EKSPLORE JOGJA: KALIBIRU

Spot Hot di Kali Biru

Berawal dari melihat foto tempat ini di FB teman, saya mulai bermimpi dan berharap suatu hari bisa ke tempat ini, dan akhirnya mimpi itu menjadi kenyataan hari ini.Itulah mengapa saya tak pernah berhenti bermimpi. Karena saya mengalami sendiri ada banyak hal dalam hidup hanya berawaldari mimpi, lalu entah bagaimana cara Tuhan merancangnya hingga hari ini menjadi kenyataan. So, jangan berhenti bermimpi kawan, karena mimpi itu akan membawamu menembus batas, dengan syarat tidak pernah berhenti sampai mimpi itu menjadi nyata.

Petunjuk di Kali Biru 

Back to topic, Kalibiru apa sih? Yang jelas bukan kali atau sungai yang berwarna biru ya kawan.Kalibiru adalah salah satu tempat wisata di Kulon Progo, daerah barat Yogyakarta. Dari alun-alun Jogja sekitar 1 jam perjalanan dan harus melewati jalan-jalan yang meliuk-liuk menanjak menuju bukit. Saran saya jika tak ingin berjalan kaki sampai di atas sebaiknya menggunakan motor, karena jika mengendarai mobil kemungkinan harus berhenti ditengah jalan dan berjalan kaki ke atas (kecuali kamu jago nyetir mobil ala pembalap-pembalap gitu).

Welcome To Kali Biru

Saya memilih berangkat pagi karena menghindari antrian panjang untuk naik ke atas spot foto yang sangat legendaris dan terkenal di seantero Indonesia. Saking terkenalnya sampai orang-orang belain antri berjam-jam demi duduk dipotongan kayu segi empat yang ada di atas pohon tersebut sekedar mengambil mengambil gambar. Tak salah spot ini legendaris karena memang pemandangan dari atas sana benar-benar amazing...

Udah bayar jadi dapat tiket

Sebelum masuk kawasan ini kami membayar retribusi 5ribu. Suasana masih sepi karena fasilitas outbound dan flying fox baru buka jam 9-an. Hanya terlihat beberapa anak muda yang sedang berkeliling sambil membawa tongsis. Kami pun memilih berkeliling sebentar untuk menikmati hijaunya pepohonan disekeliling Kalibiru. Di kiri kanan terdapat beberapa rumah kecil untuk homestay pengunjung yang ingin menginap.  Udara di tempat ini benar-benar segar dan terdengar siulan merdu dari burung-burung yang tak tampak oleh mata. Dikejauhan tampak buki-bukit yang masih tertutup awan dan disinari mentari pagi yang cerah. Di bagian barat tampak Waduk Sermo yang dikelilingi oleh rimbunnya pepohonan.Benar-benar pemandangan yang mempesona mata dan menyejukkan hati.

Waduk Sermo
Sekitar jam 9 akhirnya pengurus outbound datang, kami pun segera mengerumuninya bak semut mengerumuni gula. Thank God kami mendapat antrian ke-enam setelah membayar karcis sebesar 10ribu, jadi tak perlu menunggu terlalu lama. Untuk naik ke atas pohon tersebut tak perlu takut karena kita sudah disiapkan alat safety untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.Sambil menunggu giliran, kami bercerita dengan pengunjung lain juga sedang mengantri. Tiba-tiba lewatlah seorang mas-mas dengan sepedanya. Guess what? Yah, orang tersebut ingin berfoto dengan sepeda kesayangannya di atas pohon tersebut. Wuah, wuah benar-benar dibelani ya.

Yuhu akhirnya Merlin duduk di sini juga
Setelah menunggu sekitar 40 menitan akhirnya giliranku tiba. Sesampai di atas, saya langsung blank gak tau mau ngapain. Yah, saya benar-benar terpesona dengan keindahan pemandangan dari tempat ini. Saya sampai lupa kalau harus mengambil gambar, beruntung saya segera disadarkan dengan teriakan tukang foto yang menyuruh saya segera take action. Belum juga puas di atas sana, pengurus dari bawah sudah teriak memanggil pengunjung berikutnya. Wew… antri berpuluh-puluh menit di atas hanya 5 menit doank. Hahaha memang sesuatu yang indah butuh perjuangan sih, but it’s worth.

