Duo Toraja Goes To Malang (Balekambang & Ngliyep) – Part II



Siang gaes, sudah makan? Btw artikel ini merupakan bagian kedua dari trip Duo Toraja ke Malang. Edisi Balekambang-nya klik --> Duo Toraja Goes To Malang - Balekambang 
Sudah baca? Yok lanjut ya. Dari Balekambang menuju ke Pantai Ngliyep mungkin hanya membutuhkan waktu 1 jam saja tapi berhubung kami harus bolak-balik berhenti untuk memastikan arah yang kami tuju sudah benar kami butuh waktu 1 jam lebih. Pantai Ngliyep ini terletak di desa Kedungsalam, kecamatan Donomulyo. Kalau dari Balekambang tinggal mengikuti jalan pulang dan mencari jalan menuju ke Donomulyo.



Pantai Ngliyep ini ternyata merupakan bagian dari Pantai Pasir Panjang. Jadi dalam satu lokasi itu terdapat 2 pantai. Pantai Pasir Sepanjang yang memiliki bibir pantai yang lumayan panjang dan yang kedua adalah Pantai Ngliyep ukurannya lebih kecil dengan dua buah batu karang di sisi kiri dan kanannya. Sebenarnya di papan penunjuk arah tertulis di tempat ini ada Bukit Cinta Kasih dan Bukit Menthex tapi gak sempat menjelajah kesana. Sebelum masuk ke kawasan pantai kudu bayar uang retribusi sebesar 11ribu per orangnya. 
 
Pantai Ngliyep
Saat kami tiba, ternyata tempat ini sudah lumayan ramai dengan pengunjung. Sedikit kecewa sih, karena berharap pantai ini merupakan “hidden paradise” tapi ternyata sudah menjadi tempat wisata umum. Dan apesnya lagi di tempat ini tak bisa berenang juga. Selain ombaknya yang ganas bahkan lebih ganas dari ombak di Balekambang, sepanjang pantai juga dipenuhi dengan batu-batu karang sehingga tidak memungkinkan untuk berenang
 
Pantai Pasir Panjang dari atas bukit

Berbeda dengan Balekambang, tempat ini kurang terurus. Kendaran parkir sembarangan dan sampah berceceran dimana-mana. Warung-warung yang berjualan masih ala kadarnya, tampak kumuh, tak serapi dan sebersih di Balekambang. Mari tinggalkan mengenai fasilitas yang belum sempurna, dan beralih ke pantai yang sempurna.

Jika dirawat dan diperbaiki pantai ini bisa jadi salah satu primadona di Malang. Pantai dengan air lautnya yang berwarna biru dengan pasirnya yang putih, bersih dan berbutir halus, dan juga hutan-hutan hijau yang mengelilinginya menjadi perpaduan warna yang enak di pandang mata. Di sisi kiri dan kanan tampak batu karang berukuran raksasa berdiri dengan kokoh, seakan-akan ingin melindungi pantai ini dari ganasnya ombak pantai selatan.
 
Mau tidur?


Mau menghayal?
Atau Yoga? 

Hanya karena tidak bisa berenang bukan berarti gak bisa menikmati pantai bukan? Di sini cukup duduk di tepi pantai beralaskan pasir putihnya yang halus, memandang ke laut melihat dan mendengarkan nyanyian ombak yang berulang kali mencoba menyentuh bibir pantai sudah lebih dari cukup untuk merayakan hari libur. Ke pantai bukan melulu soal senang-senang, teriak sanateriak sini dan tertawa terbahak-bahak. Kadang kita perlu untuk tinggal diam dan tenang, memberi waktu untuk diri kita membersihkan pikiran dari hal-hal yang gak penting sebelum kembali ke kota mejalani rutinitas dengan segala kepenatnnya. Bukankah salah satu tujuan liburan ya untuk me-restart ulang pikiran agar bisa berjalan dengan maksimal lagi??


QUOTES
“Dalam diam, kau pasti akan temukan jawaban.
Dalam setiap perenungan, Tuhan secara tidak langsung membukakan pikiran dan jalan buntu  itu.




