba bi bu, akhirnya pas hari H saya pastikan ikut.
Jam 6 sore saya menuju ke Bungurasih by bus Damri, perjalanan yang seharusnya hanya 45-60 menit aja, berubah menjadi 2 jam 15 menit karena macet dimana-mana. Walhasil saya telat 15 menit dari jam yang telah di tentukan, beruntung mereka masih menunggu saya. Setelah semua berkumpul lengkap, jam setengah 10 kami lalu masuk ke Bungurasih dan setelah tawar-menawar cukup lama kami pun diangkut oleh sebuah bus AC (angina cepoi-cepoi) menuju ke Banyuwangi.  Perjalanan di tempuh selama ± 6 jam dan seperti biasa saya menghabiskan waktu untuk hibernasi.


Bonus sunrise di Pantai Bangsrin
Sunrise

Sekitar jam setengah 4 kami tiba di Wongsorejo menunggu mobil yang akan mengangkut kami ke pantai Bangsring. Saat kami tiba di pantai, disana masih begitu sepi karena kami adalah rombongan pertama yang tiba. Sambil menanti sunrise, kami pun berganti pakaian. Tak berapa lama langit yang awalnya gelap mulai diterangi oleh semburat cahaya warna coklat, orange, kuning hingga ungu yang begitu indah mulai menghiasi langit. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan langkah ini kami pun mulai mengambil beberapa gambar. Sambil menunggu kapal untuk menyeberang ke pulau Tabuhan kami pun mencoba mencicipi snorkeling di pantai ini. Meskipun airnya tidak begitu jernih tapi masiht ampak beberapa ikan dan karang. Di tempat ini juga ada tempat penangkaran ikan paus jika kita ingin melihatnya, cukup membayar perahu 5000 perak per orangnya.


Semakin siang, semakin banyak pengunjung yang berdatangan dari berbagai daerah. Akhirnya jam 1 siang kami memutuskan untuk menyeberang menuju ke Pulau Tabuhan. Waktu tempuh sekitar 45 menit. Dari kejauhan pulau Tabuhan ini tampak begitu indah karena ada hijau pepohonan, dikelilingi putihnya pasir dan air laut yang berwarna hijau muda. Sesampai di Tabuhan, kami langsung mendirikan tenda, dan mempersiapkan makanan untuk lunch. Saat makan siang adalah moment terlucu dan kebersamaannya paling terasa selama mengikuti trip ini karena untuk makan saja kami harus membuat lingkaran mengelilingi makanan kemudian secara bergantian duduk di tanah untuk mengambil sesuap nasi kemudian kembali berjalan berkeliling berganti posisi dengan teman yang lain supaya semua kebagian makanan.

Gak bisa renang, jadi snorklingnya pake' life jacket

Setelah semua selesai, saya bersama teman-teman yang lain tidak mau membuang waktu langsung mengambil alat snorkeling dan memulai penjelajahan bawah laut dari Tabuhan. Kedalaman dari Tabuhan ini tidak sampai 1 meter jadi untuk orang seperti saya yang tidak bisa berenang masih memungkinkan untuk menjelajah sendirian. Sebenarnya saya cukup takut untuk snorkeling karena ini pengalaman pertama, tapi setelah belajar beberap trik dari Mas Adit, pelan-pelan rasa taktu saya hilang. Saking asyiknya menjelajah, saya sampai tidak sadar sudah berada di tengah-tengah.




Di tempat ini kami menemukan ada banyak terumbu karang dan ikan warna-warni, bintang laut dan berbagai binatang laut lain yang saya tidak tahu namanya tapi mereka semua menjadi harmoni alam bawah laut yang begitu mempesona. Memang menjelajah bawah laut tidak akan ada bosannya, karena kita akan dibuat terkagum-kagum oleh tingkah lucu dari penghuni bahwa laut ini. Sayangnya saya tidak punya kamera khusus bawah laut jadi saya tidak bisa mengabaikan momen ini.
Bintang laut sangat mudah di temukan

Hari menjelang sore memaksa saya bersama teman-teman akhirnya beranjak dari air dan berganti pakaian seadanya (tanpa mandi) karena di tempat ini tidak ada air tawar. Jadi sebaiknya siapkan tissue basah sebanyak mungkin untuk membasuh badan. Malam menjelang, setelah makan malam seadanya, kami pun berbaring-baring di tepi pantai hanya beralaskan kain. Tidak pernah terbayangkan olehku akan meraskan tidur di tepi pantai dan benar-benar beratapkan langit yang di hiasi bintang-bintang. Sesekali merasakan tidur di alam terbuka akan membawamu semakin dekat dengan alam dan Sang Pencipta alam ini.