Merah Putih gak boleh ketinggalan
Setelah turun kebawah saya segera memilih foto yang akan saya ambil. Oh iya sebelum ke atas kita akan ditanyai ingin foto pake kamera sendiri atau mau di fotoin. Jika difotoin oleh pengurusnya, per foto (hanya soft copy) harus bayar 5rb. Untuk berjaga-jaga sebaiknya tetap memakai kamera pengurus disana, sayangkan kan kalau sudah antri lama namun tidak mendapatkan gambar yang sesuai keinginan. Selesai memilih gambar kami pun segera kembali ke parkiran mengambil motor sebelum pulang kerumah dan melanjutan petualangan lain.

Pesan sponsor: jika ingin ke tempat ini datanglah lebih pagi, supaya bisa mengambil gambar di spot legendaris tadi. Jika tidak dapat antrian, jangan kecewa karena di sana ada banyak tempat indah lain yang bisa dijadikan spot untuk menikmati Waduk Sermo dari ketinggian. Kalian juga bisa mencoba fasilitas outbound dan flying fox yang tak kalah menariknya. Menikmati alam boleh, tapi jangan lupa mencintainya dan menjaganya. Selamat piknik kawan.

“Jika kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan, maka kamu tidak akan mendapatkannya.
Jika kamu tidak bertanya, maka jawabannya adalah tidak.
Jika kamu tidak melangkah maju, maka kamu akan tetap berada di tempat yang sana”
(Nora Roberts)

EKSPLORE JOGJA: The House of Raminten


The house of raminten (sumber: google)
Belum juga istirahat, saya sudah diajak kuliner malam oleh Daniel dan kedua adiknya yang ternyata sama gokilnya. Dari percakapan mereka meskipun saya kurang paham karena basa Jowo-nya asing di telinga, but saya menangkap signal kekompakan dari selera humor mereka, bercanda layaknya seorang teman namun tetap saling menghormati layaknya adik kakak. Melihat mereka jadi kangen sama saudara-saudaraku yang jauh di sana.

Setelah muter-muter mencari tempat makan akhirnya kuliner malam itu diputuskan di tempat dengan judul “The House of Raminten”. Unik kan namanya, ya konon ini merupakan tempat makan wajib di Jogja. Saat masuk ke tempat ini dibagian depan kita di sambut dengan sebuah banner foto seperti wanita yang mengenakan kebaya dan sanggulnya, aroma dupa dan bunyi gamelan langsung tertangkap oleh indera. Btw sosok yang tampak seperti wanita itu sebenarnya adalah seorang pria pemilik tempat makan ini yaitu Hamzah Sulaeman, yang dulu pernah berdandan ala wanita Jawa demi sebuah peran sebagai sosok Raminten.

Semua bangunan terbuat dari kayu, ada 2 (maybe 3) lantai dan posisi duduknya harus lesehan. Karena lantai bawah penuh, kami menuju ke lantai dua dan ternyata di atas juga lumayan padat pengunjung, beruntung masih ada tempat yang kosong. Di beberapa sudut tampak para waiter mengenakan pakain bergaya jawa juga dengan kemben dan sarung batik yang apik menyatu dengan suasana tempat ini.
 
Waiter yang siap melayani anda (sumber: google)
Saat melihat menunya hampir semua masakan Jawa dan ternyata harganya sangat bersahabat di kantong. Gak nyangka tempat seunik ini layaknya restoran mahal bisa memberi harga murah layaknya warung angkringan. Sayangnya saat kami kesana hampir semua menu sudah habis (ya iyalah, ini sudah jam 12 malam broo…), yang tersisa hanyalah bakso dan mie goreng jawa itupun nunggunya harus pake “lama” saking banyaknya pengunjung.
 
Menu-menu dengan harga bersahabat (Sumber: google)
Selesai mengisi perut, kami pun langsung menuju rumah Daniel. Disana ibunya sudah menunggu kami, setelah berkenalan ala kadarnya kami pun disuruh beristirahat sebelum melanjutkan petualangan berikutnya. Yah hari ini, ketika mentari mulai menampakkan wajah, saya akan berpetualang ke tempat impianku dari dulu “Kalibiru”. Tempat ini jadi booming karena pemandangannya yang benar-benar apik. So, jangan berhenti di sini ya, baca kelanjutan kisah petualanganku di kota Pelajar ini. 

