Puas bermain speedboat di TelagaSarangan, kami lalu melanjutkan perjalanan ke objek wisata lain. Kali ini
tujuan kami adalah air terjun Tirtosari yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Telaga
Sarangan hanya sekitar 2-3 km. Setelah melewati pasar yang rame disekitar
Telaga, kami lalu menyusuri jalan menurun yang masih terbuat dari makadam.
Sesampai di rumah warga yang juga dijadikan sebagai tempat parkir kendaraan,
kita masih perlu berjalan ±1 km jauhnya. Lumayan juga sih, tapi tenang aja
sepanjang perjalanan mata kita akan disuguhi pemandangan yang benar-benar indah.
Di kiri-kanan sepanjang jalan tampak
hijau segar dengan pepohonan yang menyatu dengan perkebunan warga. Sesekali
tampak ibu dan bapak tani yang sedang merawat tanaman mereka. Meskipun matahari
sudah lumayan tinggi, namun dikejauhan tampak perbukitan menjulang tinggi yang
masih tertutup dengan awan dan kabut. Mungkin karena air terjun ini terletak di
lereng gunung Lawu, tak heran jika tetap terasa dingin dan udara begitu sejuk.
Semakin
dekat dengan lokasi air terjun, jalanan semakin licin karenanya perlu berhati-hati
saat melangkahkan kaki. Bahkan sempat ada pengunjung harus menahan malu karena
terpeleset. Belum juga sampai di air terjun, gerimis udah mulai turun. Kami
semakin mempercepat langkah kaki menuju ke atas agar tak kehujanan. Tapi
sebelumnya kami mampir di warung warga yang juga menyewakan toilet untuk ganti
baju atau mandi. Setelah mengganti pakaian kami lalu bergegas naik ke atas
dimana lokasi air terjun Tirtosari berada.
Untuk bisa sampai di air terjunnya,
kita harus menapaki anak tangga yang terbuat dari beton. Saat kami tiba tampak
sudah ada banyak pengunjugn yang lebih dulu sampai. Air terjun Tirtosari yang
tingginya sekitar 50 km mengeluarkan gemuruh air yang keras disertai angin yang
berhembus kencang saat menghujam tanah. Kudu hati-hati sih kalo bermain
ditempat ini karena sangat licin.
Melihat teman-teman yang sudah dahulu
menceburkan diri di bawah air terjun, saya pun ikutan tergoda untuk merasakan
sensai shower alami ini. Upssss seketika badan terasa kaku. Brrrrrrr ternyata
dingiinn banget… Serasa disirami dengan berliter-liter air kulkas. Woohooo gak
tahan berlama-lama dibawah air terjun saya segera keluar. Kelamaan dibawah sana
bisa stroke tiba-tiba. Btw menurut kepercayaan warga setempat kalo membasuh
muka dengan air terjun ini akan membuat awet muda. Hmmm kita liat aja ya nanti
hahaha. Tapi gak pake ginian saya udah awet muda kok, sampe kadang-kadang
dikira anak SMA upsss!!
Kami gak bisa
berlama-lama di tempat ini karena awan semakin gelap dan hujan mulai semakin
deras. Setelah mengganti pakain, kami bergegas berjalan kembali menuju
parkiran. Sesampainya di parkiran cahya mentari menampakan wajahnyanya lagi,
ahh untunglah gak ujan. Kami lalu
mengambil motor dan kembali menyusuri jalan menuju ke Sarangan, tapi baru
beberapa meter terlewati hujan mulai turun lagi, mulai gerimis dan tiba-tiba
semakin deras saja. Gak ada pilihan lain selain mampir berteduh di
warung-warung sepanjang perjalanan. Dari warung ini tampak kejauhan dibawah
sana Danau Sarangan yang juga sedang diguyur hujan. Sambil menunggu hujan reda,
kami memesan pisang goreng yang entah mengapa rasanya begitu nikmat. Sebenarnya
kami berencana untuk meneruskan perjalanan ke Air Terjun Jumog yang juga
terkenal, tapi karena cuaca tidak memungkian akhirnya kami memilih untuk pulang
saja. Yah memang begitulah kota ini, cuaca tak pernah bisa di prediksi.
Matahari bisa bersinar begitu terik, tapi dalam sekejap bisa hujan. So, kalo
kesini berharaplah keberuntungan biar cuacanya bersahabat.