Oke bolang
cantik hari pertama dimulai. Kok bolang cantik? Bukannya kepedean tapi karena
emang kita cantik semua gak ada yang ganteng alias tripnya para gadis aja.Ada
yang bilang kita nekat, hmm mungkin karena udah lumayan lama di Surabaya
jadinya kita ikutan jadi “Bonek” alias bondo nekat. Berbekal 2 buah motor hasil
sewaan dari Mamak (70ribu per hari) kami lalu menuju kearah Lombok Tengah. Hasil
diskusi dengan Bapak kemarin kami akan eksplore bagian tengah ada beberapa
tempat tapi pada akhirnya kami hanya bisa menjelajahi 5 tempat: Desa Sade,
Kuta, Bukit Marese, Tanjung Aan dan Mawun beach.
Berangkatnya pagi-pagi karena kudu pulang sebelum matahari terbenam. Secara kami berempat perempuan dan katanya daerah sini sedikit agak rawan karena biasanya ada yang minum-minum.
Berangkatnya pagi-pagi karena kudu pulang sebelum matahari terbenam. Secara kami berempat perempuan dan katanya daerah sini sedikit agak rawan karena biasanya ada yang minum-minum.
Jam 7 pagi kami
sudah di jalan, setelah mengisi bensin sampai full dan mengisi perut dengan
sepotong roti dari mini market (karena masih puasaan) kami lalu memacu motor
kami menuju Lombok Tengah. Normalnya hanya butuh 2 jam-an, berhubung kami buta
arah sama sekali jadi bolak-balik berhenti untuk menanyakan arah. Tapi yang
menyenangkan adalah karena jalanan yang dilalui diaspal dengan mulus, jadi meskipun
jauh tak terasa lelah.
Dusun Ende |
Tujuan pertama
kami sebenarnya Pantai Kuta tapi karena ternyata di perjalanan kami melewati
Desa Sade jadilah kami mampir disini. Dusun Ende ini merupakan tempat tinggal
suku Sasak, terletak di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut. Memang letaknya tidak
jauh dari jalan raya tapi ketika menginjakkan kaki ditempat ini serasa kembali
ke jaman-jaman dulu. Karena keaslian perkampungan adat ini masih terjaga.
Rumah-rumahnya masih mempertahankan bentuk tradisional seperti aslinya dengan atap
jerami dan dindingnya dari anyaman bambu dan beralaskan tanah langsung.
Atap Ijuk |
Rumah Suku Sasak |
Pendopo |
Berhubung
penduduknya kebanyakan menganut agama Islam, saat kami datang tampak sangat
sepi. Hanya ada seorang nenek yang sedang menggoreng jajanan traditional dan
seorang ibu muda yang sedang mengasuh bayinya. Saat kami mengobrol ternyata
biasanya tidak sesepi ini, tapi karena masih dalam rangka puasa maka orang-orang
yang biasanya menenun beristirahat. Karena tak ada yang bisa kami lakukan di
tempat ini, so setelah ngobrol singkat dengan ibu tadi kami lalu berpamitan.
Anyway sebenarnya
desa yang ingin kami tuju yaitu Desa Sade tapi ternyata kami nyasar di Dusun
Ende. Nah Desa Sade yang sebenarnya itu terletak di Desa Rembitan, Kecamatan
Pujut, Lombok Tengah, agak di depan sedikit dari tempat yang kami datangi ini.
Kalo di tempat ini lebih modern dan ada banyak pernak-pernik yang bisa dibeli
sebagai souvenir kalo mau. Memang Desa Sade ini jauh lebih tersohor dan lebih
ramai dengan para turis-turis. So
tinggal pilih aja mau ke desa yang lebih tenang dan traditional maka
berhentilah di Dusun Ende, tapi kalau mau yang lebih ramai dengan beragam
jualan mampirlah di Desa Sade.
Dari DusunEnde
kami lalu memacu motor menuju ke Pantai Kuta. Pantai Kuta?? Eiitss nanti dulu,
meskipun memiliki kesamaan nama sama Kuta Bali, jangan salah tempat ini jauh
lebih tenang dan damai. Untuk masuk ketempat ini cukup membayar parkiran 5rebu
per motornya. Saat kami datang masih belum banyak pengunjung, mungkin karena
masih terlalu pagi. Air lautnya juga masih biru dan alami beda jauh sama Kuta
Bali. Pasir putihnya terasa begitu halus ditelapak kaki.Di kiri dan kanannya
dipagari dengan deretan bukit-bukit yang berdiri kokoh menambah eksotiknya
pantai ini.
Di pantai ini
ada banyak hal yang bisa dilakukan selain bermain air dan berenang. Pengunjung
bisa menikmati sejumlah wahana air seperti banana boat dan jetsky. Katanya sih
tempat ini juga biasanya digunakan untuk mengadakan festifal nyale yang
merupakan salah satu upacara dari suku Sasak. Sayang pas kami kesana waktunya
tidak bertepatan dengan festival tersebut.
Selain pantainya
yang menawan, ada hal lain yang menarik perhatian saya. Pedagang souvenirnya
yang ngototnya ngalah-ngalahin agen asuransi. Kalo gak niat beli mending gak
usah sok ramah deh ngajakin mereka ngobrol. Karena satu kata saja yang keluar dari
mulut kita akan dibalas dengan ribuan rayuan untuk membeli dagangan mereka. Mereka
bakalan nempel kayak perangko kemana saja kita pergi sampai kita mau merogoh
kocek untuk membeli dagangan mereka.
Meskipun masih
cukup sepi, tapi fasilitas di sekitar tempat ini sudah lumayan lengkap. Selain
gazebo-gasebo buat duduk, disini juga sudah disediakan toilet untuk mandi dan
ganti baju bagi pengunjung. Di sekitar pantai ini juga terdapat banyak
penginapan baik berupa hotel maupun homestay. Jika kelaparan, tenang saja di
pinggir jalan ada banyak warung-warung makan, tapi mungkin dengan harga yang
sedikit lebih mahal. Puas bermain air dan menjelajahi tempat ini kami lalu
berganti pakaian dan melanjutkan perjalanan ke Tanjung Aan yang jaraknya tidak
terlalu jauh dari Pantai Kuta.
Pantai Kuta |
Gasebo |
Kami perempuan dan selamanya akan tetap menjadi
perempuan. Tetapi ketika dunia menuntut kami untuk menjadi lebih tangguh, maka
kami harus siap dan mampu. Alam mengajari kami banyak hal. Keheningan,
keceriaan, kesenangan, keberanian dan ketangguhan itu sendiri.
0 comments:
Post a Comment