Pesan Sponsor:
What’s worth the most can not be exchanged for money

Semua gambar bersumber dari google, karena waktu itu tidak sempat motret.
(12 - 14 JUNI 2015)

EKSPLORE JOGJA :New Friends, New Adventure



Spot Mainstream di Jogja

Kali ini saya share pengalaman saya meninggalkan jejak di luar Jatim, yah di kota pelajar Yogyakarta. Honestly, gak pernah terpikirkan untuk bisa sampai mengeksplore tempat ini “seorang diri”. Semuanya bermula dari pertemuan saya dengan seorang teman baru call him Daniel,  disebuah trip (baca: Eksplore Gresik: bukit jamur dan bukti kapur). Mungkin bagi kebanyakan orang hanya kebetulan saya bertemu “beliau”, but saya orang yang paling percaya bahwa “gak ada yang kebetulan di dunia ini, semua sudah diatur sedemikian apik oleh Sang Pencipta”.

Selesai trip Gresik, kami janji ketemuan untuk tukar foto, dan disanalah tercetus ide untuk jalan-jalan ke Jogja. Yah, setelah ngobrol cukup panjang terkuaklah bahwa dia anak asli Jogja, dan seperti biasa saya selalu mengeluarkan kalimat ajaib saya “kapan-kapan ajak donk ke kotamu”. Dan ternyata kebenaran saat itu dia ada planning untuk pulkam karena bertepatan dengan acara Artjog dan sebuah pertunjukan seni di Padepokan Bagong. Jadilah saya ditawari untuk ikut ke kampungnya, tanpa pikir panjang saya meng-iyakan.



Eitss, jangan berpikir negatif dulu bro, saya bukan tipe orang yang asal aja menerima tawaran orang. “Tanpa pikir panjang” dalam kamus saya itu maksudnya sudah melewati masa observasi dan penilaian karakter orang yang saya hadapi. Thank God ada gunanya juga saya belajar Psikologi jadi bisa menilai sikit-sikit karakter orang secara cepat. I know, Daniel orang yang bisa dijadikan teman, dia friendly, ramahnya pake over dosisi dikit sih, apa adanya dan tak ada tampang penipu dari wajahnya.

Dari story singkat mengenai kehidupan dia saya tahu dia jujur dan dibesarkan dalam keluarga baik-baik so, gak mungkin berbuat jahat. Ditambah lagi dengan observasi dari sudut pandang psikolgi, saya tahuapa yang dia sampaikan secara verbal, didukung oleh non-verbalnya (halahh ini ngomong apa sih), ya intinya saat kita ngobrol saya mempelajari bahasa non-verbalnya melalu gerak-geriknya untuk tahu apa yang diceritakan adalah kebenaran atau kebohongan. Setelah yakin, dia gak bakal menculik saya, maka keluarlah kata “Iya” untuk eksplore Jogja.

Setelah excited karena bakalan ke Jogja, tiba-tiba berubah jadi gunda gulana karena ternyata kami harus berangkat Jumat malam. Yah, bermasalah di cuti lagi deh.Beruntung saya punya bos yang benar-benar pengertian dan baik hati, jadi saat ijin cuti sehari saya diperbolehkan dengan senang hati. Entah senang memberi cuti karena bosan lihat saya setiap hari di kantoratau memang karena iba melihat wajah memelas saya. What everlah, yang penting dapat cuti dan bisa get lost di kota orang.

H-2 sebelum keberangkatan, tiba-tiba pak bos gak masuk kantor karena sakit dan harus check-up ke dokter, dicurigai mengidap penyakit DB atau tipes. OMG, ini sepertinya bad news, kalo pak bos sampai gak bisa masuk, maka liburan yang sudah di planning jauh-jauh hari alamat bakalan batal.Mana sudah beli tiket Kereta Api pula. Beruntung semesta mendukung kali ini sehingga Pak Bos batal sakit dan bisa masuk keesokan harinya.