NONGKRONG SMART DI PERPUSTAKAAN KOTA SURABAYA

Gedung Perpustakaan
Dari judulnya aja pasti sudah tau artikel ini mau bahas apa. Ya, hanya ingin bisikin bocoran kalo selain mall, kafe, dan warkop, di Surabaya juga ada tempat nongkrong yang seru dan sukur-sukur bisa bikin otak lebih smart. Btw, hapus dulu paradigma lama kalo perpustakaan hanya untuk anak cupu dan yang kurang gaul. Coba terus baca sampe titik terakhir, dan temukan perbedaannya.
Twin Sabrina - Sandra (Workmate)
Perpustakaan Kota Surabaya yang saya maksud ini terletak di jalan Gubernur Suryo tepatnya di gedung Balai Pemuda yang merupakan bekas gedung Bioskop Mitra. Masih belum tau juga?? Pernah lewat air mancur yang dekat bambu runcing dan delta plaza?? Nah kalo dari arah Tunjungan Plaza letak balai Pemuda ini di sebelah kiri jalan sebelum air mancur itu.Masih belum tau juga?? Ya sudah pake GPS aja.
Anak-anak yang sedang latihan menari
Karena gedung ini juga difungsikan sebagai Balai Budaya, maka jangan kaget kalau pas kesana ada bermacam-macam orangbaik WNI atau WNA; mulai dari muda sampai tua.Terutama di sore hari pada weekdays atau saat weekend tempat ini lumayan ramai. Di hari-hari tertentu akan ada sekumpulan anak SD yang sedang berlatih drama, tarian jawa, tarian modern dan tarian lainnya. Jadi gak perlu heran kalo perpustakaan ini tak sesunyi perpustakaan pada umumnya.







Masuk ke perpustakaan, mata kalian akan terpesona dengan pengaturan ruangan yang begitu cozy. Jangan bayangkan perpustakan dengan cahaya temaram dengan aroma angkerkayak di pilem-pilem, Big No. Tempat ini sangat have fun, cahayanya diatur sedemikian rupa sehingga cocok untuk membaca buku dalam waktu yang lama. Sebelum memulai menjelajah setiap sudut perpustakan ini, kalian harus mengisi buku tamu dan menitipkan tas pada loker yang tersedia. Disini tak akan kalian temukan kursi kayu atau besi yang dingin dan berdebu seperti perpustakaan lainnya. Tetapi yang ada justru sofa berwarna biru yang selalu siap diduduki dengan nyaman.Kalau gak biasa duduk di sofa, kalian juga bisa lesehan di beberapa spot yang ada karpetnya.





Selain karena bisa membaca buku gratis, hal yang selalu menarik saya ke tempat ini tentu saja karena wifi gratisnya. Hahahah harap maklum, saya sukanya gratisan pokoknya gak nyolong aja kan. Kalo ada yang gratis kenapa harus nyari yang bayar?? (ala iklan obat nyamuk). Kalau gak bawa laptop sendiri, tenang aja disini sudah tersedia 8 unit komputer yang bisa kamu gunakan secara gratis juga. Nah loh kurang apa lagi coba?
Children Library Room
Disini juga ada area khusus untuk anak-anak namanya “Children Library Room”, bagi orang tua yang sudah punya anak, yakin deh anaknya juga senang nongkrong disini. Selain ada banyak buku dengan gambar-gambar menarik, dinding-dindingnya pun diberi gambar warna-warni sehingga bikin anak betah lama-lama disini. Kalo anaknya belum bisa baca, tenang sebelahnya "Children Library Room" ada "Children Play Land". Dari merknya udah tau kan ini tempat bermain. Yuhu disini ada 3 unit komputer yang sudah di design khusus untuk anak kecil. Gak pernah liat sih isi komputernya apa, tapi sepertinya permainan anak kecil gitu.
Koleksi bukunya gimana? Kalo masalah koleksi buku mungkin memang belum terlalu lengkap, maklum perpustakaan ini kan masih dalam proses pengembangan. Tapi paling enggak buku disini tidak akan habis kalian baca selama 5 tahun kedepan. Mau buku pelajaran, buku motivasi, buku rohani, buku kompter dan teknologi, buku bisnis, sampai ke novel dan komik ada disini. Kalau mau tau yang lebih detail monggo mampir aja.

