Di hari kedua,
sebenarnya kami berencana bangun pagi karena pengen berburu sunrise. Tapi apa
daya rasa kantuk lebih kuat daripada godaan sunrise. Lagipula dari penginapan
sebenarnya bisa menikmati sunrise juga tapi pagi itu berkabut sehingga hanya
bisa menikmati sedikit semburat oranye dari matahari yang perlahan terbit
terhalang oleh awan tebal.
Setelah bersiap-siap
kami langsung mengambil motor dan mulai mencari pantai Bara. Sebenarnya kami
juga belum mengetahui letak lokasi pantai ini jadi hanya dengan bermodalkan GPS
kami berusaha menemukan tempatnya. Sempat bertanya ke warga lokal tapi petunjuk
yang diberikan kurang jelas jadi harus mencari sendiri.
Singkat cerita setelah
nyasar sana-sini dan tanya sana-sini kami sampai juga di pantai Bara which
is ternyata masih satu lokasi sama pantai Tanjung Bira. Kalo Tanjung Bira
lurus saja, nah kalo mau ke Bara kudu belok kanan sebelum Bira. Ikuti jalan
terus sampai ketemu pertigaan lalu belok kanan tinggal ikutin jalan sampai
ketemu jalan aspal lagi (kalo bingung Gunakan Penduduk Sekitar-GPS). Nah yang
bikin happy itu karena kami datangnya kepagian jadi kami masuk ketempat ini
gratis soalnya penjaga loket belum ada. Sayang juga kan kalo harus bayar dua
kali padahal kemarin udah bayar. Nah kalo teman gak mau ngeluarin kocek lebih
datanglah pagi-pagi selain gratis mungkin bisa menikmati sunrise pula. Atau
kalo buat itinerary sebaiknya pantai Tanjung Bira dan pantai Bara dijadiin satu
hari saja. Tapi kalo kalian cukup dermawan boleh bolak-balik kesini, lumayan
untuk membantu perekonomian warga disini :p
Pantai Bara
Jalan ke Bara ini
lumayan jelek karena tidak semuanya beraspal. Tapi tenang aja kalo cewek-cewek
kayak kami bisa sampai pakai motor kalian juga pasti bisa asal hati-hati aja.
Sesampainya di Bara tak tampak satu orang pun kecuali kami dan seekor kucing
coklat manis. Wuah serasa pantai milik sendiri pokoknya, sampai beberapa waktu
kemudian beberapa gerombolan anak muda memasuki kawasan ini dan tampak seorang
wisatawan asing yang lalu-lalang entah mencari apa. Sebenarnya di kawasan ini
ada beberapa warung tapi tampaknya mereka masih terlelap setelah bangun pagi
untuk sahur. Jadilah hanya nyanyian dari debur ombak yang menemani keasyikan
kami menikmati pantai ini.
Tidak beda jauh dengan pantai Bira, pasir di pantai ini pun sangat lembut kayak tepung. Btw kalo kalian datang pas ramai mungkin kalian bakalan disuru bayar segala macam. Karena pas disana hampir semua ada tulisan disewakan mulai dari kursi panjang sampai palang yang ada tulisan Pantai Bara pun kalian harus bayar. Well ini yang rada bikin gondok sih kalo di Indonesia apa-apa kudu bayar sampai pipis pun iya. Beda sama di LN hampir semua pantai bisa dinikmati gratis dan dengan fasilitas yang jauh lebih baik. Emang gak bisa disalahin sih karena yang bikin fasilitas ditempat ini mungkin para warga sementara kalo di LN difasilitasi oleh pemerintah. Jadi warga pun menjadikan tempat ini sebagai lahan mata pencaharian.
Bayangin aja ya kalo
mau hitung-hitungan misalnya masuk diarea ini di loket paling depan bayar tiket
masuk 15ribu, parkir 2ribu, sampai di Bara bayar parkir lagi untuk mobil 10ribu
dan motor 5 ribu, lalu turun ke bawah kalo mau foto di tulisan bayar 10-15
ribu, kalo mau foto diayunan ala-ala Gili Trawangan bayar lagi, lalu toliet
2ribu, kalo mau duduk di kursi bayar lagi 10-15 ribu. Nah loh berapa kira-kira
yang harus kalian habiskan untuk menikmati sebuah pantai. Anyway lupakan soal
itu karena saya tetap bahagia tidak mengeluarkan sepeser pun untuk pantai ini
karena datangnya pagi banget.
Secara garis besar
pantai Bara ini hampir mirip dengan pantai Bira. Air laut yang jernih, pasir
putih yang halus dan langit yang biru gambaran sempurna untuk sebuah pantai.
Bedanya karena disepanjang pesisir pantai ini dihiasi oleh pohon-pohon kelapa
yang tidak saya temui kemarin di pantai Bira. Katanya tempat ini juga tidak
seramai pantai Bira mungkin karena letaknya yang lebih jauh dari dan jalannya
yang tidak terlalu bagus. Tapi untuk penikmat pantai sepi yang jauh dari
hingar-bingar, pantai ini yang terbaik buat kami. Selesai dari pantai Bara kami
bergegas pulang kembali menuju ke penginapan karena sarapan sudah menanti kami
disana.