Jadilah pada hari H, jumat 12 juni 2015 sepulang kerja saya packing lalu berdua Daniel segera menuju ke Stasiun Gubeng. Setelah menunggu beberapa menit Kereta Api datang dan segera membawa kami meninggalkan kota Pahlawan menuju Kota Pelajar. Jam 12 lebih sedikit kami tiba di Stasiun Yogyakarta. Wew, tiba di tempat ini dalam hati hanya bisa bilang “Thank God, I am here”. Ya saya benar-benar ada di tempat ini sekarang dan siap untuk memulai petualangan.

Pesan Sponsor:
Every new friends is a new adventure, the start of more memories.

(12 - 14 JUNI 2015)

Eksplore Tuban – Part II : PANTAI REMEN

Pantai Remen

Dalam perjalanan menuju ke Pantai Remen, kami menyempatkan berfoto disebuah jejeran pepohonan hijau rimbun (pohon asem) yang kami lewati saat ke Air Terjun Bongok. Katanya temanku sih tempat ini seperti di film-film Korea, entah film yang mana. Hahaha  Sayangnya terlalu banyak kendaraan yang lewat sehingga kesempatan untuk mengambil gambar dengan baik cukup sulit. Pepohonan yang keren ini cukup mengobati rasa kecewa setelah dapat Zonk di Air Terjun Bongok.

Bersama teman-teman Jatim Backpacker



It's me, ala-ala kekinian

Setelah menempuh hampir 1 jam perjalanan, kami tiba di desa Remen, kecamatan Jenu tempat pantai Remen bersembunyi. Pertama kali melihat sekeliling, saya hanya bisa mengucapkan kata “WOOOOWWWW”… rada alay sih tapi saya benar-benar terpesona melihat keindahan pantai ini.  Pantai dengan pasir putih bersih menarik saya ingin berguling-guling diatasnya dengan air laut yang dihiasi oleh ombak yang cukup besar dan yang membuatnya berbeda dengan pantai yang lain yaitu pantai ini dibelah oleh sebuah danau yang lebih mirip telaga berwarna hijau. Di pinggir danau tersebut terdapat pohon cemara yang berwarna hijau cerah menambah keunikan pantai ini. Sementara ikan-ikan kecil dengan bebas berenang kesana-kemari.




Saya berbisik kepada teman saya, gak perlu jauh-jauh ke Bali atau Lombok untuk menikmati pantai eksotik, karena Jawa Timur juga punya pantai eksotik seperti ini. Kejernihan airnya membuat saya tak tahan untuk segera berbasahan-basahan.

Pantai Remen ini benar-benar terjaga kebersihannya. Tak tampak sampah yang bertebaran karena memang disana disediakan beberapa tempat sampah. Selain itu seminggu sekali ada petugas yang memang selalu membersihkan pantai ini dari sampah-sampah.




Di pinggir pantai tampak berjejer rapi warung-warung yang siap melayani perut yang lapar dan haus. Sayangnya kami tak bisa berlama-lama di tempat ini karena jam 5 sore pantai ini ditutup dari semua aktivitas. Beruntung kami masih sempat melihat sunset yang benar-benar berwarna bulat merah di sore hari itu. Sayang kamera saya tak cukup untuk menangkap eksotiknya semburat merah bercampur oren dari sunset tersebut.

Bonus Sunset


Bagi teman-teman yang ingin ke tempat ini, tidak perlu kuatir tersesat, bisa search koordinat GPS: 6.766045,111.968873. Untuk menuju ke tempat ini dari kota Tuban kita mengikuti jalan menuju Pantura ke arah Rembang atau Semarang, di koramil Jenu akan ada persimpangan belok ke kanan. Setelah ketemu perempatan masjid Al Mubarok kita belok kanan, mentok lalu belok kiri jalan hingga masuk desa Remen, dan sebelum SDN Jenu ada pertigaan belok kanan dan kita akan ketemu pantai Remen. Oke kawan, selamat menikmati ke eksotiknya pantai Remen ini, jangan lupa tetap jaga kebersihan.