Terus kalau mau minjam buku gimana? Gampang, buku disini boleh kamu pinjam dengan gratis kok.Kalo kamu warga Surabaya dengan KTP Surabaya hanya perlu menunjukkan KTP atau kartu Pelajar untuk membuat kartu anggota.Tapi kalo kamu warga Surabaya dengan KTP di luar Surabaya, kamu perlu menitipkan uang sebesar 100ribu sebagai jaminan selama menjadi anggota. Nanti kalo sudah gak mau jadi anggota lagi, duitnya pasti akan dikembalikan. Kalo sudah punya Kartu Anggota kamu bebas meminjam buku apa saja maksimal 2 buku selama 1 minggu lamanya. Jika melewati batas waktu peminjaman, maka kamu wajib membayar denda sebesar 500 rupiah aja per bukunya.


Front office tempat meminjam buku
Gimana? Masih gak kepengen nyoba wisata otak disini? Hahaa sudahlah, mungkin selera anda berbeda dengan selera saya.Sekian berita hari ini, semoga hari anda menyenangkan. Btw tulisan ini sengaja dibuat supaya si papanya razi tahu dimana harus mencari saya kalo gak ada di kost.

Duo Toraja Goes To Malang (Balekambang & Ngliyep) - Part I


Ada tanggal merah di kalender itu rasanya gak afdol kalo di rumah aja. Sayangnya tanggal merah kali ini merupakan perayaan bagi teman-teman yang beragama Muslim sehingga kebanyak dari teman trip pada tinggal dirumah. Tapi emang dasar kaki gatal ya, akhirnya saya dan Evi mutusin tetap berangkat berdua saja ke Malang. Honestly, ada sedikit perasaan was-was karena trip kedua ini lumayan jauh tapi bermodalkan doa dan keinginan yang kuat kami membulatkan tekad trip berdua (rada bonek sih).

Kami meninggalkan Kota Pahlawan menuju Malang sekitar pukul 9 malam. Perjalanan cukup lancar sehingga kami tiba di Malang kota sebelum tengah malam. Karena tak tahu arah yang harus dituju dan tak mau disesatkan GPS, kami pun berhenti untuk menanyakan arah ke pantai Balekambang. Karena sesunggunya GPS manual alias Gunakan Penduduk Sekitar lebih akurat daripada GPS elektronik.


Yang kami tahu bahwa untuk menuju pantai kami harus menuju ke Malang Selatan. Sayangnya, papan hijau disepanjang jalan gak ada yang menuliskan Malang Selatan. Karena menurut Evi Kepanjen ada di Malang Selatan maka kami mengikuti jalan yang menunjukkan arah ke Kepanjen.

Karena sudah semakin larut dan jalanan semakin sepi kami akhirnya berhenti di salah satu pom bensin yang cukup besar niatnya untuk istirahat disana. Setelah ngobrol singkat sama pekerja disana, ternyata mereka tutup jam 3 karena akan mengikuti takbiran. Oh my God, itu artinya tempat ini bakalan sepi dan mungkin gelap-gulita. Namun karena tak ada pilihan lain kami tetap memilih beristirahat disana. Saat kami tiba jam menunjukkan pukul 00.10 artinya sudah memasuki tanggal 24 Oktober. Saya segera menuju ke Alfamart mau nyari kue tart buat surprise-in si Evi karena hari ini dia ultah, tapi ternyata gak ada. Akhirnya saya kembali ke Pom dan hanya bisa mengucapkan selamat ultah ala kadarnya. Btw, Happy a quarter of century ya bro…


Lagi nyiap-nyiapain alas buat tidur, tiba-tiba ada segerombolan motor yang datang. Setelah cuap-cuap bentar, ternyata mereka ada yang mau ke Balekambang juga. Kami langsung nanyak boleh join grup mereka apa nggak, awalnya sih bilang iya. Eh pas kita bangun mereka udah pada ngilang aja ninggalin aku berdua sama si Evi. Ah… ternyata mereka PHP, but it’s oke. Mungkin trip ini memang harus dijalani berdua aja. Karena sudah terlanjur ditinggal tak ada pilihan lain selain menunggu hari lebih terang, so kami melanjutkan tidur menunggu alarm membangun kami jam 5 pagi.

