Ada
tanggal merah yang kejepit rasanya sayang kalo hanya ngetrip di dalam kota, so
my backpacker mate (baca: Evi) dan saya memutuskan untuk ikut ajakan teman
ngetrip ke Jember. Planning awal harusnya kami ke Tancak Tulis, sebuah
gunung dan Pantai Payangan, namun apa daya ternyata teman-teman trip saya kali
ini tak tahan trip jauh akhirnya beberapa tempat di skip. Seperti itulah
jika bepergian dengan banyak orang, harus belajar mengalahkan ego demi kebaikan
dan kepentingan bersama karena prinsipnya dalah “safety first”.
Setelah
bertemu di mepo (baca: meeting point) POM bensin Aloha kami pun memulai trip
kami jam 11 malam. Sekitar jam 3
subuh kami tiba di sebuah POM bensin dan memutuskan beristirahat dan tidur
disana. Saat hari mulai terang kami pun bersiap-siap melanjutkan perjalanan
menuju kota Jember. Di perjalanan tampak sunrise yang sangat indah, sayang saya
hanya memotret dari atas motor sehingga gambarnya tidak terlalu bagus.
Setibanya di kota Jember, kami pun mampir di sebuah warung makan yang
menyediakan nasi pecel dan rawon yang lumayan nikmat, namun harganya juga
nikmat dan kurang bersahabat untuk kantong backpacker. Selesai mengisi perut
kami langsung menuju ke Kecamatan Tanggul lokasi Air Terun Tancak Tulis yang konon katanya merupakan yang tertinggi
di Jember.
Memasuki
lokasi Tancak Tulis kami disuguhi dengan pemandangan pedesaaan yang masih asri tapi jalan yang berlubang-lubang. Jadi kecepatan harus dikurangi jika tidak
ingin terperosok ke dalam lubang. Mendekati pos pembayaran jalanan semakin
berbatu tanpa aspal. Setelah membayar retribusi 5 ribu per motor (2 orang) kami
pun menuju parkiran motor kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Sepanjang
perjalanan mata kami disuguhi pemandangan yang indah dari kebun kopi karena di
sana terletak Agro Wisata Kopi Kebun Gunung Pasang.
Setelah
berjalan ± 1,5 jam melewati perkebunan kopi dan beberapa aliran sungai Air
tancak tulis, saya sampai ke sebuah tebing. Kemiringannya sekitar 80 derajat
sehingga untuk naik ke tempat ini harus menggunakan sebuah tali. Saat menaiki
tebing ini harus ekstra hati-hati karena cukup licin. Beruntung saat itu ada
tiga orang pria tak dikenal yang bisa membantu saya menaiki tebing tersebut, karena
gerombolan saya sudah jauh tertinggal dibelakang.Berhasil menaiki tebing
dari sudah terdengar deru tumpahan air dari ketinggian. Dan
benar saja tak sampai 5 menit dari kejauhan Tancak Tulis sudah
terlihat. Benar-benar indah dan bagaikan air yang jatuh dari langit. Di kiri
kanan tampak rimbunnya pepohonan dan daun-daun yang bergoyang-goyang terpercik
air dan angin dari Tancak Tulis
Awalnya
saya tidak berencana untuk mendekat ke lokasi air terjun karena tak ingin
basah. Namun keindahan tempat ini benar-benar menggoda saya untuk bermain air,
sehingga akhirnya saya menyerah dan berlari menuju sebatang pohon tumbang untuk
mengambil gambar dan sekedar merasakan percikan air yang benar-benar segar.
Sesampai di tempat ini rasa capek benar-benar hilang terpuasakan dengan
keindahan air terjun di tempat ini. Menurut saya Tancak Tulis cocok di sebut
air yang jatuh dari langit karena benar-benar tinggi sehingga bagai air yang di
tumpahkan dari langit.
Puas
mengambil gambar dan bermain air, kami pun bersegera menuju ke bawah untuk
melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Tak lupa teman-teman saya mengingatkan
untuk memungut sampah yang mungkin tak sengaja dijatuhkan. Bahkan saya salut
kepada beberapa teman yang dengan rela memungut sampah yang dibuang oleh orang
lain dan membawanya turun sampai keparkiran lalu di buang di tempat yang
sepantasnya yaitu tempat sampah.Yeah, kemanapun kamu pergi jangan lupa bawa
kembali sampahnya dan buang pada tempatnya. Salam piknik
(15 – 17 Mei 2015)
QUOTES:
SAMA SEPERTI KEINDAHAN ALAM, TEMAN SEPERJALANAN YANG BAIK JUGA MEMPERKAYA JIWA.
WAKTU HIDUP TAK PANJANG, BERSAHABATLAH....
Ini tancak gunung pasang yang ada di panti. klo tancak tulis itu di tanggul. Wahh payah postinganya..
ReplyDelete