Part I: Jelajah Bromo (28 Feb – 01 Mar 2015)



Hay good fren…
Kali ini saya ingin berbagi pengalaman ke Bromo beberapa waktu yang lalu. Munculnya ide untuk ke Bromo karena sedang menghitung hari-hari sebelum meninggalkan Pulau Jawa dan kembali ke Pulau Sulawesi. Akhirnya saya mulai mencari di Facebook informasi mengenai Bromo, dan secara kebetulan saya bertemu satu halaman dengan judul GO BROMO, saya mulai menelusuri setiap postingan dan menemukan sebuah paket yang sangat lengkap yaitu trip selama 4 hari keliling banyuwangi, ijen, bromo dan lainnya. Awal rencana saya akan mengikuti trip ini, namun sayangnya saya tidak mendapat ijin cuti sehingga paket ini pun terlewatkan dengan sia-sia. Akhirnya saya memilih untuk mengikuti paket jelajah Bromo dengan biaya 300rb saja.

Pada hari H tgl 28 malam dengan bermodalkan sebuah ransel, saya berangkat dari kos (daerah Tunjungan Plaza) sekitar jam 20.30 dengan menggunakan bus Damri (6.000) menuju ke terminal Bungurasih sesuai dengan meeting point kami. Di perjalanan saya sempat was-was karena ini trip pertama saya tanpa seorang kenalan pun, sempat terpikirkan apakah saya bisa menikmati trip ini? Bagaimana jika teman-teman seperjalanan saya tidak bersahabat dan pertanyaan lainnya, tapi saya berusaha menghalau dengan membayangkan indahnya gunung bromo. 

Jam 21.30 saya tiba di Bungurasih, karena teman-teman yang lain belum datang dan perut saya sudah membunyikan alarm kelaparan saya pun mencari warung yang menyediakan mie cup. Setelah keliling kiri, kanan, depan, belakang, akhirnya saya menemukan juga sebuah warung yang menjual mie cup. Makan selesai, saya langsung mengabari melalui WA kalau saya sudah menunggu di Bungurasih, tak lama kemudian saya dihampiri oleh seorang pria berjaket merah yang kemudian saya ketahui namanya Hari. Setelah berkenalan ala kadarnya kami berdua langsung menghampiri 2 teman yang lain. 

Sementara menunggu Mas David yang bakalan jadi guide kami, tiba-tiba orang-orang di sekitar kami berlarian ke parkiran sambil berteriak-teriak tidak jelas. Pada akhirnya kami ketahui mereka mengejar seorang maling. Wihh di terminal ini memang perlu hati-hati ya. Makanya setiap ke terminal sebaiknya tas ransel di taruh di depan supaya lebih aman. Lagi asik cerita, sebuah mobil APV merah menghampiri kami dan ternyata dia adalah orang yang kami tunggu-tunggu sapa lagi kalau bukan mas David. Dari arah berbeda 2 orang (pria dan wanita) yang ikut rombongan kami pun datang. Setelah mengatur posisi kami pun meluncur ke tujuan yang sebenarnya. Selama di perjalanan saya memilih untuk menghabiskan waktu untuk hibernasi. Hitung-hitung untuk saving energy buat besok.

Sekitar jam 2 kami tiba di sebuah rumah (maafkan diriku yang gak tau nama tempatnya) disana seorang Bapak (tidak sempat menanyakan nama) yang sudah cukup tua sudah menunggu kami dengan sebuah Jeep tuanya. Turun dari dari mobil dinginnya hembusan angin begitu terasa. Saya pun memakai jaket yang lebih tebal untuk menghangatkan badan. Sambil menunggu Si Bapak manasin jeep kami menunggu di ruang tamu dan di suguhi dengan segelas teh yang benar-benar wangi dan nikmat.  Setelah semua persiapan beres, kami berenam beserta Si bapak naik ke mobil jeep dan bersiap-siap untuk meluncur ke TKP. Menurut info masih butuh sekitar 1 jam untuk bisa tiba di penanjakan tempat melihat Sunrise, so tidak buang waktu saya langsung kembali ke mode hibernasi.

Meskipun ini masih subuh akan tetapi aktivitas di daerah Bromo ini benar-benar sudah sangat ramai dipenuhi dengan jeep-jeep dan motor yang kejar-mengejar menuju kearah Penanjakan. Jam menunjukkan pukul 3 lebih saat kami sampai disana, meskipun sudah cukup ramai tapi menurut Si Bapak jika kami tiba lebih telat lagi maka sudah dapat dipastikan kami tidak akan mendapat parkiran bahkan harus berjalan lebih jauh karena sudah di penuhi dengan orang-orang. Tidak mau membuang waktu kami berenam langsung menapaki anak-anak tangga menuju spot untuk melihat Sunrise.  Sesampai di atas udara ternyata jauh lebih dingin, meskipun saya sudah menggunakan pakaian sampai tiga lapis, sebuah syal dan topi, tapi tetap saja masih menggigil. Sambil menunggu dan menghalau dingin kami mengobrol, sementara dari sudut yang lain terdengar petikan gitar dan nyanyian ala kadarnya, di bagian yang lain tampak seorang bapak berkeliling menjajakan jaket sewaan yang bisa di pakai selama berada di atas. Semakin lama semakin banyak orang yang berdatangan, hingga jam 5 lebih sunrise tidak menampakkan batang hidung juga karena tertutup awan, sementara kami merasa seluruh badan mulai membeku. Akhirnya kami memutuskan untuk turun ke  bawah meski tanpa melihat Sunrise. Sesampai di bawah kami segera mengganjal perut dengan yang hangat-hangat. Meskipun hanya makan ala kadarnya tapi rasanya benar-benar nikmat. Selesai nyamil kami segera menuju ke destinasi berikutnya.
Bersambung…

Nb. Part 1 ini minim foto karena emang gak ada spot menarik.
Eksis sebelum ke Bungurasih

Mencoba mengabadikan moment saat di penanjakan

Nyamil di warung, mengobati rasa kecewa karena gak liat sunrise


0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Search This Blog

Blog Archive

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

footer logo