Setelah melewati malam yang dingin (ciyee…), tapi serius benar-benar dingin. Jam 6 kurang kami melanjutkan perjalanan menuju Balekambang. Dari Kepanjen kami menuju arah Gondang Legi di sana ada penunjuk arah menuju ke Bantur dan setelah itu di setiap pertigaan ada penunjuk arah menuju Balekambang. Karena emang pada dasarnya Malang merupakan kota wisata, jadi semua penunjuk arahnya cukup jelas jadi bagi kalian yang ingin trip solo gak perlu kuatir bakalan nyasar.


Saat menuju Balekambang harus melewati hutan rimba, benar-benar pilihan tepat melanjutkan perjalanan saat pagi hari. Gak bisa bayangin seberapa seramnya kalo melewati hutan ini di malam hari. Semkain mendekati pantai jalanan mulai berkelok-kelok dengan tikunga tajam serta tanjakan dan turunan yang cukup ekstrim. Beruntung jalanan sudah di aspal sehingga tidak terlalu berbahaya. Berhubung kami tiba di sana sangat pagi, maka kami tidak membayar uang retribusi dan bebas markir motor dimana saja. 


  

 Sebenarnya dulu sudah pernah datang ke tempat ini, tapi pas jaman kuliah jadi datang benar-benar hanya main air. Maklum dulu hape belum mendukung untuk pota-poto. Setibanya di tempat ini rupanya sudah banyak yang berubah. Pantainya sudah ditata dengan lebih cantik, warung makan berjejer dengan rapi dan terdapat gazebo-gasebo mini untuk menikmati pantai dari pesisir. Mungkin yang paling baru adalah tulisan BALEKAMBANG BEACH degan huruf besar berwarna putih berdiri kokoh menyambut para pengunjung yang baru datang. Tak ingin membuang-buang waktu kami segera mengambil beberapa gambar di tulisan itu sebelum rame dan antri dengan orang-orang.



Karena masih termasuk dalam gugusan pantai selatan maka ombak disini sangat besar sehingga bagi para pengunjung dilarang berenang di pantai, kecuali di pesisir dekat jembatan menuju Pura. Oh iya karena disini ada Pura (Amerta Jati) yang sama seperti di Tanah Lot, seringkali orang salah kaprah bahwa Balekambang ini ada di Bali. Dari atas jembatan yang menghubungkan pantai dengan Pura, dibawah sana tampak ikan-ikan kecil berenang kesan kemari karena airnya yang sangat bening. Sempat tergoda untuk menceburkan diri, tapi berhubung masih ada pantai lain yang harus di datangi jadi kami hanya mengambil beberapa gambar saja. Menikmati pantai dari tempat ini emang gak ada bosannya. Sejauh mata memandang tampak biru dengan pasir putih mengelilingi pesisir pantai. Terdapat beberapa pepohonan yang menambah eksotiknya tempat ini. Jika tak ingat jam, rasanya ingin lebih lama di tempat ini.



Sebelum melanjutkan perjalanan ke Pantai Ngilyep kami mampir disebuah warung untuk mengisi perut. Cukup dengan 15ribu saja kita sudah bisa memilih menu makanan sesuai selera. Selesai makan, kami segera menuju ke Pantai Ngliyep. Menurut ibu pemilik warung, pantai Ngliyep masih sangat jauh masih butuh waktu 2 jam. Ahhh sempat bikin keder juga tapi toh akhirnya kami tetap melanjutkan perjalanan. Pantai Ngliyepnya diartikel selanjutnya ya, mau makan dulu.