(02 Juni 2015)

QUOTES:
Tak perlu kesempurnaan untuk bisa berbahagia.
Karena bahagia sesungguhnya adalah ketika kamu melihat apapun secara sempurna

Eksplore Tuban – Part I : Air Terjun Nglirip & Air Terjun Bongok

Air terjun Nglirip
Sebenarnya tanggal merah ini sudah saya planning jauh-jauh hari ke Malang bawa motor sendiri sekalian mengantar Indri jalan-jalan kesana. Namun beberapa teman tiba-tiba batal berangkat hingga akhirnya planning awal mau ke kebun teh dan selekta, akhirnya destinasi berubah menjadi Paralayang dan Omah Kayu. Namun lagi-lagi karena tidak ada kendaraan akhirnya batal juga. Beruntung sore hari saya melihat postingan di JB (jatim backpacker) ada yang ke Tuban, cepat-cepat saya kontak CP-nya berharap ada motor yang kosong karena motor yang ready hanya 1 sementara kami ada bertiga. Setelah sempat digantung karena ternyata motornya pas, akhirnya tengah malam saya dapat info ada tebengan yang kebetulan orangnya saya kenal karena teman ngetrip pas ke Madura.


Jam 5 pagi Indri dan saya otw mepo di KBS (Kebun Binatang Surabaya), tak lama kemudian teman-teman yang lain berdatangan lalu kami pun menuju Tuban jam 6 pas. Di perjalanan kami sempat terpisah dengan teman-teman yang lain karena mengambil jalan yang berbeda jadi kami menunggu mereka. I guess teman-teman trip saya kali ini jarang ke luar kota karena mereka mengendarai motor sangat pelan sampai-sampai Mas Wahid yang membonceng saya merasa ngantuk ditengah jalan. Perjalanan yang seharusnya hanya 2 jam jadi 3 jam-an. Setelah berhenti di POM bensin kami di datangi oleh Mas Priyo yang menjadi tour guide kami hari ini. Kami pun menuju ke alun-alun bergabung dengan teman dari Bojonegoro yang sudah menunggu kemudian kami segera menuju ke destinasi pertama yaitu Air Terjun Nglirip.


Dari alun-alun kota Tuban masih membutuhkan waktu sekitar 30-45 menitan untuk tiba di Nglirip. Jalan menuju Nglirip lumayan bagus karena sudah diaspal tapi perlu berhati-hati karena ada jalan menanjak dan berkelok-kelok.Setiba di dusun Jojogan, desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan saya baru tahu bahwa tempat tersebut bagian atasnya merupakan bendungan. Air terjunnya sekitar 30 meteran, dengan air yang mengalir deras bak salju berwarna putih dan di bagian bawahnya terdapat semacam danau berwarna hijau. Bisa dikata kami cukup beruntung bisa melihat pemandangan ini. Karena beberapa teman yang kesana saat musim hujan mendapati airnya berwarna coklat sehingga kurang elok, sebaliknya saat musim kemarau justru tidak ada air yang mengalir karena mengering.






Tapi bagi teman-teman yang datang kesini perlu tahu, boleh percaya atau tidak yang jelas ada mitos bahwa jika sepasang kekasih yang sedang kasmaran datang ke tempat ini, dijamin tidak sampai 40 hari hubungan mereka akan berakhir. Konon dibalik air terjun tersebut terdapat goa yang di jadikan tempat bertapa oleh seorang putri yang patah hati karena hubungannya dengan pria rakyat jelata tidak di restui oleh orang tuanya. Masyarakat disana percaya bahwa sang Putri akan marah jika ada pasangan yang berpacaran di sekitar goa air terjun Nglirip.

Bagi teman-teman yang ingin ke tempat ini, tidak perlu kuatir tersesat bisa search koordinat GPS: 6°58’6”S   111°47’38”E. Rute yang bisa ditempuh: Tuban – Montong – Singgahan atau Tuban – Kerek – Singgahan.

Dari Nglirip kami melanjutkan perjalanan menuju air terjun Bongok, dengan pertimbangan waktu kami sangat singkat dan jalan menuju Bongok searah dengan jalan pulang kami dibandingkan dengan air terjun lain yang berlawanan arah. Padahal rencana awal akan ke air terjun yang menghasilkan air panas dari belerang, namun tempatnya berlawanan arah.