Welcome Tabuhan Island


Levitasi

Amazing Sunrise Tabuhan

Langit Tabuhan di pagi hari

========================================================================

Part II (end): Amazing Tabuhan & Menjangan Island with BPSI (20-22 maret 2015)

Setelah merasakan nikmatnya tidur beratapkan langit dan kerlap-kerlip bintang, pagi ini kami bangun untuk menikmati sunrise.Sayangnya setelah lama menunggu sunrise tampaknya malu-malu mempertontonkan wajahnya sehingga yang kami temukan hanya semburat warna-warni yang magis namun indah.Setelah mengambil beberapa foto, kami pun langsung beres-beres dan bersiap menuju destinasi selanjutnya yaitu Pulau Menjangan.


Setelah menunggu 2 jam lebih akhirnya kapal yang akan mengantarkan kami datang juga. Untuk tiba di Pulau Menjangan membutuhkan waktu 1 jam lebih dari Tabuhan. Jangan lupa menyempatkan foto di ujung kapal dengan pose seperti seorang nahkoda (kalau berani). Tapi perlu hati-hati karena perairan di tempat ini benar-benar dalam, itu Nampak dari warna biru tua dari laut.


Sesampai di Menjangan, sudah ada beberapa kapal yang mengantri untuk bersandar dan menurunkan penumpang. Pertama kali yang ditangkap oleh mataku adalah sampah-sampah yang menghiasi pinggir-pinggri perariran.Dan ini benar-benar merusak keindahan Menjangan.Manusia meemang kadang-kadang hanya ingin menikmati tapi lupa untuk menjaga.So, pembaca yang terhormat kemanapun anda pergi ingatlah untuk selalu membuang sampah di tempat sampah, bukan di laut.Kalimat “buanglah sampah apda tempatnya” memang terkesan kuno, tapi memiliki dampak yang besar jika kita mau melakukannya.


Beruntung warna air di sana masih bening jadi kami bisa melihat bermacam-macam ikan yang berenang kesan-kemari. Di tempat ini jenis dan jumlah ikan dan terumbu karang lebih kaya dibanding di Tabuhan.Tapi karena terlalu dalam (2-3 meter) saya tidak berani untuk mejelajah setiap pelosok pulau ini (maklum gak bisa renang).Intinya berada di tempat ini seakan melihat aquarium besar karya Sang Pencipta.Hal yang eprlu diingat adalah di tempat ini sangat dilarang keras untuk menangkap ikan-ikan hias yang ada, demi kelestarian alam bawah laut.


Menjelang jam 12 kami pun bergegas meninggalkan pulau ini karena harus mengejar kereta yang akan ditumpangi oleh teman-teman. Meninggalkan tempat ini ada rasa sedih karena tidak bisa mengeksplore semua area.Beruntung di tengah perjalanan kami dihibur oleh kumpulan ikan paus yang menampakkan siripnya dan sesekali melompat sehingga kami bsia melihat seluruh tubuh raksasanya.Saya benar-benar terpesona melihat keajaiban lautan ini.Selama ini saya hanya melihat di televisi dan tak percaya bahwa saya bisa sedekat ini dengan ikan raksasa ini.Lautan yang dulunya menakutkan bagiku, kini untuk meninggalkannya pun tak rela.




Jelajah Pantai Sanggar & Patok Gebang Tulung Agung with Laskar Merah Putih


Berawal dari menemukan postingan di FB Jatim Backpaker yang di post oleh Mbak Sari bahwa tgl 14-15 Maret 2015 mereka akan mengadakan trip explore Tulungagung dengan destinasi pantai dan air terjun, saya langsung komen ala kadarnya hanya demi menerima notifikasi. Saat itu saya belum memutuskan akan ikut karena melihat tempat yang di kunjungi adalah Tulung Agung, jadi dalam bayangan saya destinasinya tidak akan terlalu menarik sama seperti (maaf kata) pantai Popoh yang konon katanya sudah sangat kotor dan tak menarik. 2 hari sebelum hari H saya belum menemukan destinasi trip yang lebih menarik, akhirnya saya memastikan ikut ke Tulung Agung bersama backpackermate saya Evi Chiya.

