Air terjun Nglirip |
Sebenarnya
tanggal merah ini sudah saya planning jauh-jauh hari ke Malang bawa motor
sendiri sekalian mengantar Indri jalan-jalan kesana. Namun beberapa teman
tiba-tiba batal berangkat hingga akhirnya planning awal mau ke kebun teh dan
selekta, akhirnya destinasi berubah
menjadi Paralayang dan Omah Kayu. Namun lagi-lagi karena tidak ada kendaraan akhirnya
batal juga. Beruntung sore hari saya melihat postingan di JB (jatim backpacker) ada yang ke Tuban,
cepat-cepat saya kontak CP-nya berharap ada motor yang kosong karena motor yang
ready hanya 1 sementara kami ada bertiga. Setelah sempat digantung karena
ternyata motornya pas, akhirnya tengah malam saya dapat info ada tebengan yang kebetulan orangnya saya kenal karena teman ngetrip pas ke
Madura.
Jam
5 pagi Indri dan saya otw mepo di KBS (Kebun Binatang Surabaya), tak lama kemudian teman-teman
yang lain berdatangan lalu kami pun menuju Tuban jam 6 pas. Di perjalanan kami
sempat terpisah dengan teman-teman yang lain karena mengambil jalan yang
berbeda jadi kami menunggu mereka. I guess teman-teman trip saya kali ini jarang ke luar kota karena mereka mengendarai motor sangat pelan
sampai-sampai Mas Wahid yang membonceng saya merasa ngantuk ditengah jalan.
Perjalanan yang seharusnya hanya 2 jam jadi 3 jam-an. Setelah berhenti di POM
bensin kami di datangi oleh Mas Priyo yang menjadi tour guide kami hari ini.
Kami pun menuju ke alun-alun bergabung dengan teman dari Bojonegoro yang sudah
menunggu kemudian kami segera menuju ke destinasi pertama yaitu Air Terjun
Nglirip.
Dari
alun-alun kota Tuban masih membutuhkan waktu sekitar 30-45 menitan untuk tiba
di Nglirip. Jalan menuju Nglirip lumayan bagus karena sudah diaspal tapi perlu
berhati-hati karena ada jalan menanjak dan berkelok-kelok.Setiba di dusun Jojogan, desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan saya baru tahu bahwa tempat
tersebut bagian atasnya merupakan bendungan. Air terjunnya sekitar 30 meteran, dengan air yang mengalir deras bak salju berwarna putih dan di bagian bawahnya terdapat semacam danau
berwarna hijau. Bisa dikata kami cukup beruntung bisa melihat pemandangan ini.
Karena beberapa teman yang kesana saat musim hujan mendapati airnya berwarna
coklat sehingga kurang elok, sebaliknya saat musim kemarau justru
tidak ada air yang mengalir karena mengering.
Tapi
bagi teman-teman yang datang kesini perlu tahu, boleh percaya atau tidak
yang jelas ada mitos bahwa jika sepasang kekasih yang sedang kasmaran datang ke
tempat ini, dijamin tidak sampai 40 hari hubungan mereka akan berakhir. Konon dibalik air terjun tersebut terdapat goa yang di jadikan tempat bertapa
oleh seorang putri yang patah hati karena hubungannya dengan pria rakyat jelata
tidak di restui oleh orang tuanya. Masyarakat disana percaya bahwa sang Putri
akan marah jika ada pasangan yang berpacaran di sekitar goa air terjun Nglirip.
Bagi
teman-teman yang ingin ke tempat ini, tidak perlu kuatir tersesat bisa search
koordinat GPS: 6°58’6”S 111°47’38”E. Rute yang bisa ditempuh: Tuban –
Montong – Singgahan atau Tuban – Kerek – Singgahan.
Dari
Nglirip kami melanjutkan perjalanan menuju air terjun Bongok, dengan
pertimbangan waktu kami sangat singkat dan jalan menuju Bongok searah dengan
jalan pulang kami dibandingkan dengan air terjun lain yang berlawanan arah. Padahal rencana awal akan ke air terjun yang menghasilkan air panas dari belerang, namun tempatnya berlawanan arah.
Air Terjun Bongok |
Ketika sampai di parkiran kami melihat ada sebuah goa, namun tak sempat
masuk ke dalam goa tersebut karena diburu waktu untuk segera ke pantai. Saat itu
kami baru sadar bahwa helm salah satu teman kami ternyata hilang, setelah lapor
ke penjaga parkir mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena memang saat itu
cukup ramai. Beruntung saat itu saya bawa 2 helm sehingga saya bisa
meminjakannya. Akhirnya kami pun beranjak meninggalkan tempat ini menuju ke
Pantai Pasir Putih Remen.
(02 Juni 2015)
QUOTES:
Konon bumi ini milik mereka yang mau berhenti sejenak untuk melihat-lihat lalu meneruskan perjalanan (Anonymus)
0 comments:
Post a Comment