Kalau anda mencari amannya saja dalam kehidupan, Anda memutuskan bahwa Anda tidak lagi ingin berkembang


 [Shirley Hufstaedler]

Kebun Teh Wonosari – Lawang

 
Setelah beberapa kali gagal ketempat ini, akhirnya berhasil di eksekusi juga tanggal 13 kemarin. Ini merupakan trip duo Toraja Evi-Merlin (EM) pertama dan berharap akan ada trip duo selanjutnya. Karena kalo katanya @raisarhmh menemukan travelmate itu tak sesederhana sering jalan bersama.Kita bisa saja sering jalan bersama tapi tak bisa menjadi travelmate karena karakter dan kesukaan kita berbeda. Beruntungnya karena selera trip kami hampir sama jadi bisa kesan kemari berdua aja.
 Sepulang dari gereja, saya langsung menuju ke kost Evi sebelum menuju Lawang. Perjalanan menuju ke Lawang tidak susah dan tidak mungkin nyasar. Hanya perlu mengikuti penunjuk jalan arah ke Malang. Beruntung siang itu tidak ada kendala apa-apa, termasuk gak macet sama sekali. Setibanya di Pasar Lawang kami langsung belok kanan sesuai penunjuk arah menuju ke Kebun Teh Wonosari.

Setelah jalan besar lalu belok menuju ke Kebun Teh Wonosari ini kami harus mengurangi kecepatan karena ada banyak mobil dan jalannya lebih kecil serta sedikit menanjak sehingga rada susah untuk menyalip mobil-mobil. Tapi paling tidak masih aspalan sehingga untuk cewe-cewe yang gak berpengalaman bawa motor ke luar kota kayak kami pun masih bisa melaluinya dengan aman.

Setibanya di Kebun Teh Wonosari kami langsung membayar uang retribusi sebesar 12ribu per orangnya. Sejak dari gerbang jalan kiri kanan sudah di hiasai oleh hijaunya tanaman dan pepohonan. Sayangnya jalannya berlubang sana sini sehingga kudu tetap fokus di jalan juga. Saat menuju parkiran, ternyata sudah di penuhi oleh mobil-mobil dan motor-motor dari pengunjung yang lain. Rupanya Kebun Teh Wonosari ini tetap menjadi tempat favorit bagi keluarga-keluarga untuk menghabiskan weekend bersama.
Selesai memarkir motor, kami langsung mengelilingi kebun teh ini. Sejauh mata memandang memang semuanya tampak hijau yang menyegarkan mata, udara mendadak terasa begitu segar dan serasa ingin menghirup sebanyak mungkin untuk stok pas pulang ke Surabaya.  Mungkin karena tempat ini didesain untuk arena rekreasi keluarga sehingga lebih banyak fasilitas untuk anak-anak seperti outbound, taman bermain anak, dan juga kebun binatang mini. Di sini juga ada kolam air panas yang sangat diminati mungkin karena udara disini cukup dingin.
 Untuk pengunjung yang datang bersama keluarga bisa menyewa penginapan yang juga berada dalam lokasi kebun teh ini. Atau jika ingin mencoba suasanalain, bisa berkemah di arena perkemahan yang sudah tersedia. Oh iya disini juga ada ATV yang bisa di sewa untuk mengelilingi kebun teh yang cukup luas ini. Gak mau yang mesin dan mau yang go green? Bisa coba sewa kuda aja kalau gitu.Untuk masalah harga saya kurang tahu, karena kebetulan kaki ini masih cukup kuat untuk mengelilingi kebun teh ini (Aslinya untuk menyehatkan dompet juga sih).
 Setelah puas menyaksikan pucuk teh dengan mata kepala sendiri, kami pun langsung menuju parkiran dan mengambil motor lalu meluncur ke Surabaya kembali. Untuk trip hari ini terbilang hemat aja, karena jalan-jalan gak perlu mahal kan. Cukup mengisi bensin 40rb untuk pergi dan pulang dan retribusi 12.000 per orangnya.Karena bensin bagi dua jadi biaya trip saya hari ini hanya 32.000 di luar uang makan.Gimana? Masih mau ngatain saya kebanyakan duit sampai dibuang-buang lewat jalan-jalan?

Godaan Pantai Klayar


Trip ke Pacitan ini merupakan salah satu trip dadakan yang saya lakoni. Baru tercetus ide join pas Hari H. Dari dulu emang sudah ngidam ke tempat ini, ya setelah di racuni teman-teman kalo pantai ini keren banget. Saat melihat hastag di IG #klayar wuidihh… fotonya sangar-sangar. Dengan mata melotot sambil ngedumel “di foto aja keren apalagi kalo bisa melihat dan menikmati dengan mata kepala sendiri”. Ahhh untuk saat itu hanya bisa mimpi sambil ngiler-ngiler tiap kali liat foto orang-orang yang nongol di home IG.

