Selepas dari
Tanjung Aan kami sempat bingung apakah langsung pulang atau mampir untuk
melihat pantai Mawun yang lokasinya juga masih sekitar Lombok Tengah. Tapi
berhubung hari masih siang, so akhirnya kami sepakat untuk mampir ke pantai
Mawun. Kalo dari bandara mau ke pantai Kuta kita belok kiri maka ke pantai
Mawun ini kita belok kanan. Tak disangka ternyata letak pantai ini lumayan jauh
juga dan jalan yang gak semulus jalan ke Kuta Lombok.
Aspal kasar
dengan lubang yang menganga hampir separuh dari jalanan banyak kami temui.
Belum lagi jalan menanjak yang berkelok-kelok rada menyiutkan nyali. Tapi
dibalik jalan yang menanjak curam, kemudian turunan yang sama curamnya mata
kita akan disuguhkan dengan hamparan pantai berwarna biru yang sangat indah
dibawah sana. Memang tidak ada perjuangan yang sia-sia. Gak rugi pokoknya ke
tempat ini.
Pantai Mawun
yang berlokasi di Desa Tumpak, Kecamatan Pujuk ini bisa dikata hidden paradise.
Letaknya yang tersembunyi dan jalanan yang kurang bersahabat mungkin membuatnya
tidak menjadi tujuan utama dari wisatawan. Tak heran disepanjang jalan kami
hanya berpapasan dengan bule-bule yang mengendari motor bersama papan
surfingnya. Meskipun jauh, tapi kita tidak akan menyesali pilihan untuk datang
ke tempat ini. Panorama pantai yang menyatu dengan pegunungan di kiri dan
kanannyamenjadi pesona tersendiri dari pantai ini. Pantainya yang masih alami
membuat betah berlama-lama disini. Hampir sama dengan Tanjung Aan, pantai ini
juga memiliki air laut yang biru, dengan ombak yang tenang dan hamparan pasir
putih yang membentuk setengah lingkaran. Meskipun tenang,
tapi tetap perlu berhati-hati karena konon tarikan ombaknya sangat kuat jadi
tidak disarankan untuk berenang.
Sama seperti
pantai sebelumnya tidak terlalu banyak pengunjung. Yang tampak mendominasi
tempat ini adalah wisatawan mancanegara yang berjemur dan asik tiduran
dipantai. Wisatawan lokal hanya sedikit bahkan bisa dihitung dengan jari.
Tampak bocah-bocah berlari kesana kemari tertawa bahagia saat bermain air
ditempat ini.Beberapa pedagang tampak berjalan menghampiri pengunjung yang baru
datang untuk menawarkan (sedikit maksa) kaos dan souvenir khas Lombok. Fasilitas
ditempat ini juga masih sangat minim, hanya terdapat beberapa gazebo dan kursi
tidur yang bisa disewa oleh pengunjung. Sudah ada warung yang mungkin
menajajakan makanan dan minuman, jadi tak perlu takut kelaparan, meskipun
mungkin harganya kurang bersahabat di dompet.
Hari semakin
sore, dan matahari sudah tak seterik sebelumnya, kami pun memutuskan untuk
pulang. Sebenarnya berharapan untuk menikmati sunset di tempat ini sayangnya
belum bisa diwujudkan. Karena faktor keamanan jauh lebih penting. Mungkin lain
kali ada pria-pria tampan yang bisa menemani ke tempat ini sehingga tak perlu
takut jika pulang setelah menikmati sunset. Lol….
transport selama di Lombok pakai apa ya mbak kalau nginapnya di rumah singgah? kalau dulu saya pas backpacker di Banyuwangi kami sewa motor yang disewakan dari rumah singgah BWI. but, thanks for sharing, yay! really inspiring blog! hehe
ReplyDeleteHai Ensa salam kenal, thanks udah mampir ya.
DeleteWaktu itu kita sewa motor dr mamak juga di rumah singgah makanya enak bisa kemana aja.