Sebenarnya
saya tak ingin menceritakan bagian ini, namun setelah saya pikir ada perlunya
juga untuk menjadi pelajaran bagi pendaki pemula seperti saya jangan sampai
meremehkan pendakian. Jadi saat itu waktu baru menunjukkan pukul 6 sore lebih,
namun di luar tenda sudah cukup gelap. Sedang asik membaringkan tubuh dan
berusaha mencari posisi tidur yang nyaman, tiba-tiba dari belakang tenda
terdengar teriakan histeris.
Awalnya
saya pikir itu teriakan anak kecil yang mungkin lagi menangis kelaparan atau
kedinginan. Namun semakin lama suara teriakan itu berubah jadi tangis histeris
berkali-kali. Di sekitar area camping mulai terdengar kegaduhan. Orang berlari
kesana kemari dan beberapa terikan “kena hipo; iya dia hipo; bla..bla..bla.. hipo”.
Intinya saya menangkap kalo wanita yang sedang teriak-teriak itu diduga terkena
hipothermia.
Sesaat
terpikir untuk keluar dari tenda dan melihat apa yang terjadi, namun dingin
yang menusuk tulang bahkan ketika sudah memaki 2 jacket dan sleeping bag
mengurungkan niat saya. Rasa penasaran saya tahan dan hanya membayangkan yang
terjadi di luar sana dari suara-suara yang tertangkap.
Dari
cerita teman seperjalanannya yang saya dengar, perempuan tersebut sejak awal
perjalanan tidak mau makan.Kemungkinan itu yang menjadi salah satu penyebab dia
mengalami hipo. Apa sih Hipotermia itu? Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh
kita mengalami penuruan suhu inti (suhu oragan dalam). Gejala awalnya adalah
kedua kaki dan tangan terasa dingin dan mulai menggigil. Jika sudah dalam
kondisi parah pikiran akan menjadi kacau, bingung dan bicara meracau. Jika
berlangsung terus-menerus, tubuh kemudian memasuki masa kritis dan bisa
menyebabkan kematian.
Cara mencegah supaya terhindar dari
Hipotermia: para
pendaki sebaiknya mempersiapkan diri dengan baik. Pastikan untuk selalu
menggunakan pakaian yang tepat saat mendaki.Jika perlu gunakan beberapa lapis
pakaian yang kering agar tetap hangat. Makan makanan yang mengandung gizi yang
baik dan minum air yang cukup. Jika merasa lelah jangan gengsi untuk
beristirahat.
Cara mengatasi hipotermia: Pindahkan ke tempat kering dan hangat,
misalnya tenda. Menjaga agar suhu tubu tetap stabil dengan menggunakan selimut
atau sleeping bag. Jika lebih parah di perlukan panas tubuh dari orang lain,
suruh seseorang untuk membuka pakaian dan berbagi selimut dengan si korban.
Jika masih memungkinan untuk minum, maka berikan minuman hangat. Jangan
memaksakan korban untuk makan atau minum jika tidak sadarkan diri karena akan
menyebabkan tersedak. Jika sudah lebih baikan sebaiknya disuru bergerak supaya
suhu tubuh cepat kembali hangat.
Jadi
bagi teman-teman yang ingin melakukan pendakian, pastikan kondisi tubuh memang
fit untuk mendaki. Salah satu fungsi dari Surat Keterangan Sehat yang harus di
setor itu untuk memastikan keselamatan jiwa kita di atas sana. Karena gunung
selalu menyimpan sejuta misteri yang tidak bisa kita salami. Ketika mendaki
ingatlah bahwa kita adalah tamu, jadi berlakulah yang sewajarnya.
Gunakan
perlengkapan mendaki yang standar, terutama untuk menahan dingin dan cuaca
ekstrim di atas gunung.Masalah makanan jangan di sepelehkan, meskipun tidak
nafsu makan harus tetap dipaksa untuk makan demi memperoleh energy yang cukup
selama mendaki. Kita mendaki gunung untuk melihat keindahan ciptaan Tuhan lebih
dekat, jangan sampai tinggal nama yang pulang ke rumah.
Kisah
selanjutnya dari wanita di atas saya kurang tahu, yang pasti keesokan subuhnya
kembali teriak-teriak. Saat turun ke Ranu Pani teman-teman menginfokan bahwa dia
melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Lumayan nekat juga, hanya bisa berdoa semoga
tidak terjadi apa-apa. Ada beberapa celoteh teman-teman bahwa dia hanya cari
perhatian, ada yang bilang kerasukan, what everlah yang penting ini merupakan
satu pembelajaran bagi saya pribadi. Jangan sampai naik gunung dengan perut
kosong.
QUOTES:
“HIDUP
INI SANGAT SINGKAT, MAKA JANGAN MEMBUATNYA LEBIH SINGKAT LAGI DENGAN SESUATU
YANG SIA-SIA.”
Referensi mengenai Hipotermia: http://www.bluetripper.com/2014/12/mengenal-hipotermia-cara-mencegah-dan.html?m=1
ReplyDelete