Bulan puasa
bukan alasan untuk tak beraktifitas, seperti itulah ungkapan teman-teman yang
sedang menjalankan ibadah puasa. Yah, sama halnya dengan 3 pria tampan yang
jadi teman seperjalananku bersama Evi ke Coban Sewu. Btw, sudah pernah dengar
Coban Sewu kan? Kalo belum, silahkan baca terus sampai ke bawah.
Awalnya saya
tidak paham mengapa disebut Coban Sewu, tapi setelah saya melihat dengan mata
kepala sendiri akhirnya saya paham.Ternyata di tempat ini ada banyak sumber
aliran air yang mungkin tak terhitung banyaknya, akhirnya daripada capek-capek
menghitung berapa banyak maka disebutlah Coban Sewu.Coban sewu berasal dari
kata coban = air terjun dan sewu = seribu, jadi kira-kira terjemahan bebasnya
adalah Air terjun seribu. Kalau mau tau lebih jauh kenapa di sebut Coban Sewu
bisa di search kali ya, karena bagiku Air Terjun Seribu sudah cukup
menggambarkan maksud pemberian nama Coban Sewu untuk air terjun yang terletak
di perbatasan Malang – Lumajang.
|
coban sewu dari atas |
Jam
7 malam kami berempat (Ruz, Adit, Evi dan Saya) berangkat dari Surabaya menuju
ke Malang. Beruntung disepanjang perjalanan bebas macet sehingga kami bisa tiba
di Malang jam setengah sembilan-an. Setelah bertemu dengan Bang Tigor di daerah
Terminal Gadang, kami bertiga segera menuju kearah Lumajang.Setelah melewati
jalan yang berkelok-kelok dan sempat mengalami ban bocor di tengah jalan
sehingga harus mencari tukang tambal ban ke sana kemari, akhirnya sekitar jam
setengah 12 malam kami tiba di Kecamatan Ampelgading desa Jagalan. Disanalah
rumah Mas Ruz berada yang akan menjadi tempat peristirahatan kami malam ini.Disini
dingin kawan, berasa lagi di Toraja.Tapi dinginya membuat tidur jadi lebih
nyenyak.
Besok paginya,
kami berlima berangkat ke Coban Sewu yang ternyata letaknya sudah sangat dekat
dengan rumah Mas Ruz.Tak sampai 10 menit kami sudah melihat sebuah banner dengan
tulisan “COBAN SEWU”. Setelah parkir motor kami segera menuju ke arah
perkebunan, bahkan masih di area parkir sudah terdengar deru air yang jatuh
dari ketinggian. Tak sampai 5 menit,
mata kami sudah menangkap pemandangan air terjun ditengah rimbunnya pepohonan.
“Wuahhh… itu coban sewunya…”. “Kerenn...!!!”Kira-kira seperti itulah ekspresi terikan
bahagia kami saat itu.
|
Beberapa anak tangga yang harus di lewati |
Setelah
menuruni beberapa (bukan beberapa sih, tapi “banyaakk…. Banyaakk…”) anak tangga
yang dibuat oleh warga setempat dari bambu, namun cukup safety, akhirnya kami
tiba di daerah paling bawah. Segarnya percikan air sudah terasa, jika tak ingin
basah sebaiknya pakai jas hujan. Tapi karena tujuan kami kesana memang untuk
main air, so kami berjalan menikmati percikan air dari coban sewu. Di sini cukup dingin, jadi bagi teman-teman yang tidak tahan dingin sebaiknya pakai jaket aja, seperti saran bapak penjaga parkiran.
|
Coban Sewu |
Untuk bisa
sampai tepat di bawah air terjun Coban
Sewu, kami harus melewati batu-batu besar dan menyeberangi aliran air berwarna
coklat berupa sungai kecil namun cukup deras. Jadi untuk berjaga-jaga kami
saling bergandengan tangan saat menyeberang. Tempt berpijak cukup licin, jadi
jika teman-teman kesini sebaiknya berhati-hati. Apalagi saat akan berfoto,
sebaiknya berjaga-jaga agar tetap berada di tempat yang aman. Jangan sampai
hanya karena sebuah foto, kita mempertaruhkan nyawa. Karena sebelumnya ada
seorang pria yang meninggal di tempat ini karena terpeleset saatakan selfie.
|
Menyeberangi aliran sungai coban sewu |
Memang
tempat ini menyajikan pemandangan air terjun yang sangat eksotik. Air yang
mengalir deras berwarna putih bak salju, sementara di kiri kanannya dihiasi
oleh hijaunya pepohonan dan warna coklat kekuning-kuningan dari dinding
tanah. Benar-benar komposisi yang pas. Tetapi ingat kawan jangan sampai terlena
dengan keindahan tempat ini kemudian melupakan untuk tetap menjaga kebersihan
tempat ini. Saat saya kesana, tampak botol minum, bungkus makanan dan tissue bekas yang dibuang sembarangan. Kalau kata orang,
jadilah pecinta alam bukan hanya penikmat saja.
|
Awas berbahaya! Tetap di batas pagar |
Setelah puas
menikmati dinginnya coban sewu, kami pun segera beranjak kembali memanjat satu
per satu anak tangga. Di beberapa tempat yang cukup landai kami beristirahat
sejenak. Oh iya jika lelah tak perlu memaksakan diri, di beberapa sudut telah
di sediakan tempat duduk dari kayu untuk beristirahat. Di tempat ini juga
sering di jadikan tempat berfoto-foto oleh pengunjung, karena background Coban
Sewu tampak jelas.
DON’T KEEP A GOOD THINGS TO YOURSELF
|
Jalur Goa Tetes |
|
Coban Sewu dari atas |
|
Enak buat Yoga, disini adem dan tenang |
|
Teman seperjalanan (dari kiri: Ruz, Bang Tigor, Evi, Adit, Saya) |
|
Beberapa spot untuk beristirahat |
0 comments:
Post a Comment