Tapi kalo yang namanya jodoh ya emang gak kemana. Sabtu siang buka-buka FB, ada notif seseorang memposting sesuatu di Jatim Backpacker, saya buka bentar hanya untuk menghilangkan tanda merah di notifikasi. Tapi jempol nih gak sengaja nyundul layar hape ke atas hingga yang terpampang di layar hape postingan dari seseorang yang tak dikenal bernama “Saiin Anas”. Isi postingannya intinya dia mau ke Pacitan dan lagi cari teman karena kekurangan orang dan harga yang ditawarkan sangat fantastis murahnya. Hahaha heran juga pas baca komen kebawah masih ada yang nawar, ckckck kurang kekinian rupanya nih orang jadi gak tau kalo bensin mahal. Setelah diskusi dengan travelmate saya si Evi, akhirnya kita setuju untuk join trip ini.
Saiin Anas and me in action
Malamnya saya otewe ke RS.AL tempat kita ngumpul. Setelah kenalan dan ba-bi-bu akhirnya kita capcuz Pacitan juga. Ahaa teman trip kali ini pada gokil semua, terutama si Saiin Anas rasanya mulutnya tuh gak capek komat-kamit, ada aja bahan yang ingin dimuntahkan dari mulutnya. New friends yang juga gak kalah gokil adalah si “Cucupwawaw” anak Djakarta yang bisa langsung nyambung dengan kegejean Merlin dan Evi. Berasa udah kenal lama dan baru reuninan setelah sekian tahun. Dia belajar satu kalimat Toraja yang sangat dia sukai “Susi na Seba”.Hahaha yang artinya “saya cakep” X_X.
Nih si anak Djakarta "Cucupwawaw"
Bagi saya pribadi, adalah sebuah keberuntungan ketika nge-trip dengan orang tak dikenal, namun dalam hitungan detik bisa langsung akrab karena cerewetnya sepadan dengan cerewetku. Bukankah trip itu tak melulu soal destinasi yang ingin dituju, tapi dengan siapa kita pergi kesana. Trip menjadi sempurna ketika bertemu dengan teman seperjalanan yang menyenangkan, gokil dan gak jaim dan yang pasti cocok sama style trip kita. Itulah salah satu keuntungan gak jadi anak rumahan bro, kamu bisa mengembangkan kemampuan sosialisasimu, jadi gak kuper. Mana tahu esok hari kita butuh bantuan atau justru bisa membantu. 

Icon Hot Pantai Klayar
 (karang Sphinx, pasir putih, ombak ganas)

Pembukaanya panjang yaah, yuk mari ke inti pembicaraan kita hari ini. Jam 7 pagi kami akhirnya tiba di Pantai Klayar setelah melewati jalan yang luar biasa, mulai dari jalan aspal yang meliuk-liuk bak cacing kepanasan, kelokan tajam, naik turun bukti dengan tanjakan dan turunan yang kebangetan, sampai ke jalan berbatu dan bertanah yang kasarnya macam wajah remaja puber yang lagi jerawatan. Saat kami tiba ternyata sudah cukup ramai, parkiran sudah di penuhi oleh mobil-mobil. Sebelum memulai penjelajahan, kami mampir disebuah warung untuk mengisi perut. Apalagi Si Evi sudah rewel aja kayak ikan Bawel gegara kelaparan tingkat dewa. Nih anak memang kalo kelaparan perlu hati-hati bisa berubah jadi Serigala berbulu Macan yang lagi sariawan (bisa bayangin gak?).

Pantai Klayar dari parkiran

Selesai sarapan, ganti baju dan gak lupa pake sunblock biar pas jadi anak kantoran lagi gak di hina-dina sama teman kantor, kami langsung cuz menuju tekape. Karena kita ber-17 orang, dengan keinginan yang berbeda-beda akhirnya kita terpisah dalam beberapa rombongan. Saya, Evi, Anas, & Cucup memilih langsung explore bagian Timur tempat karang raksasa yang mirip Sphinx berada. Saat berjalan menuju tempat tersebut beberapa kali di tawari oleh warga disana untuk naik motor ATV cukup dengan membayar 50ribu rupiah saja, tapi kami memilih untuk berjalan kaki selain sehat untuk tubuh, sehat untuk kantong juga.