Hari H Evi dan saya berangkat dari kost jam 17.30 lebih, dan tiba di meeting point (mepo) BPBD waru sekitar stengah 7 lebih. Tak lama kemudian satu persatu peserta yang lain mulai berdatangan. Ketika semua sudah ngumpul kami pun melanjutkan perjalanan ke beberapa mepo yang lain untuk menjemput teman2. Kurang lebih 30 motor kami pun meluncur menuju Tulungagung. Karena peserta cukup banyak, kami harus berhenti beberapa kali untuk menunggu teman2 yang tertinggal. 

Pukul 04.00 dini hari kami tiba di sebuah desa di Tulung Agung (maafkan saya yang tak tahu namanya) lalu mampir di rumah seorang teman beristirahat sejenak sebelum menuju pantai. Tanpa tebeng aleng-aleng saya langsung mengambil posisi yang nyaman untuk tidur. 1 jam sudah lebih dari cukup bagi kami untuk tidur, kami pun bersiap-siap untuk menuju pantai. Sambil menunggu sarapan dari tuan rumah, beberapa teman yang lain mandi. 


Langitnya keren bro...
Langit pun mendukung trip kali ini 
Setelah semua selesai, kami pun menuju ke pantai yang ternyata masih membutuhkan waktu cukup lama. Tapi sepanjang perjalanan mata kami dimanjakan dengan pemandangan yang begitu indah. Di kiri kanan tampak gunung  menjulang yang masih ditutupi awan, warna hijau perkebunan, birunya langit serta udara yang begitu segar bebas polusi menjadi harmoni yang apik. Saat melewati rumah warga, hampir semua rumah memiliki pondok yang dipenuhi dengan jagung berwarna kuning. Sepertinya salah satu dari mata pencaharian warga disni adalah jagung, tidak heran tadi pagi juga kami di suguhi nasi campur jagung yang sudah dihaluskan.


Kondisi jalan ke Pantai Sanggar
Untuk sampai ke pantai Sanggar kami harus melewati jalan yang lumayan sulit bahkan setelah melewati gerbang , motor-motor kami harus didorong untuk sampai ke tempat parkiran. Karena jalanan begitu menanjak dan licin meskipun sudah di cor. Dari tempat parkir, perjalanan masih lumayan jauh, tapi kami akhirnya tetap memutuskan untuk memarkir motor di tempat parkir yang tersedia semi menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Karena selanjutnya jalan yang harus dilewati berupa bukit-bukit dan tanah yang becek bekas hujan sehingga sangat licin dan berbahaya untuk dilewati dengan motor. Beberapa dari teman-teman masih mencoba membawa motor meskipun beberapa kali motor mereka slip dan dipenuhi dengan tanah. 


Jalan menanjak dan licin sehingga motor harus di dorong
Tempat parkir motor sebelum tracking
Penunjuk arah
Dari atas bukit penampakan pantai sangat indah, sehingga kami semakin mempercepat langkah kaki untuk segera menikmati birunya laut dan putihnya pasir. Pantai pertama yang menyambut kami adalah Pantai Sanggar. Airnya benar-benar biru dan dihiasi dengan gulungan ombak yang tidak terlalu besar. Di sebelah kiri kanan pantai tampak batu karang yang begitu indah. Sayangnya saya hanya memotret menggunakan kamera HP jadi gambar yang saya peroleh hanya ala kadarnya. Setelah puas bermain air dan mendokumentasikan pantai ini kami pun menuju ke pantai selanjutnya yaitu Patok Gebang. Untuk bisa ke pantai ini kami harus kembali melewati perbukitan dan hutan-hutan dengan jalan setapak yang jauh lebih sulit karena tempat ini memang masih jarang di kunjungi dan belum terekspos. Saran saya jika akan ke pantai ini bawa persediaan air minum yang cukup sehingga kalian tidak mengalamai kehausan tingkat tinggi seperti yang saya alami.


