Setelah
menyeleksi berbagai tawaran trip (ceilehh… berasa orang penting aja, tapi ini
serius selalu ada banyak tawaran trip) akhirnya Evi dan saya memilih ikut trip
ke Malang bersama teman-teman dari “B’WON” alias Bikers Wonoayu. Gak kenal
mereka sih, tapi bukankah tak kenal merupakan kesempatan untuk nambah teman
bukan? Jadilah sabtu malam setelah jemput Riyu di rumah, dan setelah ngalamin
beberapa insiden kecil dijalan, akhirnya kami (Riyu, Evi, Mey dan saya ) sampai
juga di meeting point Wonoayu.
Jam 11 perjalanan panjang dimulai. Perjuangan melawan ngantuk juga dimulai. Merlin sih asli Ratu Tidur, tapi berhubung udah janji gak boleh nyusain orang dijalan, so kudu nguat-nguatin mata biar gak ketutup. Lagian saya gak kenal yang bonceng, jadi sungkan juga kalo harus tidur. Setelah menempuh 4 jaman perjalanan akhirnya tiba juga di sebuah rumah teman di Malang Selatan. Ahh.. Thank God ini serasa Surga Dunia bagi mata yang lelah. Tanpa ba-bi-bu kami berempat langsung tidur.
Baru mau masuk di alam mimpi, ada suara yang manggil-manggil, ahh ternyata Riyu yang lagi semangat 45 bangunin saya. Demi melihat sunrise rencananya pagi-pagi buta mau ke Pantai, tapi ujung-ujungnya batal juga karena teman yang lain masih tepar. Akhirnya baru start dari tempat penginapan sekitar jam setengah 6. Berhubung daerah sini masih termasuk perbukitan dan kiri kanan dipenuhi dengan pepohonan hijau, walhasil udara dan anginnya yang segar cukup membuat badan menggigil kedinginan.
Perbukitan di sepanjang jalan |
Setelah menempuh perjalan kurang lebih setengah jam akhirnya kami tiba juga di Watu Leter. Pantai ini tepatnya berada di dusun Rowotrate, desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Rumit ya? Haha daripada susah-susah langsung saja nyari jalan menuju ke Pantai Goa Cina yang sudah terkenal. Sebenarnya pantai Watu Leter ini juga bisa di tempuh dengan jalan kaki dari Pantai Goa Cina tapi harus melewati belakang bukit karang yang menjadi pembatas kedua pantai tersebut.
Oh iya saat belok kearah Watu Leter, kudu ngelewatin perkebunan warga dan jalan yang berbatu-batu jadi harus hati-hati bawa kendaraannya terutama roda dua (gak tau sih roda empat bisa masuk apa nggak). Beberapa teman bahkan harus mendorong motor saat melewati beberapa tanjakan tajam berupa gundukan tanah. Memang pantai ini terbilang baru dan masih dalam proses pengembangan sehingga fasilitias-fasilitasnya belum memadai. Termasuk toilet dan warung tidak akan kalian temui disini.
Saat kami tiba, masih tampak sepi hanya ada 3 bapak penjaga parkiran dan loket pembayaran. Untuk masuk ke tempat ini cukup membayar tiket 5 ribu rupiah. Sambil menunggu teman yang lain saya mengambil beberapa gambar sunrise yang mulai menghilang. Tempat ini benar-benar masih tampak asri dan tenang, jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Masih terdapat banyak pepohonan dan areanya yang luas cocok untuk dijadikan sebagai tempat camping.
Pantai Watu Leter ini masih sepi pengunjung tak heran jika masih begitu alami dan bersih, tidak ada sampah yang berceceran. Airnya begitu jernih dengan pasir putih yang halus. Mata bisa langsung memandang Samudera Hindia karena hanya ada sedikit batu karang. Di tengah-tengah pantai tampak batu karang yang tidak terlalu besar sehingga tampak timbul tenggelam disapu oleh ombak yang cukup besar.
Karena
ombaknya yang besar juga, maka pengunjung dilarang untuk berenang. Tapi kalo ke
pantai gak basah-basahan rasanya ada yang kurang ya. Tenang aja, jika hanya
ingin main air bisa memilih menuju ke sisi kiri dari pantai ini. Disana
terdapat bagian pantai yang di penuhi dengan karang sehingga sedikit bisa
menahan hempasan ombak. Di tempat inilah beberapa pengunjung termasuk saya
bermain air sesaat tapi dengan syarat tak boleh lebih dari 15 meter.
Setelah puas bermain dan menjelajahi pantai ini, kami melanjutkan perjalanan menuju ke pantai Batu Bengkung. Pantai Batu Bengkung ini gak kalah menggoda dengan watu leter. Penasaran? Baca artikel selanjuntya yaa… Merlin pamit tidur, sudah terlalu lama sendiri, eh terlalu lama begadang ;)
QUOTE:
Hidup
bukan tentang apa yang harus kamu punya untuk bahagia, tapi bagaimana kamu
bahagia dengan apa yang kamu punya.
So,
berbahagialah karena hidup ini terlalu singkat untuk kamu habiskan dalam
kesedihan dan kesendirian