|
Bukit Merese |
Dari Pantai
Kuta, hanya butuh kurang lebih 20 menitan untuk sampai di lokasi Bukit Merese dan Tanjung Aan yang jadi satu. Memang jalan yang dilewati rada kecil dan tak semulus aspal di Kuta. Perlu hati-hati
dan mengurangi kecepatan melewati jalan ini karena ada banyak lubang
disana-sini. Selain itu rumah penduduk juga sangat jarang dan kebanyakan
seperti hutan-hutan. Itu kenapa Bapak menyarankan kami untuk keluar dari tempat
ini sebelum matahari terbenam.
Setelah membayar
parkiran 5ribu rupiah, kami lalu memarkiran motor sesuka hati kami karena
memang belum ada parkiran yang disediakan. Dari parkiran kami langsung menuju
ke Bukit Merese mengikuti papan penunjuk arah yang sudah ada. Panasnya matahari
tak menyulutkan semangat kami menapaki satu per satu jalan menanjak menuju
Bukit Merese. Meskipun tersengal-sengal dan keringat mulai mengucur tapi kami
tetap melangkah dengan semangat karena tak sabar ingin melihat pemandangan dari
atas sana.
|
Hijaunya Bukit Merese |
|
Tanjung Aan dari atas Bukti Merese |
Sesampainya di
atas bukit, “wohooo, keren…!!!” kata itu yang pertama kali terucapkan.
Pemandangan dari tempat ini bener-bener amazing. Gradasi air laut yang berwarna
hijau hingga biru gelap begitu mempesona. Jauh di bawah sana tampak birunya
laut dengan ombak ganas yang menghasilkan garis putih disepanjang bibir pantai.
Dari tempat ini juga bisa menikmati keindahan Tanjung Aan secara maksimal dari
ujung ke ujung.
|
Bukit Merese |
|
View Bukit Merese |
Sekeliling kami tampak bukit-bukit yang hijau
dengan rerumputan, kalo mau tau rasanya gimanacoba bayangin bukit teletubbies
seperti itulah penampakan di sekeliling kami. Tapi disini gak ada teletubbies,
yang ada sekumpulan kerbau yang dilepas begitu saja oleh gembalanya untuk
mencari makan. Di leher mereka ada semacam gantungan kayu besar yang akan
mengeluarkan bunyi ketika leher kerbau ini bergoyang. Mungkin ini dipasang
supaya lebih mudah mencari kerbaunya nanti. Selain kerbau, jika beruntung
pengunjung juga bisa bertemu dengan sekumpulan monyet.
|
Spot terjauh yang bisa kami jangkau |
|
Serasa pulau sendiri |
Bukit Merese ini
cukup luas, seandainya tidak dikejar waktu ingin rasanya menjelajahi sampe ke
ujung-ujungnya. Ingin tinggal lebih lama untuk menikmati sunset yang konon
sangat memikat mata. Tapi nasihat Bapak selalu terngiang-ngiang, membuat
keinginan itu dihempaskan jauh-jauh ke lautan sana. Gak papa gak bisa liat
sunset, memandang keindahan tempat ini disiang hari sudah lebih dari cukup
untuk membuat kami bersyukur bisa menikmati sebuah kepingan surga.
|
Mancing ikan boleh, asal bukan mancing hati |
|
Do you feel it??? |
Sambil
berlari-lari kecil kami menuruni bukit Merese kembali menuju ke Tanjung Aan. Kalau
Pantai Kuta sepi, ternyata Tanjung Aan ini lebih sepi lagi. Lebih seperti
privat beach, dan yang tampak hanya bule-bule yang sedang berjemur dan beberapa
penduduk yang memancing di laut. Mungkin karena masih dalam rangka puasaan jadi
tak banyak yang mengunjungi tempat ini. Bisa juga karena ditempat ini fasilitasnya
masih minim sehingga tidak jadi tujuan utama dari wisatawan. Belum ada
penginapan disekitar pantai ini dan toiletnya juga masih sangat minim alias ala
kadarnya.
|
Tanjung Aan |
|
Tanjung Aan |
Tapi menurut
saya kalo sudah di Lombok dan gak ke tempat ini akan rugi. Selain tenang, pantai
ini juga menyajikan pemandangan yang alami
menjadikannya memiliki daya tarik sendiri. Pasirnya berbeda dari pasir
pada umumnya karena berbentuk seperti biji merica bulet-bulet kecil. Tak tampak
ombak yang menggulung ditempat ini, mungkin karena kiri kanannya dilindungi
oleh bukit-bukit yang kokoh. Airnya tampak tenang berwarna biru seperti di
kolam renang. Kalo ketempat ini sebaiknya sediakan waktu untuk basah-basahan
ya… It’s worth it. Kapan lagi bisa berenang di lautan tapi rasa kolam renang.
Petualangan bersama sahabat selalu menyenangkan karena saat itulah kebersamaan kita dikeluarkan secara maksimal...!!!
0 comments:
Post a Comment