Pantai Sanggar dari atas bukit
Pantai Sanggar
Pantai Sanggar
Pantai Sanggara
Sesampai di Patok Gebang, pemandangan yang sangat menakjubkan membuat mata kami terbelalak dan berulang kali mengucapkan kata “WOoooowwww”…. Saking kerennya. Di pantai ini ombak benar-benar besar dan meninggalkan bunyi serta buih putih yang begitu indah saat menghempas karang. Saya dan teman-teman pun meneruskan mendaki karang batu berwarna coklat. Dari tempat ini pemandangan benar-benar menakjubkan, sampai-sampai saya hanya bisa terdiam dan benar-benar speechless tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan indahnya tempat ini. Meskipun batu karang tempat kami berpijak cukup tinggi, namun kerasnya hempasan ombak mampu mencapai bibir karang. Berada di tempat ini serasa memiliki pulau pribadi, karena hanya segelintiran orang yang mau meneruskan perjalanan kesini.

Patok Gebang


Dua anak cukup
Patok Gebang
Ombaknya ganas...
Sayangnya saya agak sulit untuk menjelajah setiap sudutnya karena bertelanjang kaki sementara karangnya cukup tajam dan pasir di sekitar sangat panas. Setelah pantai ini sebenarnya masih ada pantai lagi tapi kami akhirnya memutuskan untuk kembali karena tidak tahan dengan panasnya matahari dan tanah tempat kami berpijak.  Rasanya tidak cukup hanya sehari untuk menjelajah tempat ini. Harus menyediakan waktu lagi untuk bisa menginap dan menikmati pantai Sanggar dan Patok Gebang sepuas-puasnya. 

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman dari Laskar Merah Putih yang sudah menjadikan trip ini jadi salah satu trip paling berkesan. Terutama dengan kejadian "hilangnya tas kuning" (meskipun pada akhirnya batal).

Laskar Merah Putih
New Friends, New Family











Part III (end): Jelajah Bromo (28 Feb – 01 Mar 2015) - MADAKARIPURA



Selesai menjelajahi Bromo, kami menuju destinasi terakhir yaitu Air Terjun Madakaripura. Sebenarnya trip ke Madakaripura terancam gagal karena meskipun hari masih siang tapi saat itu turun hujan. Menurut mas David, pengurus di Madakaripura tidak akan mengijinkan pengunjung masuk ke area Madakaripura jika hujan, karena tempat tersebut rawan longsor. Mendengar berita ini saya cukup merasa sedih, so pelan-pelan saya berdoa dalam hati semoga hujan segera berhenti sehingga tidak menghambat perjalanan kami.

Thank God, sekitar jam 12an hujan pun berhenti dan kami akhirnya bisa meneruskan perjalanan ke Madakaripura yang mebutuhkan waktu hanya sekitar 20-30 menit. Di perjalanan kami mampir di sebuah warung untuk membeli sendal karena saya tidak membawa perlengkapan untuk basah-basahan. Sesampai di lokasi Madakaripura, belum juga turun dari mobil, kami sudah di kerumuni oleh orang yang ingin menjadi guide kami dan juga penjaja jas hujan. Jadi jika ke Madakaripura dan tidak ingin basah kuyup tetapi lupa membawa jas hujan, anda tidak perlu kuatir karena stock penjual jas hujan di sana sangat banyak. Per bijinya di jual dengan harga 10ribu saja. Untuk biaya guide, saya kurang paham tapi sekitar 100ribuan.


Akses jalan menuju Madakaripura

Akses menuju Madakaripura 


Setelah melakukan beberapa persiapan, kami pun segera melangkahkan kaki menuju Air Terjun Madakaripura. Di kiri kanan tampak warung-warung yang menjajakan berbagai makanan dan minum. Di sudut yang lain tampak sebuah warugn yang menjual sendal, celana pendek dan kaos ala kadarnya. Setelah melewati warung-warung kami mulai memasuki jalan setapak di sebelah kanan dari jalan ini terpampang dengan kokoh tulisan MADAKARIPURA berwarna merah. Ini salah satu spot yang bagus untuk difoto dan di jadikan barang bukti bahwa saya pernah menginjakkan kaki disini.



