Zojoji Temple |
Wew gak terasa sudah
hari terakhir aja, hari ini agak malas-malasan bangun pagi karena emang sudah
gak ada planning mau kemana. Bangun pagi karena kudu packing barang yang sudah
gak cukup sekoper lagi (semua gara-gara Daiso hahaha). Tapi mengingat saya
harus check-out jam 10 so akhirnya memaksakan diri untuk bangun juga. Setelah
menitipkan barang di resepsionis saya lalu keluar hostel sekitar jam 9-an. Btw
hari terkahir ini challenging banget soalnya saya sendiri tanpa ada bantuan
internet sama sekali karena paketan saya berakhir tadi malam.
Tujuan hari terakhir
ini hanya untuk memanfaatkan tiket Subway sepuasnya jadi nyari objek wisata
yang dapat dijangkau dengan Subway. Salah satu yang terpampang jelas di tiket
subway itu adalah Tokyo Tower jadilah tujuan utama saya ketempat ini. Dengan
bantuan aplikasi offline dari “Tokyo Subway Navigation” asal tau nama
stasiunnya, maka akan lebih mudah untuk menentukan naik line apa. Untuk ke
Tokyo Tower sebenarnya ada beberapa line tapi waktu itu saya menggunakan
Asakusa Line turun di Daimon dan ternyata ini bukan pilihan yang cukup bagus
karena harus jalan sejauh 10 menit. Jika lewat Oedo Line lalu turun di
Akabanebashi hanya perlu berjalanan 5 menitan.
Tokyo Tower & Kuil Zojoji
Dari depan stasiun Akabanebashi
memang Tokyo Tower sudah kelihatan seakan-akan sudah dekat tapi ternyata
lumayan jauh juga. Dengan petunjuk posisi Tokyo Tower saya jalan terus
mengikuti feeling berjalan lurus dari exit Daimon. Tak lama saya ketemu sebuah
pertigaan dan di seberang jalannya ada gerbang kuil berwarna merah, di atasnya
tampak menjulang tinggi Tokyo Tower. Yes.. I got it. Sambil nunggu lampu merah
buat mobil saya selfie dulu merayakan keberhasilan hari ini. Saat menuliskan
bagian ini saya baru tahu kalo gerbang merah itu disebut Sangedatsumon dan
merupakan salah satu benda peninggalan sejarah yang dilindungi pemerintah. Wah
tahu gitu saya foto lebih bagus ya…
View dari exit Daimon |
Setelah melewati
gerbang Sangedatsumon (ada kepercayaan kalo melewati gerbang ini maka pikiran
kita akan dibersihkan dari yang jahat dan dijauhkan dari penyakit) kita akan
ketemu beberapa anak tangga dan dari bawah sini pemandanganya sangat bagus yaitu
paduan antara kuil tradisional, Tokyo tower, langit biru dan pepohonan.
Sepertinya ini spot wajib untuk difoto. Beruntung waktu itu ada pelajar Jepang
yang lewat jadi saya bisa minta tolong difotokan (abaikan). Waktu mengitari
tempat ini tampak beberapa pohon seperti pohon sakura (maklum gak tahu pohon
sakura seperti apa kalo lagi gak berbunga) so pasti akan jauh lebih indah jika
bisa kesini saat musim sakura.
Pohon Sakura bukan? |
Numpang narsis |
Taman di Kuil Zojoji |
Area tempat patung Budha Jizo |
Aula utama Zojoji |
Hie Jinja
Setelah puas memotret
Tokyo Tower saya kembali jalan menuju ke Stasiun Daimon lalu mencari line yang
menuju ke Hie Jinja didaerah Nagatacho, Chiyoda. Ada banyak cara untuk ke kuil
ini dan ternyata yang paling dekat yaitu pakai Line Chiyoda dan turun di
Akasaka (3 menit jalan kaki). Tapi lagi-lagi saya salah memilih rute, saya
malah naik Ginza Line dan turun di Akasaka-Mitsuke
(8 menit jalan kaki). Tapi karena berada dipinggir jalan jadi tidak terlalu
susah menemukannya. Gerbangnya yang berwarna hitam tepat berada di pinggir
jalan dan hanya perlu menaiki beberapa anak tangga saja kita sudah bisa melihat
jejeran torii dengan warna orange mencolok mata. Tujuan saya kesini memang
hanya ingin mengambil gambar torii ini jadi saya banyak menghabiskan waktu
disini. Agak susah mengambil foto yang bagus karena saya hanya modal tripod
mini dan sangat jarang orang yang lewat
mungkin karena ini gerbang bagian belakang.
Selesai mengambil
gambar saya menaiki anak tangga satu per satu. Benar-benar amazed dengan bentuk
torii ini. Oh iya konon katanya kalo melewati torii kita harus berjalan di
bagian pinggir karena ada kepercayaan bahwa bagian tengah merupakan jalan yang
dilewati oleh Dewa. Tapi waktu itu saya tidak tahu jadi dengan pedenya saya
jalan di tengah-tengah torii sambil mengambil video. Sesampai di atas saya
disambut dengan gerbang yang lebih besar dengan hiasan bendera merah dengan
tulisan kanji berwarna putih di kiri kanan. Seperti pada umumnya dikuil ini
juga terdapat tempat untuk menggantung doa-doa tepat disebelah kiri dari kuil
utama. Masuk di halaman utama ternyata lumayan ramai. Entah ada kegiatan apa
karena beberapa orang berkumpul disini dan melakukan beberapa ritual. Tidak
banyak yang bisa saya lakukan disini karena bangunan utamanya pun sedang
direnovasi. Jadi saya langsung keluar melewati gerbang depan dengan gerbang
berwarna putih. Kalo teman-teman kesini mungkin bisa mencoba gerbang samping
yang katanya selain menggunakan tangga manual juga ada eskalator. Jarang-jarang
kan liat kuil pake eskalator hehehe.