Pantai Tebing
Apparalang
Lokasi Apparalang ini
sebenarnya tidak terlalu jauh dari penginapan kami (menurut GPS 30 menitan),
tapi berhubung jalannya lebih parah daripada jalan ke Bara jadi kami
menghabiskan hampir 1 jam lebih di perjalanan (termasuk nyasar). Nah untuk
ketempat ini ada 2 jalur. Jalur pertama lebih dekat tapi lumayan curam dan
jalur kedua lebih jauh tapi lebih landai. Kami pada akhirnya melewati kedua
jalur ini. Berangkatnya kami melewati jalur yang lebih landai tapi ternyata
lumayan jauh juga dan jalannya pun tidak begitu bersahabat. Mendekati lokasi
Apparalang jalanan semakin parah, curam dan bebatu-batu jadi harus tambah
hati-hati lagi. Mungkin kalo kesini dimusim hujan saya tidak akan berani
mengendarai motor seorang diri. Sesampai di lokasi kami langsung memarkirkan motor
kami dan berjalan menuju ke tebing. Oh iya kalo ketempat ini kalian hanya perlu
membayar parkiran 5ribu per motor. Mau foto dan duduk dimana saja semuanya
gratis.
Pemandangan dari tempat
ini sangat cantik bikin betah berlama-lama duduk menikmati deburan ombak yang
menghempas batu karang. Apalagi saat itu langit sedang biru cerah bikin
pemandangan tambah breathtaking. Terang saja saya gak bisa berhenti
ngucapin "wow" karena terkagum-kagum oleh keindahan karya Tuhan yang
satu ini. Kalo kalian sudah puas dengan pemandangan laut dari tebing yang
tinggi, kita juga bisa turun kebawah melewati tangga-tangga untuk menikmati
deburan ombak lebih dekat. Bisa dikata kami sangat beruntung saat kesini karena
hanya ada beberapa orang saja sehingga benar-benar bisa menikmati nyanyian laut
tanpa terpolusi oleh hiruk-pikuk manusia.
Ada banyak tempat yang
bisa dijelajah sebenarnya kalo ketempat ini. Jadi kalo saya punya waktu banyak
saya akan memilih menghabiskan waktu seharian disini apalagi ada gasebo tempat
yang nyaman untuk berteduh dan leyeh-leyeh, mungkin bakalan jatuh tertidur
pula. Tapi karena masih ada tempat lain yang harus didatangi jadi kami tidak
bisa berlama-lama di tempat ini.
Saat kami pulang kami
memilih melewati jalur yang lebih curam tapi ternyata jaraknya jauh lebih dekat
daripada jalur keberangkatan kami. Jadi buat teman-teman yang kesini bisa
menimbang-nimbang sendiri mau jalan yang dekat tapi curam atau yang landai tapi
jauh. Kalo saya pribadi lebih memilih jalur yang lebih dekat meskipun curam tapi
sudah ditembok jadi tidak begitu seram, dibandingkan berkendara jauh dengan
jalan yang landai tapi juga berbatu-batu rasanya nyelekit dibokong.
Pantai Marumasa
Sepulangnya dari
Apparalang kami melajukan motor menuju ke Pantai Marumasa yang searah dengan
jalan pulang menuju penginapan. Pantai ini mungkin tidak setenar Bira dan Bara
karena memang tidak terlalu dipromosikan oleh pemerintah setempat sebagai
tempat wisata. Mungkin itulah sebabnya masuk ke tempat ini gratis dan bisa
parkir dimana saja.
Beberapa alasan yang
mungkin bikin beberapa orang memutuskan kesini karena terdapat beberapa spot
untuk foto yang instagramable banget di atas tebing-tebing yang langsung
mengarah ke laut lepas. Tapi karena kami sudah cukup puas dengan pemandangan
laut dari ketinggian tebing Apparalang jadi kami tidak berniat untuk mendaki
tebing untuk sekedar foto-foto disana.
Secara mendasar pantai
ini memiliki pasir putih yang lagi-lagi lembut bak tepung beras dengan air laut
yang jernih tapi deburan ombak yang lebih besar. Yang membedakan dari pantai
lain yaitu sepanjang bibir pantai ini dipenuhi oleh perahu-perahu nelayan yang
memarkirkan perahu mereka disana setelah melaut. Ada banyak pondok-pondok
alakadarnya dibangun disepanjang bibir pantai. Yang lumayan mengganggu mata
adalah sampah yang bertebar dimana-mana. So gaes, kalo jalan-jalan jangan hanya
sibuk foto-foto tapi bawa sampahmu pulang biar tidak menodai keindahan lautan
kita.
Kami tidak bisa berlama-lama ditempat ini karena tidak ada satu orang pun yang berjualan padahal perut kami sudah keruyukan karena belum makan siang. Jadi setelah puas bermain ayunan yang kebetulan kami temukan disana kami pun bergegas meninggalkan pantai ini.
Well sebenarnya setelah
pantai ini itinerary kami adalah kembali ke pantai Bira untuk menyeberang
menuju ke Pulau Kambing atau Pulau Liukang untuk melakukan snorkeling, tapi
berhubung hari sudah sore dan sudah kelelahan jadi tempat ini kami skip untuk
penjelajahan di lain waktu (mungkin).
Oke gaes sekian sharing
pengalaman short escaped saya ke Bulukumba dengan segudang pantai cantiknya
sampai ketemu di jejak kaki yang lain. Anyway sekedar info total pengeluaran
kami hanya sekitar 600ribu all in. Sudah termasuk makan dan jajan-jajan yang
tidak tercantum dalam kisah diatas, cukup murah bukan??
You don't
have to be rich to travel well.