Setelah berjalan sekitar 45 menitan akhirnya kami sampai di sekitar area Madakaripura dan yang pertama kali kelihatan adalah sekumpulan air terjun mini dengan hiasan hijaunya lumut di bebatuan. Untuk bisa melihat Madakaripurnya kita harus masuk lebih jauh lagi dan harus melewati sungai kecil dengan bebatuan yang cukup besar dan licin. Saat kami kesini, lagi musin hujan sehingga arus sungainya lumayan deras jadi perlu ekstra hati-hati. Nyali saya sempat ciut untuk meneruskan langkah kaki, karena untuk bisa melihat spot Air terjun utama Madakaripura, kita harus menaiki bebatuan yang lumayan licin dan semakin berbahaya dengan adanya angin yang kencang.
Beberapa air terjun mini 





Namun rasa penasaran lebih kuat dari rasa takut hingga akhirnya saya memberanikan diri. Beruntung mas yang menjadi guide kami benar-benar berpengalaman menuntun langkah kaki kami sehingga bisa tiba dengan selamat persis di depan Air Terjuan utama Madakaripura. Pemandangan dari tempat ini benar-benar keren. Air terjun yang jatuh bagaikan di tumpahkan dari langit. Karena di tempat saya berdiri dikelilingi oleh dinding batu dan di bagian paling atas ada lingkaran kecil yang langsung memperlihatkan putihnya langit.

Air Tejun Madakaripura


Tumpahan air dari langit



Sebenarnya saya ingin berfoto-foto, sayangnya peralatan saya tidak memungkinkan karena hp saya bukan hp tahan air dan pada saat itu saya juga sudah kedinginan sehingga saya hanya mengambil sebuah foto air terjun kemudian segera meninggalkan spot tersebut. Pada saat itu seorang dari pengurus Madakaripura juga tampak berkeliling mengumumkan supaya orang-orang segera meninggalkan tempat tersebut karena hujan semakin deras, dan curah air terjun juga semakin banyak sehingga di kuatirkan akan terjadi banjir. Kami pun segera kembali ke tempat kami memarkirkan mobil.


Oh iya jika teman-teman ke tempat ini jangan kaget jika di tagih biaya cuci kendaraan setelah kembali dari Madakaripura. Kalau tidak ingin di tagih biaya cuci kendaran, sebelum meninggalkan kendaraan beritahu kepada penjaga parkiran supaya kendaraan kalian tidak usah di cuci. Sementara teman-teman yang lain berganti pakaian, saya menunggu di dalam mobil karena saya tidak membawa pakaian. Setelah semua berkumpul, kami pun meninggalkan lokasi Madakaripura sambil mengucapkan sayonara dan mobil APV merah ini mengantarkan kami kembali ke Surabaya

Sekian pengalaman sehari semalam trip Bromo - Madakaripura. Bertemu dengan teman baru dengan pengalaman baru yang berbeda. Saya bersyukur trip pertama saya berjalan dengan baik dan di pertemukan dengan teman-teman baru yang sangat menyenangkan dan kompak.
Seperti pepatah mengatakan:
Traveling is not about where you go but who you meet... And I am lucky to meet them...

Semoga di trip berikutnya saya bisa bertemu dengan mereka.
Amin....









TRIP DADAKAN KE AIR TERJUN SUMBER PITU


Sumber Pitu

Hola good people…

Pengen cerita dikit pengalaman ke Sumber Pitu hari Minggu kemarin (8 Mar 2015).
Seperti judulnya ini trip dadakan, karena trip ke ijen yang sudah direncanakan dari jauh-jauh hari dibatalin sama yang empunya hajat. Gak mau bersedih lama-lama saya mulai searching di grup-grup backpacker di FB dan akhirnya saya temukan sebuah group “Langkah Kaki Backpacker Surabaya” ada postingan kalo tanggal 07-08 mereka akan berangkat ke Sumber Pitu.

Tanpa perlu pikir panjang saya langsung menghubungi adminnya dan beliau (baca: David) dengan senang hati menyambut diriku. Setelah mengajukan berbagai pertanyaan termasuk apakah ada cewe yang ikut (secara ini pertama kali ikut trip komunitas bacpacker dan lagi-lagi tanpa kenalan seorang pun), dan jawab yang diberikan sangat memuaskan akhirnya saya bersama roommate (baca: Evi) membulatkan hati untuk ikut serta.