Air Terjun Bongok
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam (harus melewati jalan yang cukup jelek karena tidak di aspal) kami tiba di air terjun Bongok jam setengah 2. Sayangnya saat kami kesana air terjunnya sedang surut jadi air yang mengalir hanya sedikit saja. Selain itu warna air juga kurang sedap dinikmati mata karena berwarna coklat sehingga memberikan kesan kotor. Air terjun Bongok ini tidak recomended bagi saya, sebaiknya cari objek lain jika teman-teman ke tuban, Akhirnya kami memilih beristirahat sejenak sambil mengamati beberapa anak yang meloncat dari ketinggian. Setengah jam waktu yang cukup akhirnya kami bersiap-siap pulang. 



Ketika sampai di parkiran kami melihat ada sebuah goa, namun tak sempat masuk ke dalam goa tersebut karena diburu waktu untuk segera ke pantai. Saat itu kami baru sadar bahwa helm salah satu teman kami ternyata hilang, setelah lapor ke penjaga parkir mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena memang saat itu cukup ramai. Beruntung saat itu saya bawa 2 helm sehingga saya bisa meminjakannya. Akhirnya kami pun beranjak meninggalkan tempat ini menuju ke Pantai Pasir Putih Remen.


 (02 Juni 2015)


QUOTES:
Konon bumi ini milik mereka yang mau berhenti sejenak untuk melihat-lihat lalu meneruskan perjalanan (Anonymus)

City Tour : Eksplore Surabaya - Tugu Pahlawan & Kenjeran

Salah Satu Icon Surabaya

Minggu ini saya kedatangan tamu terhormat yang merupakan teman dari jaman SMA dari Jakarta, call her : Indri. Jauh-jauh hari dia sudah info bakalan ke Surabaya dan meminta untuk diajak berkeliling, so tawaran-tawaran untuk ngetrip ke beberapa tempat saya tolak demi menjadi guide sehari. Setelah menjemput ke stasiun Gubeng jam 3 dini hari, kami beristirahat sejenak menunggu mentari terbit. Jam 9 pagi kami kemudian bersiap-siap menuju Tugu Pahlawan. Datang ke kota Surabaya dengan julukan Kota Pahlawan rasanya gak afdol kalo gak mendatangi Tugu Pahlawan ini.

Indri in action at Tugu Pahlawan
Tiba di Tugu Pahlawan ternyata sudah sepi, tak seramai biasanya karena masyarakat yang biasanya berolah raga di sana sudah pada bubar. Akhirnya saya mengajak Indri menuju ke Museum, karena saya sendiri walaupun sudah 7 tahun di Surabaya dan berkali-kali datang ke Tugu Pahlawan namun tidak pernah masuk ke tempat ini. Padahal cukup membayar 5ribu perak anda bisa mengelilingi museum ini. 

Meeting time
Peralatan Medis Jaman Bahula

Lukisan 3D
Di pintu masuk ada tangga yang di sampingnya terdapat semacam lukisan timbul dengan gambar semacam jembatan dan puluhan tentara yang sedang berperang. I guess sepertinya ini Jembatan Merah Plaza. Masuk lebih dalam bangunan ini berbentuk lingkaran dengan bagian tengah dihiasi oleh gambar beberapa patung pahlawan. Di sekelilingnya terdapat benda-benda dari zaman dahulu seperti mata uang, peralatan medis, figura gambar kejadian-kejadian bersejarah dan patung sekumpulan orang dalam keadaan yang serius, sepertinya sedang meeting. Selesai mengelilingi lantai bawah kami menuju lantai 2 yang berisi lukisan-lukisan kisah bersejarah berbentuk 3 dimensi. 

Barang-Barang Bersejarah
Ini apa? 
Puas mengelilingi Museum kami pun ke luar lalu menuju ke Pasar Pagi untuk mengisi perut. Ya, di sepanjang jalan sekeliling Tugu Pahlawan terdapat orang berjualan berbagai macam barang dan makanan. Setelah mengisi perut kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke Pantai Kenjeran atau yang biasa disebut Ken Park. Sebenarnya saya tidak tahu jalan menuju Kenjeran, beruntung disepanjang perjalanan terdapat penunjuk arah hingga akhirnya saya tiba disana.