Evi in action
Bagian barat bisa buat kecek-kecek tipis
Setelah sampai di tekape, saya sampai pada kesimpulan bahwa Pantai Klayar ini must visit sama orang-orang yang ngaku anak pantai karena menyajikan pantai yang berbeda dengan pantai lain. Kiri kanannya diapit oleh karang yang sangat kokoh dengan bentuk yang sangat unik. Salah satu icon yang paling terkenal ada batu karang yang bentuknya mirip Sphinx yang mejeng cantik di atas karang yang lain dengan gagahnya. Pasir putihnya  yang halus dan bersih sangat nyaman untuk ditempati berguling-guling atau dijejaki dengan kaki telanjang. Yang paling emejing adalah ombaknya yang benar-benar ganas siap menggulung setiap benda yang mendekatinya. Mungkin karena masih termasuk jejeran pantai selatan. Karena itu dilarang keras untuk berenang di tempat ini karena ombak bisa datang menggulung dengan tiba-tiba.Tapi kalo ingin sekedar cebur-cebur basah bisa di bibir pantai sebelah barat dekat parkiran, karena ombak di tempat ini tak seekstrim di bagian timur.
Buat tidur enak kok :D
Setelah puas menikmati ombak di bagian bawah, kami segera menuju ke bagian atas karang setelah membayar 2ribu perak. Selain pantai yang indah dan karang Sphinx, Klayar juga menawarkan fenomena yang jarang ditemukan yaitu Seruling Laut. Fenomena ini terjadi ketika ombak yang keras menghantam karang menyebabkan sebagian air masuk ke bawah batu sehingga menyembur ke atas sela-sela karang dan mengeluarkan suara seperti seruling.Tapi pas kesana, saya sama sekali tak mendengar bunyi seruling laut, entah telingaku yang kurang peka atau memang serulingnya tak mau berbunyi.


Harusnya Seruling Lautnya bunyi disekitar sini
Bahaya!!! Jangan di tiru
Oh iya jika teman-teman ke tempat ini perlu berhati-hati, jangan terlalu mepet ke pinggir karang. Selain berbahaya karena ombak yang ganas bisa datang menyapu semua yang ada diatas karang sewaktu-waktu, disana juga ada petugas yang siap meniup sempritan kalau kalian melanggar aturan. Kan tengsin juga ya diliatin orang banyak gegara melanggar aturan, lain lagi kalo emang sengaja mau cari perhatian. Kayak Si evi, pas mau foto di pinggir karang langsung di sempritin berkali-kali, kayak narapidana yang mau kabur dari penjara aje. Walhasil dia jadi pusat perhatian untuk beberapa menit lamanya. Katanya sih malunya sampai di ujung tanduk. 


TKP evi kena sumprit


Ada banyak hal yang bisa dilakukan di tempat ini. Mulai dari berenang kecek-kecek, selfi dan poto sana-sini, berburu binatang laut seperti teripang, ikan kecil dan sejenisnya, atau  sekedar menikmati kelapa muda di warung sambil mengamati kejadian di sekitar pantai . Jika ingin olah raga sedikit bisa juga naik ke atas bukit untuk menikmati pemandangan Pantai Klayar dari ketinggian.

Masih banyak sudut yang belum didatangin tapi waktu sudah menunjukkan jam 10. Sesuai perjanjian di awal kami harus segera menuju ke parkiran. Ahh benar-benar waktu yang terasa singkat, 3 jam rupanya tak cukup untuk memuaskan keinginan hati menjelajahi tempat ini. Sepertinya akan ada edisi kedua untuk eksplore Klayar dan sekitarnya. Banyu Tibo dan Goa Gong di skip dan save untuk trip selanjutnya karena beberapa teman sudah kelelahan.



HAPPINESS IS DISCOVERING NEW FRIENDS WHO ARE IDIOTS
Powered by Blogger.

Search This Blog

Blog Archive

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

footer logo