Hie Jinja dari depan |
Aula utama Hie Jinja yang direnovasi |
Gerbang depan Hie Jinja |
Yanaka
Selesai dari Hie
Jinja saya sudah tidak tahu mau kemana lagi sambil jalan mencari stasiun subway
saya mikir keras mau kemana lagi, tapi tetap clueless. Sesampai di stasiun memanfaatkan wifi gratis saya mulai
googling tempat wajib dikunjungi yang belum saya datangi di Tokyo. Setelah klik
sana sini saya memutuskan untuk menuju ke Yanaka karena penasaran ingin tahu
versi tradisional Tokyo seperti apa. Menurut beberapa web di google Yanaka ini
merupakan satu-satunya kawasan distrik kuno di Tokyo dan merupakan tempat yang
wajib didatangi. Disini kita bisa melihat kehidupan masyarakat Jepang secara
natural.
Keluar dari stasiun
Nippori karena gak bisa pake GPS di HP jadi pakai GPS manual (Gunakan Penduduk
Setempat). Seperti yang sebelum-sebelumnya saya ceritakan orang Jepang itu
sangat helpful jadi jangan sungkan untuk bertanya daripada tersesat dijalan.
Saat itu saya melihat seorang bapak dengan pakaian rapi ala-ala pekerja
kantoran sedang berdiri di depan pintu keluar stasiun. Beliau tampak sibuk
dengan hapenya tapi karena tidak punya pilihan lain saya bertanya juga. Meskipun
sibuk tapi saat mendengar saya bertanya dia langsung menghentikan kegiatannya
dan keluar bersama saya ke jalan raya. Sambil menjelaskan cara ke Yanaka yang
dia juga gak yakin apa itu benar. Karena sungkan mengganggu waktu sibuknya saya
menganggung dan say “ohh” seakan-akan saya sudah mengerti padahal tetap blank,
demi menghargai usaha beliau untuk menolong saya. Bapak itu bahkan sempat say
sorry karena Inggrisnya sangat buruk jadi tidak bisa jelasin secara gamblang.
Tapi tetap saja saya sangat berterima kasih setidaknya keluar dari stasiun saya
tau harus kearah mana.
Singkat cerita pada
akhirnya saya nyasar lagi dan harus bertanya berkali-kali untuk bisa sampai di
daerah Yanaka yang sebenarnya. Tapi tak masalah nyasar adalah bagian dari
perjalanan untuk tahu lebih banyak. Karena nyasar ini saya ketemu
bangunan-bangunan jaman dahulu jepang yang kayak di doraemon. Kebanyakan
rumah-rumah dengan dua lantai dengan design minimalis. Didaerah ini sangat sepi
dan jauh dari hiruk-pikuk metropolitan Tokyo. Melewati rumah-rumah penduduk
disana membuat saya bisa merasakan gimana kehidupan sehari-hari mereka. Agak
susah untuk menggambarkan nikmatnya melewati daerah ini, kayaknya kalian harus
kesana sendiri hahaa..
Camilan sepanjang jalan |
Camilan murah-meriah |
Yuyake Dandan |
Toko Kerajinan Tangan |
Roppongi Hills
Sebenarnya saya
ketempat ini hanya iseng aja pokoknya sudah menjejakkan kaki disini dan mengobati
rasa penasaran, jadi saya tidak sempat mengeksplore lebih banyak. Keluar dari
stasiun langsung menuju ke taman Roppongi dengan Patung laba-laba sebagai
iconnya. Nah pas keluar dari stasiun angin tiba-tiba bertiup begitu kencang
sampai orang-orang pada menyingkir ke dalam gedung. Gara-gara ini juga akhirnya
saya gak bisa berlama-lama disini dan langsung meninggalkan tempat ini. Jadi
gak sempat unutk lihat kolam dan area taman yang lain. Tapi buat teman-teman
yang mau kesini kalo pas musim Sakura katanya bagus banget karena ada banyak
pohon sakura disini jadi jangan sampai dilewatkan ya.
Nah kesimpulan dari
trip saya hari ini untuk bisa mengelilingi 5 spot terkenal diatas ternyata tak
perlu mengeluarkan banyak duit transportasi kalo sudah beli Subway Tiket. Seandainya
saya memilih tempat yang dekat subway maka sepanjang hari itu saya gratis
transportasi. Tapi beda cerita kalo teman-teman beli JR Pass sudah pasti lebih
baik nyari penginapan yang dekat denagn stasiun JR. Hehehe so buat teman-teman
yang akan kesana mungkin bisa jadi masukan ya.
Pengeluaran H-5
|
Jumlah
|
JR Ueno
|
160
|
Dumpling
|
250
|
Snack
|
100
|
JR Ueno
|
160
|
Food
|
498
|
Total
|
1168 (Rp. 135.488)
|