Setelah membayar retribusi 10ribu kami pun menuju ke pantai. Karena kepanasan kami memilih duduk disebuah ayunan, berteduh di bawah pepohonan yang rimbun sambil sharing berbagai hal. Setelah sekian lama tak bertemu ada banyak kisah yang bisa diceritakan hingga tak terasa hampir 1 jam kami ada disana. Mengingat masih banyak destinasi yang ingin kami datangi kami segera melangkah menuju ke tempel yang masih berada di area Kenjeran. 

Pagoda Tian Tiyang
Tempel pertama yang kami datangi adalah Pagoda Tian Tiyang merupakan tiruan dari The Heaven di Beijing. Bangunan dengan tinggi 58 meter dan diameter 60 meter ini di dominasi oleh warna cerah ceperti hijau, merah biru dan kuning sayangnya sudah tak terawat. Bahkan saat mengelilingi bangunan ini kami melihat ada kotoran kuda berserakan di lantai-lantai. Sungguh miris melihatnya, sebuah bangunan seni dijadikan sebagai “toilet” hewan. Herannya kenapa harus membawa kuda  naik ke tempat tinggi untuk sekedar buang kotoran, padahal di sekeliling tempat itu ada banyak padang kosong yang bisa dijadikan “toilet”. Selain itu di sana-sini juga terdapat corat-coretan dari tangan jail yang benar-benar merusak pemandangan. 


Patung Buddha
Tak ingin berlama-lama di tempat ini kami langsung menuju ke Klenteng Sanggar Agung. Ini merupakan tempat beribadah penganut Tri Dharma yaitu Tao, Kong Hu Cu dan Buddha. Di sebelah kiri dari jalan terdapat sebuah patung Buddha empat wajah dengan ukuran yang sangat besar yang di kelilingi oleh patung gajah putih besar berwarna putih. Saat kami kesana tidak terlalu ramai, tapi jika tahun baru imlek akan ada banyak orang di tempat ini yang datang untuk berdoa sambil membawa dupa. 

Selesai mengambil gambar di sisi sebelah kiri, kami melanjutkan ke seberang sisi kanan jalan. Setelah memasuki gerbang kami melewati sebuah taman, dan masuk ke bagian utama dari bangunan ini. Di tempat ini  cukup gelap dan hanya diterangi oleh cahya dari lilin-lilin berwarna merah yang besarnya sebesar paha orang dewasa. Lilin ini biasanya digunakan untuk membakar dupa yang dipakai untuk sembahyang. Aroma dupa benar-benar kuat di tempat ini. Di beberapa sudut terdapat patung dewa-dewa dan tampak beberapa orang yang sedang sembahyang sambil membawa dupa.

Patung Dewi Kwan Im
Jika terus masuk kedalam kita akan menemukan halaman belakang disanalah berdiri dengan megah patung Dewi Kwan Im di ketinggian sekitar 20 meter dengan background pantai Kenjeran. Di bagian bawah dari patung ini terdapat 2 buah naga yang saling berhadapan dengan mulut terbuka. Benar-benar karya seni yang mengagumkan. Beruntung tempat ini masih cukup terawat dan lumayan bersih sehigga keindahannya bisa dinikmati dengan lebih santai.

Saat itu matahari sangat terik sehingga saya bersama Indi memilih untuk berteduh di bawah patung Dewi Kwan Im, menikmati hembusan angin pantai Kenjeran sambil mengamati air laut yang perlahan surut karena panasnya matahari. Sayangnya warna air pantai ini berwarna coklat jadi kurang begitu sedap dipandang mata. Setelah lelah lenyap, kami pun meninggalkan Klenteng ini dan pulang menuju ke rumah kos untuk beristirahat.

Pantai Kenjeran
(Entahlah apa ini masih layak disebut Pantai)


Pesan sponsor: meskipun tempat ini sudah kotor, sebisa mungkin jangan tambahi dengan membuang sampah sembarang tempat ya kawan. Ingat selalu untuk menjaga tempat kemana saja kita pergi. Salam piknik 

(31 Mei 2015) 
Powered by Blogger.

Search This Blog

Blog Archive

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

footer logo