Menanti pagi di Alun-Alun Batu

Singkat cerita malam hari jam 23.00 kami kumpul di Hoky Darmawangsa, sambil nunggu yang lain kita ngopi dan ngobrol sekalian kenalan dengan teman baru. Setelah semua pada ngumpul (total 11 motor), tepat jam 01.00 kita langsung berangkat ke Batu, Malang. Karena kita berangkat malam jadi gak ada kendala yang terlalu menghambat, hanya saja di tengah jalan kita harus berteduh karena hujan.


Pusat Informasi 

Sesampai di alun-alun Batu jam menunjukkan kurang lebih 04.00, kami beristirahat sebentar sambil menunggu teman-teman yang lain yang sedang sholat.

Sekitar jam 05.50 kami meneruskan perjalanan ke Dusun Tulungrejo, desa Pujon Kidul. Setelah melewati patung Tugu Sapi terdapat pertigaan, kami lalu belok kiri dan terus menapaki jalan yang di cor seadanya untuk mencari pusat informasi mengenai Sumber Pitu. Sekitar jam 06.30 kami tiba disana, dan mengambil waktu untuk beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan ke Sumber Pitu yang harus di tempuh dengan jalan kaki.

Kurang lebih jam setengah 9 kami mulai siap-siap untuk berangkat ke air terjunnya, tidak lupa untuk berdoa bersama-sama dan membayar retribusi sebesar 15ribu. Untuk bisa sampai ke Sumber Pitu kami harus melewati daerah perbukitan yang aksesnya menurut saya lumayan ekstrim (kiri-kanan jurang). Apalagi pada saat kesana lagi musim hujan dan di satu titik ada bekas longsoran semalam sehingga kami harus berpegangan pada tali seadanya yang di sediakan oleh pengelola disana. Yang cukup menghibur adalah sepanjang perjalanan kita disuguhi dengan pemandangan yang mempesona, seperti kebun buah-buahan, sayur-sayuran, cabe-cabean, serta gunung dan lembah yang tertutup awan putih.

Air tejun Coban Tunggal
Waktu tempuh kami yang awalnya diperkirakan hanya 1 jam ternyata molor jadi 1,5 jam. Pertama kali kita akan di sambut oleh air terjun yang cukup besar. Udara di sekitar tempat ini begitu segar dan bunyi air benar-benar menenangkan.  Airnya begitu jernih dan sangat dingin saat saya melepaskan sepatu dan mencoba mencelupkan kaki di air. Untuk bisa sampai ke puncak Sumber Pitu kami harus melewati medan yang lebih sulit lagi karena harus memanjat tebing yang curam dan hanya dengan bantuan tali seadanya. Sesampai di Sumber Pitu dan melihat betapa indahnya harmoni alam antar beningnya air terjun dan hijaunya pepohonan di sekitarnya, membuat rasa lelah hilang seketika. Tempat ini disebut Sumber Pitu karena ada 7 sumber mata air terjun di tengah-tengah hijaunya pepohonan. Tempat ini masih sangat alami dan cukup terjaga dari tangan kotor manusia yang suka membuang sampah sembarangan.

Setelah puas foto-foto sana sini kami pun kembali ke Pusat Informasi. Perjalanan pulang ternyata lebih berat karena sebelumnya hujan dan sudah banyak di lalui oleh orang-orang sehingga jalanan menjadi begitu licin. Hampir dari semua rombongan kami terpeleset karena saking licinnya. Saran saya jika ada rencana untuk explore Sumber Pitu, gunakan sandal atau sepatu yang anti licin. Usahakan berangkat subuh sehingga tiba di Pusat Informasi pagi hari dengan begitu ada banyak waktu untuk explore Sumber Pitu. Karena saat kami kesana ada rombongan yang baru datang sekitar jam 2, tapi oleh pengurus disana sudah tidak diperbolehkan.
Sekian share dari saya, semoga bermanfaat.



Jalan menuju Sumber Pitu







Akses jalan ke SUmber Pitu
Untuk naik ke Sumber Pitu harus
 dengan bantuan tali seadanya
Sumber Pitu

Powered by Blogger.

Search This Blog

Blog Archive

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

footer logo